(29) beda rasa

5.8K 320 70
                                    

Yang malem minggunya minta ditemenin mana nih ????...

Nih biar makin halu di malam minggu..
__________

Malam itu anneth benar-benar merasa kurang dari setengah nyawanya yang masih sadar. Apalagi setelah mengalami mimpi buruk Nadine benar-benar berhasil membawa deven pergi darinya, energinya semakin menipis.

"Aku kepikiran kalau kita nikah nanti. Apa baiknya kita cicil dari sekarang yang ?" tanyanya penuh ambigu.

Anneth yang sudah lelah namun deven justru membawa topik berat mengenai pernikahan.Alhasil anneth hanya menggumam menanggapi deven."Hmmm yaudah" jawabnya setengah sadar.

"Kita coba cicil darimana nih yang enaknya ?" tanya deven lagi.

Mendengar kakimat tanya yang menjurus seketika membuat nyawanya berkumpul dengan tergesa.

"Kamu mau apa sih kak kok enak - enak ?" tanyanya. Bulu kuduknya bergidik ngeri melihat deven tersenyum penuh makna dengan satu alis terangkat.

"Maunya ?" tawarnya misterius.

Anneth memicing mata tajam-tajam seakan mampu mencabik deven lengkap dengan niat kotornya. Ia menarik selimutnya sampai batas leher. "Awas kamu berani macem-macem" ancamnya.

Bukannya takut, tapi deven justru mendekatkan wajahnya membuat nafas anneth memburu. "Kita coba satu macem dulu sayang, nanti yang lain nyusul" bisiknya semakin membuat anneth merinding.

"Jangan deket-deket atau aku teriak biar kamu dipukul kak iden" gertaknya menahan dahi deven dengan telunjuknya.

"Ayolah sayang, kita cicil dari yang paling spesial dulu, oke ?" ujar deven.
"Aku butuh kerjasama yang apik dari kamu biar hasilnya spesial" tambahnya.

Anneth semakin gugup, takut dan bercampur-campur perasaan tidak tentu. Selama ini deven tidak pernah semengerikan ini. Anneth menutup wajahnya dengan kedua tangannya, ia juga memejam rapat. Matanya semakin rapat saat merasa tangan deven perlahan menyingkap selimutnya. Tangan anneth gemetar, wajahnya di balik telapak tangan juga sudah memerah.

Sedangkan deven, semakin menyeringai melihat reaksi anneth. Senyumnya terus mengembang sampai akhirnya ia sudah tidak kuat lagi membendung tawanya yang pecah terbahak-bahak.

"Hahahaha apa sih sayang takut banget gitu. Udah udah buka" ia terkekeh puas meraih tangan anneth yang masih menutup wajah.

Anneth perlahan membuka wajahnya heran melihat deven tertawa puas melihatnya. Matanya kembali memicing lebih galak. "Kamu ngerjain aku ya?" tanyanya memukuli deven dengan bantalnya. Deven masih terus tertawa keras sampai sudut matanya basah berair.

"Yaampun yang muka kamu tadi sumpah..."ujar deven di sela tawanya.

"Ih nyebelin banget sih bikin panik" sentak anneth. "Apa coba maksudnya cicil-cicil enak. Untung ya aku gak jadi teriak minta bantuan kak iden" ocehnya merasa kesal.

Deven berusaha menyurutkan tawanya, perlahanbmerengkuh pinggang anneth untuk dipeluknya. "Padahal maksud aku kita cicil mulai dari nyicil nabung buat beli rumah. Kan gak mungkin kalau kita udah nikah tapi tinggal disini. Bisa gila iden sama gogo tiap malem denger suara nakal kita" ujar deven meletakkan dagunya di bahu anneth yang membelakanginya.

Anneth membalikkan badannya menghadap deven. "Terus maksudnya kerjasama spesial?" tanyanya lagi.

Deven tersenyum meraba wajah anneth. "Rumahnya kan bakal kamu juga yang menempati, jadi untuk urusan perabot kamu lebih paham" jelas deven.

Anneth merasa malu dikerjai habis-habisan oleh deven yang menggiring pikirannya menuju hal yang bukan-bukan. Ia kembali membelakangi deven untuk menyembunyikan rasa malunya.

Damn you, doctor !!!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang