(45) Back to you (?)

6.2K 336 100
                                    

Hari ini begitu banyak yang mengecewakan. Apa kalian juga ?

Apa kalian juga akan mengecewakan atu justru merasa dikecewakan di part ini ???.

* * * * *

Perjalanan menuju bogor baru ditempuh separuh, tapi suasana mobil yang semula ramai rombeng sudah sepi. Airish dan Deven sudah tertidur sejak sepuluh menit lalu. Melihat keduanya Anneth merasa mungkin tuhan sengaja membuat Airish menjadi anak Deven, lihat saja gaya tidur keduanya sama, bahkan keduanya sama-sama bersandar dan memeluk Anneth.

Di bangku depan terlihat lirikan canggung saling memastikan keadaan semakin intens terjadi. Tapi keduanya seperti sama-sama masih menahan sikap. Tak tega melihat kakaknya berlaku kaku Anneth berinisiatif untuk pura-pura memejamkan mata. Tapi telinganya justru dipasangnya tajam-tajam.

"Kamu udah pernah kesini sebelumnya dek ?" suara Nashwa memecah keheningan.

"Neth..", merasa tidak mendapat respon membuat Nashwa menoleh.

"Yaampun tidur semua mereka" gumamnya melihat keluarga kecil Tanuwijaya lelap saling memeluk.

"Kamu tidur aja juga wa kalo ngantuk" ujar Friden sedikit melirik sampingnya.

Ternyata Nashwa justru menolak dengan gelengan kecil. "Nggak ngantuk kok den, lagian mana enak kamu diem nyetir sendiri. Kamu kan juga tau kalo aku..."

"Suka menikmati perjalanan kan ?" sahut Friden seolah hafal seluk beluk Nashwa. Nashwa tersenyum dan mengangguk pelan.

"Dari tadi kamu gak tidur juga gak ada ngomong wa kalo aku gak nanya" ucap Friden terdengar seperti sindiran.

"Den... Aku gak enak aja, tau sendiri mereka" jawab Nashwa mengarahkan dagu ke bangku belakang.

Friden mengangguk seolah paham maksud Nashwa. "Takut dilaporin ke Fatih ya sama Anneth ?" ujarnya membuat Nashwa mengerutkan kening berlipat-lipat.

"Gak ada hubungannya sama Fatih" jawabnya.

"Terus ?" lanjut Friden.

"Jangan bahas dia den" tutur Nashwa mengingatkan.

"Terus bahas apa yang boleh wa?" sambut Friden dengan nada sama.

Nashwa tidak bisa menjawab, ia sendiri juga tidak tau topik apa yang tepat untuk dibicarakan bersama orang yang pernah menjadi pusat perasaannya. Membahas pekerjaan sepertinya keduanya bukan tipikal yang suka membawa pekerjaan pada obrolan di luar tempat kerja. Membahas hubungan masing-masing juga akan membuat keduanya semakin canggung.

"Ya bahas yang ada disini aja" akhirnya Nashwa memberi jawaban.

"Kita , kamu ?" tanya Friden. "Ya kan yang sadarkan diri cuma kita wa, Anneth sama Deven kan lagi di alm lain" lanjut Friden meluruskan kebingungan Nashwa mendengar kata "kita".

"Kamu sekarang gimana ?" tanya Nashwa, entahlah gimana dalam hal apa yang ia tanyakan.

"Apanya yang gimana ?" tanya Friden.

"Ya mungkin ada sesuatu yang baru yang bisa di share" sahutnya gelagapan.

Friden terkekeh pelan mendengar nada ragu-ragu dari Nashwa. "Anneth cerita apa memang?" tanya Friden bernuat mengendalikan arah pembicaraan.

Nashwa terlihat menggeleng beberapa kali. "Enggak Anneth gak pernah cerita tentang kamu" jawab Nashwa jujur. "Jadi bener ada new something or new someone ?"telisiknya.

Bukannya segera menjawab Friden justru terkekeh pelan, tawa lirih yang terdengar miris menertawakan keadaan dirinya. "I don't know wa, aku sendiri gak begitu ngerti sama mauku, aneh ya?" Friden meminta pendapat Nashwa.

Damn you, doctor !!!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang