Mereka baru berhenti ketika keduanya sama-sama kehabisan nafas. Verno melepaskan tautannya. Tersenyum lalu berucap, "Sweet as honey," sempurna membuat Fara merona. Fara pun lekas bangkit diikuti Verno.
Ia masih merasa malu, membayangkan hal yang barusan terjadi.
***
Fara terbangun ketika mendengar bunyi alarm dari ponselnya. Hal pertama yang ia lihat adalah wajah damai nan tampan milik pria yang kini masih memeluk tubuhnya dengan erat.
Tangannya bergerak menyentuh hidung mancung itu, kemudian turun ke bibir yang tadi malam menciumnya mesra. Mengingat kejadian tadi malam membuatnya tersenyum bahagia. Tangannya beralih ke sepasang kelopak mata yang sempurna menutup. Menghalangi tatapan tajam yang biasa di tampilkan oleh Verno.
Namun ia tersentak kaget ketika kedua mata itu terbuka dengan lebarnya. Menatap balik ke arahnya. Membuatnya malu setengah mati terpegok sedang memandanginya.
Fara langsung mengambil tindakan ia kembali menengelamkan wajahnya ke bantal. Menelungkupkan tubuhnya.
"Kenapa? Malu?" tanya Verno dengan nada jahil. Ia menopang kepalanya dengan sebelah tangan. Tangannya yang lain mengusap lembut kepala wanitanya yang tengah menyembunyikan diri.
Gelengan pelan diberikan Fara sebagai jawaban. Berkilah bahwa yang dikatakan Verno salah. Tapi ia tak memungkiri itu, ia malu setengah mati. Mau di taruh mana mukanya nanti.
Perlahan Verno membalikan tubuh Fara menjadi terlentang. Menyingkirkan tangan wanita itu yang menutup rapat wajahnya.
"Jangan ditutup nanti cantiknya nggak keliatan," blusshh ucapan Verno sukses membuatnya blushing. Ia tambah semakin malu. Verno memposisikan dirinya di atas tubuh Fara memerangkapnya dalam kungkungannya. Tangannya membelai lembut wajah milik wanitanya. Nafas Fara seperti tengah di tahan, kaget akan perlakuan suaminya.
Wajahnya mulai mendekat, nafas hangat yang ke luar menyapu wajah di depannya. Membuat Fara memejamkan mata menikmati sensasi asing yang kini ia rasakan. Perlahan bibir mereka saling menyatu mengikis jarak, saling merapatkan satu sama lain. Fara terhipnotis atas perlakuan lembut suaminya, ia terbuai mengikuti apa yang Verno lakukan.
Tangannya sudah mengalung di seputaran leher milik Verno. Verno membalasnya dengan ciuman yang lebih dalam dan menuntut. Lidahnya menggoda bibir yang tangah ia jelajahi, menggodanya untuk memberinya akses untuk masuk jauh lebih dalam lagi. Dan dengan senang hati ia mengeksplor bibir manis itu ketika tanda persetujuan telah ia terima.
Tangannya sibuk menanggalkan piyama milik istrinya. Meloloskan semua kain yang terpasang, membiarkan tubuh dibawah kuasanya itu polos tanpa tertutup walau satu helai benang.
Dan untuk pertama kalinya mereka melakukan suatu hal yang semestinya dilakukan oleh sepasang suami istri. Setelah lima bulan lamanya mereka hidup bersama.
****
"Far pak bos lagi bahagia ya!" Feby mengajak bicara Fara saat keduanya sedang makan siang di kantin kantor. Fara hanya tersenyum menanggapi ucapan temannya barusan. Ia jadi teringat dengan kejadian tadi pagi. Membuatnya lagi-lagi tersipu malu.
"Lo tahu nggak, CEO kita yang kejam itu tiba-tiba aja senyum, hal langka banget kan. Mana pernah gue liat dia senyum macem gitu, mana manis banget. Bikin meleleh tahu nggak?" Feby terus membahas obrolan seputar Verno. Tingkah Verno yang tiba-tiba berubah ramah menggegerkan seluruh kantor. Sejak mereka bekerja belum pernah CEO mereka itu sampai seramah itu. Hal tersebut tentunya menjadi topik hangat dikalangan karyawannya.
"Apa dia baru nglakuin ena-ena sama pacarnya ya, jadi dia bahagia gitu!" dengan polosnya Feby mengatakan opininya. Membuat Fara tersedak minumnya sendiri. "Kamu ngawur kalau ngomong Feb, mana ada kayak gitu," jawab Fara gelagapan. Yang dikatakan Feby tadi menyangkut dirinya, jadi ia kaget saat Feby mengatakan hal tersebut dengan santainya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Angel
General FictionKehidupan seorang Verno Federic yang tadinya dingin berubah lebih hangat ketika seorang gadis bernama Faradina Anatasya datang dihidupanya. *** "Saya tau saya salah, tapi ini tak sebanding dengan kesalahan yang saya...