"Dev..."
Anneth dan deven sama-sama terbungkam melihat pintu ruangan yang terbuka tiba-tiba. Tersaji jelas di mata misellia melihat posisi wajah deven sangat-sangat dekat dengan perempuan yang ada di depannya. Misell tentu sudah menerka-nerka apa yang sedang mereka lakukan. Jika perempuan itu pasien deven, haruskah sedekat itu saat menangani pasien ?.
"Eh... Sel.. Emmm itu emmm kamu itu apa namanya" deven berucap sangat kacau terlihat sekali ia begitu gelagapan melihat kehadiran misellia secara tiba-tiba.
Dahi milik misellia menggelombang penuh tanya. Sebenarnya ia sempat menggiring pikirannya untuk tidak berfikir yang bukan-bukan mengenai pacarnya. Tapi melihat deven begitu salah tingkah justru membuatnya semakin curiga. Deven bukan tipe pria yang mudah gugup kecuali ia sedang melakukan atau menutupi kesalahan .
"Aku cuma mau bilang buat dinner kita besok lusa aku ganti tempat di cafe ocean" ucap misell berusaha tenang.
"Oh gitu... Emmm iya aku inget-inget nanti". Sungguh ingin rasanya deven menabrakkan otak konsletnya ke tembok ruangan. Kenapa justru kata-kata yang tidak masuk akal yang ia ucapkan. Padahal ia paham saat ini misell sedang butuh penjelasan darinya secara personal.
Misellia mengangguk mendengar reaksi dari deven, dalam hatinya sudah menggunung kekesalan pada lelakinya itu. Apa sebenarnya yang telah deven lakukan bersama perempuan itu?. Diakuinya perempuan itu cantik meskipun dengan raut wajah lelah. Namun ia mengenakan seragam sekolah, masa iya deven mengencani ABG SMA ?
"aku duluan " pamitnya tenang.
Deven menahannya pergi dan menjelaskan bahwa apa yang dilihat dan dipikirkan misell tidak seperti apa yang terjadi sebenarnya. Ya, seharusnya itu yang deven lakukan. Tapi kenyataannya pikiran gugupnya justru membuatnya mengangguk begitu saja merespon kalimat pamit dari misellia. Apa deven lupa siapa misellia baginya?
Anneth sejak tadi hanya patuh menjadi penonton pasif dari semua adegan yang terjadi. Bukan karena tidak memahami apa yang terjadi antara deven dengan wanita tadi. Tapi ia masih kesulitan mengontrol ledakan perasaan aneh dalam dirinya yang merupakan efek ciuman singkat dan juga jarak yang sangat dekat dengan deven tadi.
Apa anneth juga harus diingatkan kembali siapa deven dalam kehidupnnya belakangan ini? Masih musuh bebuyutannya kan?
"Aku mau pulang" ucap anneth setelah akhirnya berhasil mengerjap sadar setelah kepergian misell. Kalimat pamit dari anneth kali ini terdengar jelas di telinga deven.
"Gue anter tapi mampir ke apartemen gue dulu. Gue mau ambil baju ganti" jawab deven kembali datar.Anneth dan deven berjalan menuju mobil deven yang terparkir lumayan jauh. Kali ini tidak ada debat receh ataupun cibiran gemas dari keduanya. Semuanya membisu senyap berjalan pada jalur masing-masing karena mereka sengaja memberi jarak hingga masuk ke dalam mobil deven.
Deven sudah melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang. Pikirannya masih berusaha mengintrospeksi dirinya sendiri. Merasa ada yang aneh dalam dirinya, ia sangat paham misellia sedang tidak baik padanya. Tapi seperti tidak ada rasa bersalah dalam dirinya telah membuat misell pergi dengan kesal. Sungguh ini bukan deven yang biasanya.
"Gue mau masuk sebentar, lo ikut atau tunggu di mobil?" tawarnya. Anneth menoleh hati-hati menatap wajah deven. "Disini aja" jawabnya singkat. Bahkan hanya untuk mengucap dua kata tadi anneth seperti memaksa tenggorokannya untuk bersuara.
Deven segera masuk ke dalam menuju apartemennya hanya untuk mengambil baju ganti. Padahal kalau dipikir ada banyak bajunya di rumah mamanya. Lebih anehnya lagi, sebenarnya deven tidak menjajikan mengantar anneth saat pulang pada mamanya. Boleh saja kan deven meminta anneth pulang menggunakan taxi online. Tapi kenapa deven justru mengantarnya ?
KAMU SEDANG MEMBACA
Damn you, doctor !!!
Teen Fictiondr. Deven Putra Tanuwijaya Seorang dokter muda idaman semua pasang mata kaum hawa. Muda, tampan, cerdas merupakan daya tarik utamanya. Tidak hanya perempuan muda yang selalu berdecak tiap melihat kharisma dirinya yang menguar. Bahkan anak kecil pun...