"Pelan-pelan dong aaww...!!!" pekikan itu terus saja keluar dari dalam ruangan.
"Duuuh anneth gimana ya.." Joa masih mondar-mandir tampak sangat mengkhawatirkan keadaan sahabatnya di dalam.
"Tenang Jo, anneth gaka apa kok" sambung Marsha yang ikut menemani Joa. Sedangkan Charissa , gadis itu tidak bisa ikut mengantar menunggui sahabatnya karena panggilan mendadak dari mamanya.
"Aaaw... Sakit bego.!! Lo bisa ngobatin gue gak sih ?" celos anneth merasa tulangnya seperti sedang dipatahkan.
"Bisa gak diem sebentar ? Telinga saya bisa budek" dokter yang sedang menanganinya mulai kehabisan kesabaran akibat sikap anneth.
"Ya tapi ini sakit pelan-pelan dong gue kan bukan ayam negeri yang bisa seenaknya lo patahin tulangnya" sela anneth masih tak mau kalah. Sedangkan si dokter hanya menggeleng-geleng kepala.
"Dah tuh.." Ucapnya selesai memasang pengait untuk menyangga tangan anneth.
"Aaaw brengsek!!!" Anneth berteriak saat bahunya ditepuk dengan sengaja.
"Hahaha lain kali kalau gak tahan sakitnya patah tulang gak perlu petakilan joget-joget gak penting" selorohnya sembari membereskan peralatannya.
"Apa lo bilang ? Joget-joget gak penting ? Ih dokter kelainan lo ya ? Gue capten cheerleaders bukan biduan joget. Nih orang dulunya pasti gak pernah SMA deh makanya gak ngerti" anneth ngedumel tak terima dirinya diremehkan.
"Alah... Apa juga fungsinya joget-joget dan berisik di pinggir lapangan. Nir-faedah" ceplos si dokter sibuk menulis resep untuk pasien luar biasanya.
"Ih dokter rese..!!" teriak anneth.
"Besok lagi beli baju baru , ironis orang tajir kok seragamnya macam turunan 7 generasi." cibirnya menyodorkan resepnya dan membukakan pintu untuk keluar.
"Anneth... Anneth... Lo gak apa kan ?" Joa dan Marsha tergopoh menghampiti sahabatnya dengan tangan yang menggantung di gendongan bahunya.
"Tadinya gak apa, tapi karena dokternya amatiran kaya gini jadi gini deh tangan gue dipatahin" ceplos anneth mengarahkan dagu ke arah dokternya.
"Dasar bocah bukannya terimakasih" keluh dr. Deven menatap pasiennya yang aneh ini.
"Dih ogah" timpal anneth.
"Oke , jangan lupa setiap minggunya kamu harus periksa kemari sampai benar-benar sembuh. Yaaah semoga sih gak sampe harus amputasi ya karena tangan lo muak sama lo sendiri" deven meledek lalu melenggang masuk ke ruangannya.
"Rese lo dokter amatiran aja blagu" cibir anneth melenggang meninggalkan kedua temannya.
"Neth, lo kenal sama dokter tadi ?" tanya Acha menyusul langkah anneth. Anneth berhenti langkah dan menggedikkan bahunya yang tidak cedera.
"Kalian lain kali kalo mau ngobatin gue pilih dokter yang bener dong jangan yang kasar dan rese kaya tadi. Masa dia bilang seragam gue kaya bekas 7 turunan. Seleranya payah kan ?" gerutu anneth menceritakan kepada dua sahabatnya.
"Oke oke bossy, sekarang kita anter lo pulang ya. Oiya ucha tadi titip pesan dia balik duluan ada callingan dari mamanya. Yuk " Joa mengajak Anneth dan Acha untuk ke mobil.
Selama di dalam mobil anneth terlihat diam memikirkan sesuatu dengan melamun.
"Kenapa sih neth, sakit banget ya ?" ucapan Acha membuyarkan lamunan anneth yang terlihat menggeleng.
"Gue mikirin event kita , karena tangan gue cidera gini pasti gue gak bisa ikut event nya. Padahal gue udah semangat banget demi event ini. Sorry ya girls" tutur anneth tampak sedih.
KAMU SEDANG MEMBACA
Damn you, doctor !!!
Fiksi Remajadr. Deven Putra Tanuwijaya Seorang dokter muda idaman semua pasang mata kaum hawa. Muda, tampan, cerdas merupakan daya tarik utamanya. Tidak hanya perempuan muda yang selalu berdecak tiap melihat kharisma dirinya yang menguar. Bahkan anak kecil pun...