(24) ambang jarak

6.4K 345 141
                                    

Dr. Deven Tanuwijaya tampak seperti kehilangan tajinya beberapa hari ini. Otak cerdasnya seperti tidak berfungsi menemukan solusi untuk hubungannya. Murung, bengong, melamun , tidak fokus dalam mengerjakan aktivitasnya. Beruntung saja ia tak sampai salah mendiagnosis atau menangani pasiennya.

"Nih minum jangan kaya ayam nelen karet, bengong mulu" celoteh clinton menyodorkan air mineral dingin untuknya.

"Kenapa sih? Gelud ?" tanya clinton duduk di kursi depannya.

Deven masih meneguk air mineral pemberian clinton seperti ingin mengguyur jiwa-jiwa hampanya. "Bingung gue ton gimana cara ngomong ke anneth" keluhnya.

"Perkara ibu-ibu gelud di toilet?" sahut clinton. Deven mengangguk sebentar membenarkan.

Tidak lama kemudian ia menoleh cepat ke arah clinton. "Kok lo tau?" tanyanya.

"Ah elah kambing kaya sama siapa aja lo rahasiaan segala, najis. Dari iden lah gue tau" balas clinton. Deven hanya membulatkan bibirnya dan kembali mengangguk.

"Lagian lo juga kelewat gobloknya. Tiati kek ngadepin anneth doang, katanya jago urusan bucin. Cupu" lanjutnya mencibir deven.

Deven tidak menyahut umpatan-umpatan dari clinton seperti biasa. "Apa gue datengin ke rumahnya ya ?" gumamnya. "Tapi gue gak enak hati kalo ada mami papinya" lanjutnya.

"Samperin , jangan kaya anak perawan kebelet kawin. Samperin, ajak keluar , obrolin, beres " ujar clinton begitu enteng.

"Mulut lo licin ngomong beres, kalo makin tengkar gimane nyet" balas deven tampak sekali ragu.

Clinton sudah ancang-ancang meninggalkan ruangan deven "Ya paling hubungan lo yang diberesin sama anneth. welcome back to zomblonism" ledeknya kemudian ngacir sebelum deven melemparnya dengan sepatu.

Sudah hampir satu minggu ini deven belum juga menemui anneth, ia juga belum berani mengirim pesan untuk anneth. Nyalinya begitu ciut , takut kalau anneth meledak padanya. Dengan begitu ragu, beberapa kali ia membuka aplikasi chatting, mengetik, menghapus lagi, begitu berulang-ulang.

To: anneth ❤
Neth...

Pada akhirnya jemarinya memberanikan diri mengirim.pesan begitu singkat. Hanya sebuah panghilan nama, namun butuh nyali bagi deven mengirimkannya. Ia mengetuk-ngetukkan ponselnya di meja. Deven tahu tidak akan semudah itu anneth menjawab pesannya, apalagi hanya sebuah panggilan seperti tadi. Setelah mencapai ambang batas otaknya memikirkan anneth, ia menghela nafasnya sebentar kemudian memilih merapikan tasnya dan bergegas pulang.

Anneth terjingkat dari lamunannya di sela-sela obrolannya bersama teman-temannya. Sejak tadi ia hanya menyahut jika mereka memanggil atau menanyainya langsung. Selebihnya seberapa keras tawa charissa , zara dan william ia hanya ikut tersenyum hambar. Alis tebalnya menukik melihat sebuah notifikasi yang masuk.

From : Kak deven ❤
Neth...

Hanya sebuah pesan berisi panggilan singkat, bahkan tanpa kata sayang. Tapi hati anneth kembali berdenyut nyeri membacanya. Setelah beberapa hari ia dan perasaannya terkatung-katung tanpa penjelasan lebih dari deven, sekarang deven justru hanya mengirim pesan dengan panggilan namanya. Beberapa hari ini, ia berusaha mengesampingkan urusan hatinya. Ia sudah cukup mampu mengimbangi tanpa ada sentuhan deven dalam harinya.

Anneth bukan menganggap masalah atau hubungan selesai dengan sepihak. Namun ia hanya mencoba mengikuti bagaimana alur yang deven ciptakan. Sejak pertengkaran anneth tidak melihat usaha deven menghubunginya, apalagi meminta maaf dan menjelaskan sesuatu. Bagi anneth , hal itu berarti deven benar-benar menganggapnya salah dan ia tidak lebih bernilai daripada nadine.

Damn you, doctor !!!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang