Aku menariknya untuk duduk di ranjang. Melepaskan pelukan kami, tanganku bergerak merapikan rambutnya yang berantakan setelah ku rasa rapi, tanganku turun membelai kedua pipinya. "Jangan takut, aku nggak akan ninggalin kamu!"tatapannya terlihat kosong. Entah apa yang ia pikirkan sekarang.
***
"Kamu kenapa?" sejak tadi Fara mencoba mengajak bicara pria itu. Bahkan mulutnya sampai kering karena tak ditanggapi olehnya.
Kekacuan yang disebabkan Verno sudah ia rapikan semuanya. Mulai memasang spring bed, menata pakaian yang keluar dari lemarinya. Sampai-sampai tubuhnya merasa lelah. Di tambah sikap Verno yang menjadi pendiam, membuatnya pusing bukan kepalang.
"Kamu marah sama aku?" tanyanya kembali.
"Wajar kalau aku marah sama kamu, ratusan kali aku nelfon tapi nggak kamu angkat, bahkan kamu mendadak ngilang gitu aja dari kantor tanpa kasih tahu kemana kamu pergi, nemuin siapa. Semua temen kamu aku tanya tentang keberadaan kamu. Aku ini kamu anggap apa Far, dari tadi aku cariin kamu, bahkan kamu tahu aku sampai nyewa orang buat cari kamu, Wajarkan kalau aku marah sama kamu!!!" Fara sangat teramat terkejut dengan penjelasan Verno barusan. Sama sekali tak menduga jika Verno melakukan semua itu.
"Aku bisa jelasin, bukannya aku nggak angkat telfon kamu Ver, tapi ada alasan lain!" Fara memandang dalam manik hitam didepannya yang kini berkilat penuh kemarahan. Ia yakin kali ini Verno masih menekan amarahnya agar tidak meledak. Dan dirinya salut akan usahanya saat ini.
"Dengerin dulu, aku punya penjelasannya, tadi......," dengan sendirinya Fara menceritakan segalanya pada Verno. Mulai kejadian awal sampai akhir. Padangannya sama sekali tak lepas dari Verno. Mencoba menebak isi kepala pria di depannya sekarang namun ia sama sekali tak bisa membacanya, semua terlihat samar.
"Maaf, seharusnya aku jujur dari awal. Maaf buat kamu jadi khawatir kayak gini, tapi semua ini bukan kehendakku Ver!" suaranya terdengar putus asa. Fara sama sekali tak mendapatkan respon dari prianya. Padahal ia sangat berharap Verno akan mengerti dirinya yang sekarang.
Baru dia akan beranjak pergi, rasanya sekarang iabutuh tempat sepi. Ia ingin menangis semalaman disana. Sampai matanya sembab pun tak masalah asalkan perasaannya bisa sedikit lebih tenang.
Fara meluruhkan tangannya, dan sebisa mungkin menurunkan pandangannya dari hadapan pria di depannya. Ia bangkit, menguatkan kakinya sebisa mungkin agar bisa lekas hengkang dari sana. Sekarang ini ia tak sanggup bila dihadapkan dengan Verno yang seperti ini.
Selangkah kemudian tubuhnya terasa lemas, dekapan ini sukses membuat sekujur tubuhnya mendadak lemas. Bahkan pertahanannya sudah rubuh, air mata mengalir tanpa permisi disepanjang pipinya.
"Sorry, I am stupid! I just scaried if you until leave me! Sorry!!" ucap Verno tepat di telinga milik Fara. Tangannya tak kalah erat memeluk tubuh wanitanya itu. Dia dibuat frustasi sampai-sampai ia tak bisa menerima semua penjelasan dari Fara. Ia hanya takut jika orang yang ia sayangi dan ia cintai sampai meninggalkannya. Sudah cukup hatinya hancur untuk kedua kalinya, ia tak ingin menambah lukanya kembali.
Fara membalik tubuhnya ke arah pria itu. Membalas pelukan prianya tak kalah erat. Tangisnya kembali tumpah ruah, ini yang ia harapkan. Verno mengerti keadaan dirinya. Jujur ia juga tak suka dengan sikap eyangnya yang egois. Eyangnya tak berhak ikut campur dengan kehidupannya yang sekarang, ia sudah merasa nyaman dengan apa yang ia miliki sekarang. Sama sekali tak memerlukan bantuan eyangnya untuk meraih kebahagiaannya sendiri.
"Sstt..kamu nggak salah, disini aku yang salah karena nggak bisa jujur dari awal. Maafin aku," ujarnya disela-sela tangisnya.
Mendapatkan anggukan dari Verno membuat perasaan Fara menjadi lega. Beban yang tadinya ia rasa sangat berat akhirnya bisa terangkat dengan ringannya. Tanpa keraguan ia menatap dalam manik hitam di hadapan matanya. Sedetik kemudian ia mengecup bibir tipis nan merah di depannya dengan perasaan yang meledak-ledak. Penuh cinta dan kelegaan di setiap kecupannya.

KAMU SEDANG MEMBACA
My Angel
Ficción GeneralKehidupan seorang Verno Federic yang tadinya dingin berubah lebih hangat ketika seorang gadis bernama Faradina Anatasya datang dihidupanya. *** "Saya tau saya salah, tapi ini tak sebanding dengan kesalahan yang saya...