(25) titik terang (?)

7.1K 312 63
                                    

Minggu lalu pada nungguin update bonus part ya ?
Tadinya hampir ada niat. Tapi Sorry saya sibuk menyemangati mas fathur dan bang royyan berjuang... Ehehe

Kamu team mas fathur atau bang royyan ders (?)
________________

Malam itu, anneth harus kembali menahan sesak kesekian kalinya melihat nadine mengusap rambut deven. Bukan tidak terluka, dada anneth justru seperti terhantam beban melihatnya. Tapi anneth tidak mau terlihat lemah dan kalah di depan nadine. Bagaimanapun menggantungnya hubungannya dengan deven, ia tidak akan menampakkan kekalahan di depan wanita licik semacam nadine. Ia tidak sudi membuat nadine menertawai kesedihannya. Tidak akan. Dengan berusaha melapangkan sabar, anneth pulang bersama nashwa tanpa air mata yang menetes lagi. Anneth tidak mau menangisi hal yang sama.

Siang ini hari yang begitu terik, anneth berusaha mendinginkan tenggorokannya di sebuah kantin fakuktas kedokteran untuk menunggu Joa. Agenda kuliahnya sudah selesai beberapa menit lalu, oleh jadinya ia sudah datang bersama zara di tempat yang mereka sepakati. Charissa dan william tampak sudah berjalan ke arah amneth dan zara.

"Tuh willy sama ucha zar" kata anneth mengarahkan dagunya sebagai penunjuk. Zara melambaikan tangan dengan semangat menyambut mereka.

"Kok lama cha ?" tanya anneth.

"Biasa dosen ngaret laper gue, will pesenin sekalian yak bakso aja deh gue" cerocos charissa dipatuhi william. Sambil menunggu pesanannya, charissa sudah lebih dulu ikut menikmati strawberry smoothies milik zara.

"Habis ini lo orang ada kelas lagi?" tanya zara.

"Ada dong pokoknya kelas teros..." sahut william bersiap duduk di sebelah anneth.

"Joa mana ? Belum kelar?" tanya willy meraih mangkuk sup buah milik anneth.

"Main tarik aja mamang" protes anneth memukul pelan lengan william yang sudah menyendokkan sup buah dingin ke mulutnya. "Jo masih ketemu dosen sebentar. Jo itu rajin gak kaya lo orang" ceplos anneth.

"Kampret. Gue rajin dong neth aslinya, cuma willy aja tuh nularin mageran" sambung charissa tak terima.

"Willy jangan makan anggurnya...!!!" teriak anneth.

* * *

Semenjak kejadian di kedai kopi malam itu, deven semakin dibuat was-was oleh sikap anneth. Anneth memang sudah tidak membiarkannya secara total. Ia sudah mau membalas pesan dari deven meskipun sekali dua kali dan terkesan seadanya. Tapi justru dengan sikap anneth yang menurut deven terlalu mencoba biasa saja justru membuatnya semakun takut bahwa anneth sudah tidak mau memikirkan hubungannya. Sampai kemarin malam , hampir setiap hari deven mengajak anneth untuk jalan bersama. Namun, hampir setiap hari pula deven harus meneguk kesabaran karena tolakan halus dari anneth.

Siang tadi deven ada agenda bertemu seseorang di luar rumah sakit. Oleh sebabnya saat menjelang makan siang ia kesulitan mencari partner karena posisinya sedang jauh dari friden maupun clinton.

To: annethy ❤
Sayang dimana ? Aku jemput makan siang ya ?

Kesekian kalinya ia masih mencoba meluluhkan dan membuat anneth kembali dekat dengannya. Tapi nyatanya lima menit ia menunggu balasan pesannya di dalam mobil, tetap juga tidak terjawab.

"Sabar dev , sabar" batinnya.

Deven sudah merasa sangat sepi menjalani keseharian selama hampir dua minggu ini tanpa annetg di dekatnya. Apalagi ditambah seperti sekarang, jauh dari teman-temannya yang biasa ramai seperti pasar.

"Apa gue ke coffe shop aja ya " pikirnya setelah bosan melihat deretan instastory dari para pengikut laman instagramnya.

Cari gara-gara aja terus dep...

Damn you, doctor !!!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang