Rumah Sakit Medika, di pagi hari
"Bismillahirrahmanirrahim, semangat dev" ia mengepal semangat saat baru keluar dari pajero sport putih yang baru saja terparkir.
"Hari ini ada berapa pasien yang harus saya periksa?" pertanyaan yang sama dilontarkan setiap paginya.
"Hanya ada 4 pasien dok" jawab suster nia dengan sigap.
"Baik kita mulai satu jam lagi" jawabnya tegas berlalu menuju ruangan.
dr. Deven Putra Tanuwijaya , sebuah plakat terpampang kokoh di atas meja kerjanya. Lengkap dengan logo rumah sakit ternama di sampingnya. Seorang dokter muda berkharisma, bukan besar kepala, nyatanya ia memang terbilang paling muda diantara dokter lain disini. Bahkan di banding dr. Clinton Lubis teman satu angkatan, satu almamaternya, ia masih terpaut beberapa bulan usia dengannya.
"Woy dev, baru sampe lo?" clinton teman satu profesinya berlalu masuk tanpa permisi.
"Kebiasaan lo ya kalo masuk ketok dulu kek, assalamualaikum kek" balas deven. Deven dan clinton memang ibarat air dan minyak dalam satu mangkuk indomie rebus. Tidak bisa bersatu, tapi sedap bila dibaurkan.
"Ahelah bosen gue denger omelan lo itu terus udah setahun disini, yang lain kek". Clinton tanpa dosa duduk sambil memutar-mutar kursi di depan deven.
"Ya berarti elo yang budek permanen selama setahun ini. Heran gue manusia tengik macam lo bisa jadi dokter" cibir deven justru membuat clinton terpingkal.
"Sana pergi lo, gue mau periksa pasien aja. Mual gue liat lo lama-lama" deven berlalu mengambil jas putih miliknya.
"Huuuu awas lo nanti nyari gue pas makan siang. Makan sendiri lo ya" balas clinton beranjak dari tempatnya untuk pergi.
"Sialan lo, jangan begitu beib" balas deven kemudian bersiap memeriksa pasien.
Bagi deven , clinton adalah tempat pelarian terbaik saat sang pacar tidak bisa menemaninya. Jika di rumah sakit ia punya clinton. Sedang jika di apartemen ia masih punya Gogo dan friden. Punya pacar tapi sama sibuknya memang sebelas dua belas nasibnya dengan jomblo semacam Gogo dan clinton.
"Permisi" sapa deven santun saat memasuki ruangan pasien yang akan diperiksanya.
"Hai Raina, bagaimana hari ini masih lemas?". Deven memang memiliki beberapa topeng ia bisa begitu ramah dengan pasiennya, terlebih lagi anak-anak. Dia juga bisa menjadi sosok tengil sebagai lawan clinton, gogo ataupun friden. Dan satu lagi, deven bisa tiba-tiba menjadi siluman kulkas saat dengan orang yang tak dikenal.
"Dokter raina kapan boleh pulang ke rumah?". Anak perempuan berusia 6 tahun itu sudah lima hari menjadi pasien deven. Ia terjangkit demam berdarah, kondisinya sudah membaik , hanya saja ia harus menaikkan trombositnya sebelum dinyatakan boleh pulang.
Selesai dengan si manis Raina, deven beralih menangani seorang bapak tua yang mengalami asma akut dan satu orang ibu muda dengan sakit tifus. Ia masih menyisakan satu pasien lagi yang harus diperiksa nanti selepas makan siang nanti.
Drrrrttt.... Drrrrrttt....
"Halo sayang.." sapa deven setelag melirik sang penelepon.
"Kamu sudah selesai periksa pasien ? Aku gak bisa makan siang bareng kamu nih, mau ketemu dr. Anton soalnya" sahut suara manis milik kekasihnya.
"Baru aja keluar dari kamar pasien. Iyadeh siap yang over sibuk di bangsal VIP mah beda. Iya aku makan siang sama selingkuhan aku ya" jawab deven sambil terus melangkah menuju ruangannya.
"Hahaha ya begitulah nyatanya. Oke deh kamu ajak selingkuhan kamu aja kasian dia jones gitu. Salam buat dia ya sayang" sahut gadisnya tergelak tertawa renyah.
"Oke sayang, yaudah ya ini selingkuhan aku udah stay di ruangan ternyata. Aku tutup ya bye" pamit deven melihat clinton yang komat - kamit mengikuti gaya bicaranya.
"Butjin terosss...!!!" kelajar clinton pada deven yang sudah bersiap menerkamnya.
"Cuss kemana kita ton ? Gogo sama iden join gak nih?" cerocos deven bersiap sudah menggulung lengan kemejanya.
"Iden doang katanya yang kuy, Gogo lagi GR buat acaranya" sahut clinton mengekor langkah deven dari belakang.
Dua pria idaman Medika Hospital tampak melangkah gagah membuat banyak pasang mata enggan berkedip dan membuat bibir berdecak kagum. Mereka memang selalu berhasil menjaga image mereka di depan orang lain. Dasar pencitraan.
Ciiiiiitttt....
Sedan mulus milik clinton tepat terparkir lurus di depan cafe tempat mereka akan makan bersama. Sesampainya disana deven dan clinton segera memesan menu makan siang mereka. Seperti dua siai mata uang, gaya hidup clinton dan deven sangat berbeda. Lihat saja makanan yang terletak di meja mereka. Tiga menu healthy food yang terjajar rapi adalah milik deven. Sedangkan makanan penuh lemak dan gula lainnya adalah milik clinton."Gue udah manis gak butuh glukosa tambahan". Itulah kalimat yang sering menjadi jawaban deven saat dibujuk oleh setan milik clinton untuk memesan makanan tak sehat.
"Lo tu anyep... Hambar!!!" ceplos sahabatnya itu.
"Woit woit woit, ni dua korek kuping udah mulai makan aja tanpa nungguin gue. Gak ada jiwa corsa lo, payah". Pria berkemeja rapi itu bernama friden, teman satu apartemen deven.
Friden adalah teman deven sejak SMA, hanya saja mereka beda kubu. Deven adalah anak sains mutlak, sedangkan friden adalah anak sosial. Friden adalah seorang pejabat di sebuah perusahaan swasta. Anak sosial sepertinya sangat mudah bergaul dengan lingkungan baru, hanya saja ia tak punya waktu untuk sekadar mendatangi coffe shop kecuali atas ajakan deven seperti sekarang. Friden mengenal clinton juga dari deven, sampai mereka berteman akrab tanpa sekat.
"Heh tisu ingus , berisik sana lo buruan pesan" sahut clinton. Sedangkan deven tidak menggubris mereka dan tetap fokus dengan makananya.
Selesai makan siang dan mengumpat berjamaah, mereka kembali pada dunia masing-masing, rumah sakit dan kantor.
"Jangan lupa nanti malem ketemu di club kita den" kelakar clinton sangat santai.
"Astaghfirullah den den. Lo sama kecoa terbang aja takut gak usah bergaya main joget di club" kata deven menyadarkan temannya.
"Canda ustad , elah kaku amat muka kek kanebo" cibir friden pada temannya itu.
Selepas debat receh antara mereka selesai, deven dan clinton kembali pada mobil clinton melesat menuju rumah sakit. Walaupun terbilang kocak, deven dan clinton tetaplah dokter muda teladan yang tepat waktu. Keteladanan mereka sudah tersebar dari mulut ke mulut bangsal melati tempat mereka bertugas.
Muda, tampan, cerdas, teladan bagaimana tidak membuat para wanita bangsal melati tidak bersikap manis menggoda mereka. Tapi nyatanya sejauh ini, clinton masih tetap pada label jomblo dan deven juga tetap hanya memiliki satu pacar, dokter jenius nan cantik primadona Bangsal VIP.
* * * *
Part pertama dari New Story masih ada denneth nya...
Hope you like it guys 🙏
I need your support 😍
KAMU SEDANG MEMBACA
Damn you, doctor !!!
Teen Fictiondr. Deven Putra Tanuwijaya Seorang dokter muda idaman semua pasang mata kaum hawa. Muda, tampan, cerdas merupakan daya tarik utamanya. Tidak hanya perempuan muda yang selalu berdecak tiap melihat kharisma dirinya yang menguar. Bahkan anak kecil pun...