(6) "Tolong"

7K 356 37
                                    

Anneth masih ternganga belum mengerjap sejak membuka pintu yang menampilkan seorang di depannya. Padahal tadi ia tergopoh bukan main saat mendengar suara bel beberapa kali untuk segera membukakan pintu.

"Lo ngapain disini?" suara nyaring kasat nada tak suka memekik ditelinganya. Bukan menjawab anneth masih limbung harus berbuat apa. Ini deven, ralat dokter deven manusia yang palingnia benci belakangan ini.

"Heh cabe ditanya malah bengong. Lo ngapain di rumah gue sore-sore gini". Kalau biasanya anneth akan sangat beringas berhadapan dengan musuhnya ini. Tapi mungkin kali ini nalurinya menyadari bahwa ini bukan daerah teritorialnya.

"Emmm... Itu eemmm..." ia menggaruk tengkuknya sembari menoleh mencari keberadaan bundanya. Deven masih menatap tajam dengan alis terangkat menunggu alasan anneth.

"Emmm bunda masih siap-siap di kamar paling sebentar lagi" anneth merutuki keras dirinya sendiri dalam hati. Mengapa ia tampak sangat pecundang saat ini.

Kata 'bunda' yang anneth ucapkan tentu membuat deven semakin bingung. "Bunda ? Siapa bunda?" tanyanya tegas mendekat menatap anneth sangat intens membuat anneth cukup mundur satu dua langkah.

"Eh sayang kamu udah dateng" teriakan mamanya mengalihkan tatapan deven.

"Hai ma, kita mau langsung berangkat? deven taruh tas deven dulu ya" ucap deven menghampiri dan mengecup mamanya sebentar. Dimana anneth? Anneth masih terpaku seperti patung pajangan di depan pintu.

"Sayang kamu udah siap semuanya?" pertanyaan bundanya beralih pada anneth.

"Eh udah ma, eh bun.." aneh kenapa anneth seperti robot rusak karena kemasukan air.

"Deven cepetan sayang, mama tunggu di mobil ya" teriak mama risty menembus lantai 2 kamar deven. "Ayo sayang kita ke mobil dulu" ajaknya pada anneth.

Brukk...

Baru saja deven menutup pintu mobilnya dan memasang sabuk pengaman sehingga pandangannya sedikit tertoleh. "Wait. Kenapa masih ada dia sih ma ?" ia menunjuk ke arah bangku belakang yang diduduki anneth dengan raut tidak suka.

"Loh anneth kan anak gadis mama yang baru" jawab mamanya santai.

"Hah ? Anak baru? Apa sih ma maksudnya?"sergapnya.

"Ya anneth anak mama , tapi anneth panggil mama bunda. Anneth mulai sekarang tinggal di rumah kita dev" jelas mamanya.

"Hah ?" pekik deven membuat anneth dan mamanya terlonjak.

"Jangan teriak-teriak deven. Udah ayo jalan keburu malem" perintah mamanya.

"Gak bisa gak bisa. Deven gak mau tau mama harus jelasin sama deven nanti" tukasnya menyalakan mesin mobil.

Sepanjang menuju mall, mama atau bunda risty terus berusaha memecah dinding pembatas antara anneth dan deven. Keduanya memang tidak beradu mulut, tapi justru diam saling menatap tajam.

"Kalian kenapa sih saling sebenci ini?" tanya mamanya tampak sudah sangat frustasi usahanya tak membuah hasil. Keduanya diam, anneth menatap sendu ke arah bundanya, sedangkan deven menatap kesal anneth dari kaca tengahnya.

"Lama-lama mama jadi penasaran, mama jodohin juga kalian nanti" kesal mamanya.

"Bun.."

"Ma.." keduanya hampir bersamaan.

"Makanya jangan pada musuhan dong anak mama sama bunda" rengeknya membuat kedua anaknya mendengus.

"Deven sudah ada calon ma jauh lebih dari segala aspek dibanding botol kecap kayak gitu" cibirnya membuat anneth menghunus tatapan membunuh ke arahnya.

Damn you, doctor !!!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang