"Kau ikut saja!" ucapnya dengan tegas tanpa mau ada penolakan untuk setiap permintaannya.
****
Pintu terketuk dari luar ketika kami sedang melangsungkan pembicaraan. Ternyata seorang karyawan datang untuk menghampiri Verno.
Samar-samar karyawan itu menjelaskan skandal yang sedang dialami perusahan Verno. Setelah usai dengan urusannya karyawan itu segera pergi undur diri. Meninggalkan perubahan raut wajah Verno yang nampak tertekan.
"Kenapa?" tanyaku begitu melihat Verno memijat pelan keningnya. Ia tampak menghembuskan nafas kasar sebelum menanggapi ucapanku.
"Keuangan kantor ini menurun drastis dan perusahaan lainya banyak memutuskan kerja samanya dengan kantor ini." terangnya. Tapi bagaimana bisa perusahaan sekelas ini bisa mempunyai masalah sebesar itu.
"Boleh aku baca laporannya." ucapku karena aku begitu penasaran apa yang membuat perusahaan Verno sampai krisis keuangan.
Verno yang mendengar ucapan ku hanya menaikan satu alisnya. Seolah-olah ia berkata 'kau tau apa tentang perihal seperti ini'.
Tanpa menunggu persetujuanya aku segera membaca laporan mengenai kantor ini. Setelah tahu titik yang menimbulkan permasalahan di kantor Verno, aku berusaha memberikan saran padanya.
Tatapan tak percaya ia tunjukkan padaku. Bisa kutebak ia kaget karena pemikiran nya padaku 100% salah besar.
"Kau tak usah takjub seperti itu, aku tahu kalau aku ini memang cerdas!!" ucapku menyombongkan diri.
"Tapi bagaimana bisa??!" ucapnya seolah tak percaya dengan apa yang telah aku katakan.
"Kau tak usah heran, aku ini sarjana lulusan S2 jadi kau tak perlu kaget seperti itu." terangku kepada Verno tapi lagi-lagi lelaki itu seolah tak percaya.
"Kalau tak ada yang dibicarakan lagi aku pergi dulu bye."
***
Astaga apa yang akan aku lakukan. Kamu bodoh Far, bagaimana bisa kamu seperti ini. Seharusnya aku kembali satu jam yang lalu, kalau seperti ini aku harus apa?
Benar saja didepan cafe Pak Andi telah menunggunya. Fara menundukan kepalanya serendah mungkin untuk menghindari kontak mata dengan managernya itu.
"Ehmm....,Fara," deheman pak Andi menyentak Fara ketika ia hendak masuk kedalam cefe. Dengan berat hati terpaksa ia harus menatap pak Andi yang tampak marah.
"Kamu tau ini jam berapa?" ucap Pak Andi mengawali pokok pembicaraannya. Anggukan kecil Fara berikan sebagai jawaban.
"Kalau kamu tahu seharusnya kamu sudah kembali ke cafe ini satu jam yang lalu, saya paling tidak suka dengan karyawan yang tidak disiplin." kaget tentu saja dirasakan Fara kini. Dulu pak Andilah yang menawarkannya pekerjaan ini tapi apa balas budinya sekarang, bukannya bekerja dengan disiplin ia malah mengecewakannya.
Firasat Fara menjadi tak enak. Berbagai spekulasi muncul dibenaknya. Apakah jangan-jangan ia akan dipecat. Fara harap itu tak terjadi.
"Maafkan saya pak, tadi itu—" kalimatnya terpotong saat pak Andi menyelanya.
"Tak ada alasan untuk kedisiplinan, kamu saya beri kesempatan satu kali lagi jika kamu tidak disiplin dan terus-terusan meminta izin untuk hal yang tak penting saya tak segan-segan untuk memecatmu," terang Pak Andi dengan panjangnya. Dengan satu tarikan nafas Fara menganggukinya dengan penuh kepercayaan diri.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Angel
General FictionKehidupan seorang Verno Federic yang tadinya dingin berubah lebih hangat ketika seorang gadis bernama Faradina Anatasya datang dihidupanya. *** "Saya tau saya salah, tapi ini tak sebanding dengan kesalahan yang saya...