Sore hari yang melelahkan bagi semua orang dengan aktivitasnya, anneth sedang bercengkrama dengan anggota team cheerleadernya di lapangan. Semenjak tangannya mengalami cidera anneth tidak lagi mengikuti latihan cheerleader seperti charissa dan Joa. Namun jabatan kapten team tetap ada padanya , merangkap sebagai official. Jujur saja tangan dan kaki anneth terasa sangat gatal untuk ikut bergerak tiap kali melihat team nya sedang berlatih. Tapi ada daya anneth, jika kedua orangtuanya tidak mengizinkannya lagi mengikuti cheers. Sebetulnya bisa saja ia mencuri-curi latihan , mengingat mami papinya masih berada di luar negeri. Tapi anneth selalu bergidik ngeri tiap kali dihantui ancaman-ancaman yang datang dari dokter galaknya. Apalagi intensitasnya bertemu dengan deven sekarang lebih banyak.
Seperti sore ini, anneth juga sembari menunggu jemputan dari deven, karena mereka akan pergi ke mall bersama. Keduanya memang tampak seperti saudara kandung atau bahkan sepasang sejoli , jika sedang akur-akurnya. Tapi, bisa juga melebihi tom and jerry jika sedang bermusuhan.
"Neth, lo balik naik apa ?" tanya joa yang sudah merapikan tasnya. Anneth menoleh ke arah joa yang sedang sibuk dan juga ucha yang tengah menikmati air mineralnya.
"Dijemput jo" jawabnya ringan."Di jemput siapa neth?" tanya ucha mengusap keringat-keringat di dahinya, cuaca hari ini memang cukup terik.
"Biasa om bawel" tukas anneth menggedikkan bahu.
"Makin akur aja neth perasaan, gue jadi penasaran banget wujud om dokter lo itu" tumpal charissa cengengesan melihat raut anneth yang sudah masam.
"Jangan cha gue takut lo alergi, lo kan sensitif sama kuman" candanya membuat ucha dan joa mengumpat bersamaan.
Trriiiingg.... Trrriiiiingg....
"Kenapa ?" sapa anneth setelah menggeser layar ponselnya.
"Gue udah di depat nyet, cepet keburu hujan" sahut suara pria di telepon. Sudah pasti deven.
"Hujan gigimu, panes gini. Iya gue otw keluar, sabar 5 menit" sahut anneth mematikan teleponnya sebelum mendengar beo-an konyol dari lawannya.
"Jo, cha udahan kan? Balik sekarang kan ?" ajak anneth pada keduanya.
"Ciyee yang udah dijemput sama doi" ejek joa ke anneth.
"Doi muke lo jauh" decih anneth tak terima justru membuat sura ucha dan joa menggema di koridor.
Dari tempatnya berjalan , anneth sudah melihat sosok homo sapiens dengan celana berwarna abu-abu berpotongan selutut berdiri di depan mobilnya. Harus diakui melihatnya memakai kaos sederhana berwarna putih dan kacamata elegant yang terpasang, ketampanan musuhnya memang diatas rata-rata. Apalagi saat sedang diam dan cool seperti ini, skala ketampanannya melonjak drastis. Tapi jangan ditanya saat ketidakwarasannya kambuh, mending jauh-jauh darinya.
"Itu neth?" tanya charissa menunjuk ke arah deven. Anneth mengangguk membenarkan.
"Serius yang itu ? Lo gak salah?" tanyanya lagi.
"Enggak ucha...." jawab anneth panjang. Anneth dan joa terkejut melihat reaksi charissa yang berlari semangat ke arah deven.
Wah gila ucha berani banget...
Langkah anneth dan joa terhenti tepat dua langkah di belakang ucha yang tengah memeluk deven.
Wait cha, ini apa ya maksudnya...
"Cha..." panggil anneth pelan membuat charissa melepas pelukannya. "Cha lo apa-apaan sumpah" ujar anneth.
"Haha sorry sorry neth kelepasan. Ini om dokter lo?" timpal ucha sangat santai bahkan sambil terkekeh. Anneth mengangguk pelan, ia bingung bagaimana harus menegur charissa dan ia juga bingung bagaimana nanti menjelaskan ke deven.
KAMU SEDANG MEMBACA
Damn you, doctor !!!
Teen Fictiondr. Deven Putra Tanuwijaya Seorang dokter muda idaman semua pasang mata kaum hawa. Muda, tampan, cerdas merupakan daya tarik utamanya. Tidak hanya perempuan muda yang selalu berdecak tiap melihat kharisma dirinya yang menguar. Bahkan anak kecil pun...