(51) Sebelum menjadi sendu

6.3K 380 191
                                    

Haiii kawan...

Jangan lupa pada jaga kesehatan ya kawan, jangan bantakan main dulu, ditahan. Harusnya kalian yang mendapat kesempatan #dirumahaja seneng bisa lebih aman dibanding yang terpaksa tetep beraktifitas diluar (aku misalnya). Semiga kita semua terlindung dari marabahaya.

Tapi maaf ya inu aku mau ngeluh sama protes juga. Aku mulai agak gimana gitu chapternya yang view banyak, tapi vote sama komentarnya sepi. Ya aku tau sih aku jg salah updatenya gak pasti dan jarang-jarang. Tapi kalo sepi aku juga makin mager. Udah sibuk kerjaan eh pas ngecek WP sepi, yaudah makin mager bikin chapter.

Semoga ini nanti mulai gak sepi lagi... Aamiin.

* * * * *

Tengah hari saat matahari sedang terik-teriknya, Anneth masih begitu sibuk dengan beberapa map di depannya. Padahal ia baru saja selesai memimpin rapat dengan beberapa pimpinan perusahaan fashion dari berbagai daerah. Meskipun para peserta meeting sudah meninggalkan ruangan tetapi Anneth, Zara, Navis, dan dua orang pimpinan dari perusahaan yang menang Anneth dan agency model masih melanjutkan diskusi.

"Kalau begitu Anneth harus menembusi panitia gala dinner untuk meminta kita nengadakan gelaran fashion show di acara itu" titah pimpinannya.

Anneth mengangguk yakin meskipun rasanya sendi-sendi tubuhnya mau patah. "Siang ini juga saya temui pihak panitianya pak" jawab Anneth.

"Baik kalau demikian, ini bisa jadi acara amal sekaligus lahan kita promosi karena acara itu didatangi banyak orang-orang penting perusahaan ternama" sahut pimpinanannya.
"Jadi dedline konfirmasi bisa saya dapat kapan Anneth?" tantang pimpinannya.

"Saya usahakan malam ini kita sudah mengantongi izin dari panitianya pak" sahut Anneth.

"Baik saya percayakan pada kamu" Pak Hendri mengulurkan jabatan tangan kepada Anneth.

"Terimakasih pak" sambutnya mantap.

Selelah apapun fisik Anneth hari ini , didalam hatinya menggebu semangat untuk melaksanakan tugasnya dengan cepat. Dengan langkah seribu ia mengambil kunci mobilnya dan berjalan cepat menuju mobilnya.

"Gue dampingin neth, gue yang bawa mobil, gue tau lo capek" Navis menyusul langkah Anneth menjadi sejajar.

"Thanks kak" girangnya menyerahkan kunci mobilnya pada Navis.

Selama perjalanan Anneth terus menunduk menatap layar tabletnya, menyusun skema rancangan yang akan ia ajukan. Beruntung memang ada Navis yang membawa mobilnya, sehingga ia bisa mempersiapkan presentasinya.

Trrriiiing.... Trrriiing...

"Halo" sapa Anneth.
"kamu dimana Neth ?" tanya si penelpon.
"Iya kak sebentar , sepuluh menitan lagi Anneth sampai" sahut Anneth begitu antusias.
"Oke-oke gue tunggu ya nanti langsung ke ruangan gue aja" sambung si penelpon.
"Siap kak" sahur Anneth.

Setelah telepon terputus, Anneth pun menyimpan tabletnya ke dalam tasnya dan menatap jalanan depan dengan optimis.

"Semangat banget si neth?" tanya Navis mencandai Anneth.

"Iya dong kak, bayangin kita bisa bantu orang-orang yang membutuhkan nantinya, gimana gak seneng" jawab Anneth dengan senyum yang terus mengembang manis di bibirnya.

"Orang yang membutuhkan apa pacar yang membutuhkan?" sambung Navis tertawa kecil.

"Ya sekalian aja gitu, habisnya kan daripada aku galau mulu ditinggal-tinggal Deven urus acaranya, mending aku melakukan sesuatu yang bakal banyak manfaatnya" jawabnya bijak.

Damn you, doctor !!!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang