Hai ders, siap-siap yaa...
Tarik nafas dalem-dalem.duku, rikex, siapkan hati yang kuat...Kita masih pada aturan 150 + 150 yaaa...
Ready ? Goooo....
_________________Malam ini Anneth menginap di rumah bundanya, mama Deven. Semenjak ada Airish di rumah bundanya Anneth memang kerap menyempatkan diri untuk menemui putri barunya.
"Kak kamu sana ih ke kamar kamu sendiri, aku mau tidur sama Airish" suruh Anneth mendorong pelan Deven yang terbaring santai di kasur.
Tapi nihil Deven hanya menggeliat mengganti posisinya menghadap Airish yang ada di tengah."Airish papa bolehkan tidur disini?" tanya Deven dengan mata terpejam. Entah memang sudah setengah tertidur atau hanya akal-akalan bulus.
"Kaaaak..." tegur Anneth.
"Apa sih sayang, Airish kan belum jawab" gumamnya mengulur tangan memeluk Airish.
"Boleh papa" sahut Airish justru menyelinap memeluk Deven.
Jika sudah seperti ini apa boleh dikata, Deven sudah memenangkan perdebatan. Anneth hanya bisa berdecih dan menatap kesal ke arah Deven yang menyunggingkan senyum kemenangan.
"Kenapa sih marah-marah ? Mau di peluk juga? Sini" tawar Deven memegang lengan Anneth.
"Bukan mau dipeluk Deven" jawabnya kesal. "Kamu balik ke kamar kamu aja sih kak yaampun mau kamu apa sih" keluh Anneth putus asa menghadapi Deven.
"Bobok sama Airish dan kamu" sahutnya ringan kembali memejamkan mata.
Percuma anneth marah-marah dan merutuki kekesalan, Deven sudah terpejam nyenyak dengan memeluk Airish. Lelah dengan perasaan kesalnya lama kelamaan Anneth tertidur dengan Airish sebagai pembatas antara ia dan Deven.
Pagi-pagi sekali Anneth sudah lebih dulu beranjak dari tempat tidur, sebelum Deven dan Airish terbangun. Perutnya yang nyeri berhasil membuatnya terbangun awal. Biasa masalah perempuan. Kemudian membantu bibi di dapur menyiapkan sarapan keluarga. Selanjutnya berberes diri untuk bersiap ke butik.
"Pagi sayang" sapa Deven memeluk Anneth yang sedang menata meja makan dari belakang.
"Masih pagi juga den Deven sudah romantis-romantisan sama non Anneth" ujar bibi menggoda keduanya.
"Romantis ya bi kayak suami istri" balas deven menciumi rambut Anneth berkali-kali.
"Iya makanya cepetan den biar beneran suami istri" balas bibi.
"Siyap bi.. Tuh yang kata bibi kita disuruh cepet nikah" bisiknya mengendus-endus pipi Anneth.
"Mending cepet sarapan aja deh kak kamu mah" suruh Anneth memutar badannya menghadap Anneth.
"Aaaah cantik banget sih sayang. Gak bisa ya gak cantik-cantik gini?" ujar Deven mengelus wajah Anneth. Anneth hanya menggeleng dengan tingkah Deven, percuma juga dilarang Deven justru semakin menjadi-jadi.
"Sayang kamu sakit ?" tanya Deven memegang dahi dan leher Anneth.
Anneth menggeleng "enggak aku sehat aja gini" jawabnya.
"Suhu badan kamu gak kayak biasanya sayang. Kamu lupa suami kamu ini dokter?" ujarnya.
"Enggak kak aku gak sakit, kan aku juga yang ngerasain" jawab Anneth.
Deven menilik Anneth dengan teliti, kembali memegangi dahi Anneth. Kemudian berpindah memeriksa denyut nadi Anneth dari pergelangan tangan. "Apa yang sakit ? Susah gak nafasnya? Atau berdebar gitu? Pusing ?" banyak sekali yang Deven tanyakan semua dijawab dengan gelengan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Damn you, doctor !!!
Roman pour Adolescentsdr. Deven Putra Tanuwijaya Seorang dokter muda idaman semua pasang mata kaum hawa. Muda, tampan, cerdas merupakan daya tarik utamanya. Tidak hanya perempuan muda yang selalu berdecak tiap melihat kharisma dirinya yang menguar. Bahkan anak kecil pun...