Halooo....
Ders bad idea atau good news gak sih kalo cerita ini aku lelang gratis buat di lanjutin orang lain aja ?Soalnya kok aku merasa bersalah ya kalo buntu gini, bikin kalian jadi nunggu lama gitu misalnya
Gimana menurut kalian?Jawab:....
* * * * *
Sinar surya pagi sudah menyapa Deven sejak pukul enam kurang tadi. Tapi nyatanya nyawa miliknya masih enggan berkumpul mencipta kesadaran. Padahal di bawah sana Anneth sudah sigap dengan kesibukan di dapur. Sarapan sehat anjuran Deven sudah tersaji di meja makan , Anneth hanya tinggal menunggu airnya mendidih untuk membuat susu.
Beberapa kali Anneth menengok ke lantai atas , namun nihil kamar Deven belum menunjukkan adanya kehidupan. Bukannya marah, ia hanya heran saja melihat kebiasaan Deven hampir stu minggu ini, bangun siang. Padahal di hari kerja biasanya terkadang subuh-subuh ia sudah berada di rumah sakit. Setelah teko airnya berdengung menandakan airnya sudah mendidih , Anneth segera menuangkan ke dalam gelas yang sudah ia beri bubuk susu sesuai takaran yang Deven ajarkan.
Tak...
Tak...
Tak...
Langkah sepatu Anneth terdengar berirama saat menaiki tangga menuju kamar Deven.
Ceklek....
Lagi - lagi Anneth menggeleng berdecak heran melihat Deven yang masih meringkuk mesra bersama selimutnya. Padahal separuh wajahnya sudah terpapar sinar matahari pagi.
Bukannya langsung membangunkan , Anneth merapi-rapikan kamar Deven sejenak. Kemudian ia duduk di tepian ranjang , menatap seksama wajah tenang Deven yang hanya tinggal hitungan hari saja dapat ia lihat secara nyata seperti sekarang ini.
Wajah tenang yang biasa lentur berekspresi di depannya, mata teduh yang seluruh membuatnya berdebar setiap bertatap, hidung yang begitu mendamba aroma rambut Anneth, bibir yang bukan hanya pandai merayu, menenangkan, marah dan juga lihai .... Ah sudahlah tidak perlu Anneth jelaskan kebiasaan bibir Deven .
"Sayang..." panggilan pertama Anneth menyapukan jemarinya lembut membelai rambut Deven yang menutupi sebagian dahi.
Anneth tersenyum hangat melihat Deven yang memeluk tangannya. yang tadi ia gunakan untuk membelai rambut Deven. "Bangun , udah siang. Sarapan yuk" ucap Anneth menepuk-nepuk lembut lengan kokoh milik Deven.
"Hmmmm..." Deven menggumam sebisa mungkin membuka matanya yang masih terasa lengket.
"Aku gak mau sarapan" ucap nya terdengar seperti gumaman.
"Lho kok gitu, mau sarapan di luar aja ? Anneth udah masak kak" jawab Anneth.
"Aku mau makan kamu aja sayang", sebelum Anneth kembali berkata , Deven sudah lebih dulu menarik Anneth terbenam dalam peluknya yang erat.
"Kangen..." gumam Deven.
Aneh , beberapa hari ini mereka selalu bersama. Bahkan beberapa hari ini pula Anneth tidak pulang ke rumah orang tuanya dan juga sengaja meminta izin cuti dari kantor. Tapi manusia konyol yang sekarang pun sedang memeluknya kuat-kuat mengeluh karena merasakan rindu ?
Apa namanya kalau bukan aneh ?
"Kan kita sama - sama terus kak, Anneth juga gak kemana-mana" jawab Anneth mulai menyerah dalam pelukan.
"Tetep aja aku kangen" tukas Deven tidak mau tau.
"Aku pengen bawa kamu, tapi disana bahaya buat kamu. Kalau aku tinggal aku gak kuat jauh dari kamu lama - lama " Ujar Deven mengutarakan keluhannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Damn you, doctor !!!
Fiksi Remajadr. Deven Putra Tanuwijaya Seorang dokter muda idaman semua pasang mata kaum hawa. Muda, tampan, cerdas merupakan daya tarik utamanya. Tidak hanya perempuan muda yang selalu berdecak tiap melihat kharisma dirinya yang menguar. Bahkan anak kecil pun...