(27) mengenang lalu

6.1K 348 82
                                    

Hai semua, ketemu lagi...
Maaf ya kemarin² gak bisa update karena 'sakit'.
Ini juga belum sembuh sepenuhnya, tapi nyoba. Jadi sorry lagi kalo part ini gak sesuai mau kalian.

Satu lagi guys, aku tau di cerita ini kalian fokus sama denneth. Tapi aku juga pengen munculin sisi dari tokoh lain juga.
Nggak apa ya ?
__________________

Malam itu nashwa baru selesai menjalankan tugasnya. Ketika ia sudah sampai basement dan siap melajukan mobilnya, rupanya terjadi masalah. Ia tidak mengerti sama sekali perilah permesinan, yangbia tahu mesin mobilnya tidak bisa dinyalakan. Bercampur antara kesal dan panik ketika ia melihat arlojinya sudah menunjukkan hampir pukul sembilan malam. Ia tidak bisa menghubungi papinya ataupun fatih, keduanya sama-sama sedang berada di luar kota. Fatih sedang ada acara di medan, sedangkan papinya sedang berada di surabaya. Nashwa sempat terpikir menghubungi anneth, adiknya yang paling pengertian. Namun, niatnya urung mengingat anneth sedang bersama deven. Nashwa mengetahuinya dari laman instagram deven yang membuat story berisi adiknya. Ia tidak enak hati mengganggu keduanya yang mungkin baru saja membaik.

"Duh masa naik grab" gumamnya lirih. Bukannya tidak menyukai transportasi online, hanya saja nashwa merasa tidak nyaman jika hanya dirinya sendiri yang menjadi penumpang.

Ia terus menggeser layar gawainya berharap menemukan ide baik. Baru saja ia melenguh pasrah, jemarinya berhenti pada satu nama, friden. Nashwa tertegun menatap deretan angka nomor ponsel friden, otaknya mencoba untuk memperhitungkan beberapa kali.

"Aaaarrgh.. " kesalnya. Tapi sayang keluhan kesalnya membuat jemarinya bergerak dan tak sengaja menekan dial telepon pada nomor friden.

"Halo..."sapanya. Nashwa begitu terlonjak hampir saja ponselnya jatuh mendengar suara tiba-tiba.

"Halo den" balasnya begitu ragu. Awalnya ia ingin mematikan saja panggilannya. Namun itu akan terasa lebih aneh.

Dari ucapan friden, nashwa tahu friden mengira ia mencari anneth. Karena ya kalau dipikir atas alasan apa nashwa sampai menelepon friden kalau bukan mengenai anneth atau deven.

"Kamu dimana?" tanyanya. Nashwa sudah menggigit bibirnya menahan rasa-rasa aneh dalam hatinya. Ia yakin friden pasti mengernyit bingung. Lama sekali friden tak jua menjawab, nashwa semakin merutuki ucapan dan degup jantungnya.

"Eh... Ini wa di tempat deven, kenapa wa ?" akhirnya friden menjawab.

Dengan penuh kehati-hatian nashwa menjawab. "Mobil aku mogok den, aku baru selesai tugas" ucapnya.

"Ya terus kenapa gitu kamu kasih tau aku". Bukan itu bukan friden, itu hanya bayangan nashwa akan jawaban friden.

"Yaampun masih di rumah sakit ?" tanyanya tergesa. Bodohnya nashwa mengangguk, padahal itu tidak mungkin diketahui friden.

"Kamu tunggu sebentar ya, bentar aja wa. Aku kesana sekarang" ujar friden lagi tanpa menunggu balasannya langsung mematikan panggilan.

Nashwa masih kehabisan kalimat, ia menyandarkan punggung rapuhnya pada kursi kemudi. Tanpa ia sadari seulas senyum perlahan mengembang tipis dari bibirnya.

Sikap friden masih begitu hangat...

✈✈✈

Anneth, deven, joa tidak bersuara, ketiganya begitu fokus menyimak ucapan friden dengan nashwa di telepon. Joa sendiri tidak tau apa yang membuatnya justru begitu ingin mengetahui obrolan mereka. Padahal ia bisa saja ikut sibuk seperti charissa , clinton dan gogo yang asyik berebut sosis. Andai ia lebih memilih obrolan dengan charissa, pasti hatinya tidak merasa ngilu tanpa alasan seperti sekarang.

Damn you, doctor !!!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang