(35) Baju terbuka

7.7K 391 181
                                    

Ders, aku semangat nih ksih part baru ke kalian.
Masa kalian gak semangat sih vite sama coment ceritanya biar seru. Gak asik ah...

Kita tetep pake 150 vote + coment baiknya yaa
______________

Kamu bisa jelasin apa wa ?

Satu kalimat mematikan nyali Nashwa untuk mengangkat wajah menatap Fatih.

"Kelewat geser otak tuh anak kalo candaan" tiba-tiba saja Clinton menghampiri perkumpulan manusia canggung dengan menggerutu tentang Deven.

Tiba-tiba lampu ide di kepala Friden menyala terang. "Temen lo tu kalo ngomong emang suka pake dengkul. Liat tu gegara mulut luwak si Fatih jadi canggung banget sama gue sama uwak" keluh Friden menimpali. Lebih tepatnya ia berusaha menutupi dan mengcover Nashwa yang sudah tersudut.

Tenang wa, Friden gak mungkin tega biarin lo pucet gitu.

"Ngapain tu luwak?" bals Clinton santai.

"Biasa mulutnya asal nyablak aja dah. Keknya tu mulut cuma bener pas dipake cium Anneth aja sih" timpal Friden.

Nashwa menatap Friden penuh arti, banyak pesan tersirat dari sorot matanya. Tanpa perlu terucap Friden dapat membaca semuanya dengan jelas. Fatih juga tidak bisa menyembunyikan raut bingungnya.

"Jadi tadi candaan Deven aja?" tanya Fatih.

"Yaelah bro si Depen mah ngomong serius kalo pas diagnosis pasien aja kali. Itu juga kalo bisa dicandain dibuat lawak kali sama dia" kelakar Clinton. Fatih mengangguk-angguk percaya. Entah apa tujuan Clinton sejak awal ataukah satu makna dengan yang ditangkap Friden, yang pasti Friden memuja terimakasih untuk Clinton.

"Kak, aku ke dalem dulu ya , ambil makanan" pamit Joa setelah sedikit merasa lega.

Semua mengangguk, "Yaudah yuk, gue temenin Joa masuk dulu ya tih, wak" pamit Friden mumpung mendapat kesempatan pergi dari suasana canggung. Friden tidak tau kalau apa yang ia lakukan lagi-lahi membuat Joa membumbung tinggi harapnya.

Hari itu, semua terselamatkan dengan baik. Hampir saja Friden dan Nashwa mencapai akhir riwayatnya hanya karena mulut Deven yang kampret.

✈✈✈

Hari-hari semenjak hadirnya Airish menjadi bagian keluarga Malik sekaligus Tanuwijaya Anneth dan Deven dapat menjadi contoh orang tua asuh yang baik. Meskipun tak selalu berdua, Anneth maupun Deven dapt meluangkan waktu untuk sekedar menemui Airish. Jika Anneth sedang tidak ada waktu luang , maka Deven yang akan menyempatkan mengunjungi Airish , begitupun sebaliknya.

Namun disaat akhir pekan sepertu sekarang, baik Anneth maupun Deven akan dengan senang hati mengunjungi Airish bersamaan.

"Airish.... Kakak dateng" seru Anneth memasuki rumah bundanya.

"Kakak..." Airish berlarian menyambut kedatangan Anneth dan memeluknya kuat-kuat.

"Udah mandi belum sih anak manis" ujar Anneth menciumi kepala Airish.

"Udah dong Airish lagi bantuin eyang bikin puding" sahutnya. Anneth tersenyum kemudian melangkah ke dapur mencari bundanya.

"Bunda, bunda lagi apa kok Anneth dateng bunda gak keluar" protesnya manja memeluk bundanya dari belakang.

"Sebentar mantu cantik, tanggung nih bunda lagi tuang puding ke cetakan. Dateng sama siapa sayang mana Deven ?" jawab bundanya mencium pipi Anneth.

"Masih di jalan kali bunda, Anneth kan sekalian bareng kak uwa berangkat ke rumah sakit. Kak Deven kan dari rumah" jawab Anneth membantu memasukkan puding ke dalam kulkas.

Damn you, doctor !!!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang