Sungguh menyedihkan rasanya. Apa yang selama ini ku perjuangkan hanya berujung dengan luka di hati. Seandainya waktu bisa diulang kembali aku lebih memilih tak dipertemukan dengan Dava. Tapi itu hanya sebatas kata seandainya.
****
"Eyang nggak mau tahu. Kamu harus ikut pulang sama Eyang!" secara langsung Fara menggelengkan kepalanya. Ia tak mungkin menuruti kemauan eyangnya, sementara sekarang sudah ada Verno.
"Fara nggak bisa eyang!" Eyang putri langsung melemparkan tatapan tajam pada cucu kesayangannya itu.
"Aha......pasti gara-gara CEO itu ya. Kalau aku jadi kamu, aku juga pasti milih dia, secara dia ganteng sih!" celetuk Jen yang menebak alasan kenapa sepupunya itu bersikeras menolak ajakan eyang untuk pulang.
"Jen..!" interupsi eyang pada Jen yang mulai berbicara seenaknya. Jenifer hanya menyengir dengan lebar saat tatapan tajam eyangnya kini tertuju padanya.
"Piss, becanda eyang,"
"Tinggalkan pria itu, kamu harus nikah sama calon pilihan eyang!" lagi-lagi eyang putri tetap membatu, masih dalam pendiriannya untuk menjodohkan Fara dengan pria pilihannya.
"Fara nggak bisa eyang. Fara udah nyaman dengan hidup Fara yang sekarang!"
"Baik jika itu mau kamu, Jen....!" interupsi eyang putri pada Jenifer lewat lirikan mata. Jen yang sudah paham segera beralih, memposisikan dirinya dibelakang Fara, dengan cepat ia memukul bagian belakang kepala dengan cukup keras sebelum Fara menolehkan kepalanya kebelakang. Sehingga Fara kehilangan kesadarannya, tubuhnya ambruk sebelum itu dengan sigap para bodyguard bergerak merengsek maju menjaga agar tubuh itu tak jatuh ke lantai.
****
Fara terbangun dari pingsannya. Ia mengucek matanya, hal pertama kali yang ia lihat adalah suasana yang berbeda. Ia menatap kesekeliling, meneliti dengan cermat setiap sudut ruangan.
Ini kamarnya dulu, kenapa ia bisa berada disini? Ingatannya terlempar ke beberapa jam yang lalu, ia ingat betul Jen yang memukulnya hingga membuat dirinya tak sadarkan diri. Rupanya mereka membawanya pulang. Dengan paksa pastinya.
Jam sudah menunjukkan pukul lima lebih sepuluh menit. Jadi sekitar tiga jam lamanya ia pingsan.
Verno! Fara teringat dengan suaminya. Pasti sekarang dia tengah kebingungan mencarinya yang tiba-tiba menghilang begitu saja.
Fara turun dari ranjang, mencari tas kerjanya. Ia ingin mengabari Verno, jika keadaannya baik-baik saja dan tak perlu mengkhawatirkan dirinya. Tapi nihil ia tak menemukan tasnya. Apa mungkin eyang putrinya yang menyembunyikannya. Dapat dipastikan seperti itu.
Fara bergerak mendekati pintu, ingin menggunakan telepon rumah. Ia cemas bukan main, ia takut jika Verno melakukan hal yang macam-macam.
Saat ingin dibuka pintu itu tak bisa terbuka. Pasti eyangnya telah menguncinya dari luar. Sekarang ia harus bagaimana.
"Mama!!! Tolong bukain Fara, Fara nggak bisa disini terus!" ia berharap mamanya dapat mendengar teriaknya.
"Maaf Far, mama nggak bisa. Mama nggak bisa ngelawan eyang kamu!" sepertinya mamanya berada di depan kamarnya. Tapi sayang mamanya tak bisa melepaskannya begitu saja.
"Tapi ma, Fara nggak bisa dikurung kayak gini. Verno sekarang pasti nyariin aku! Ma..,please bantu aku! Fara mohon."
"Merengeklah terus Far, sampai kapan pun eyang nggak akan biarin kamu kabur lagi. Kamu ikut mama sekarang!" itu suara eyangnya. Eyangnya menyuruh mamanya pergi, dengan begini tak ada lagi harapan untuk dirinya kabur. Bagaimana ini, apa yang harus dirinya lakukan.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Angel
General FictionKehidupan seorang Verno Federic yang tadinya dingin berubah lebih hangat ketika seorang gadis bernama Faradina Anatasya datang dihidupanya. *** "Saya tau saya salah, tapi ini tak sebanding dengan kesalahan yang saya...