(52) Pengisi daya

4.2K 326 129
                                    

Heyyoooo....
Lama banget ya gak ketemu part baru?
Haduuuh gak ada kata lain selain maaf dan makasih masih mau nungguin.
Aku rasa gak perlu aku ceritain kenapa bisa selama ini vakumnya, karena panjangnya bisa melebihi 1 part.

Semoga ini sedikit mengobati ya , walaupun mungkin pas dibaca feelnya udah gak sedapet dulu ...

* * * * *

Hari-hari dalam satu pekan kedepan akan terasa sangat singkat bagi Anneth dan Deven. Sisa waktunya tersisa sepekan untuk mereka habiskan sebelum termakan oleh jarak dan kesibukan. Sepekan lagi, Deven akan diberangkatkan menjalani tugasnya di tempat bencana.

"Sayang, charger handphone aku dimana ya ?" pekik Deven sedikit keras.

Namun tidak ada sahutan yang Deven dengar dari Anneth. Kemana calon istrinya sampai tidak mendengar teriakan Deven.

"Ck, kemana sih charger ilang segala mana mau mati lagi HP" keluhnya lalu terburu-buru keluar mencari Anneth.

Deven dan Anneth memang sedang menjalani program pemuasan intensitas bersama sebelum Deven pergi bertugas. Sejak kemarin Anneth sudah menginap di rumah Deven yang tak lain calon rumah masa depannya juga.

"Sayang..."

"Neth...." suaranya nyaring terus memanggil Anneth.

"Sayang" Deven menepuk bahu Anneth saat Anneth sibuk mencuci piring bekas sarapan keduanya.

"Kaaaak.... Ngagetin aja sih" keluhnya.

Bukannya menjawab Deven justru tertawa pelan mendapati raut terkejut dari Anneth. "Aku udah panggil-panggil dari tadi kamu gak ada respon" jawabnya bergelayut manja memeluk Anneth.

"Masa iya ? Maaf Anneth gak denger kan lagi hidup kran airnya" jawab Anneth mengelap tangannya yang basah sebelum membalikkan badan.

"Kenapa sayang?" tanyanya menepuk lembut pipi Deven.

"Charger handphone dimana ?" tanya Deven.

"Lho kok nanya aku ? Aku kan pake charger aku sendiri semalem. Kamu kan ke rumah sakit kemarin , ketinggalan?" tanya Anneth lembut.

"Masa sih sayang?" Deven benar-benar lupa sama sekali. Anneth hanya mengangguk yakin.

Deven masih termangu di dekat tempat cuci piring, sembari mengingat-ingat charger HP nya.

"Astaga iya ketinggalan" ucapnya sesaat mengingat, namun cepat-cepat menutup mulutnya.

"Ketinggalan di rumah sakit kan ?" tanya Anneth. Tidak ada anggukan , tidak pula jawaban hanya raut matanya yang aneh.

"Sayang ..." panggil Deven.

"Apalagi ?" sahut Anneth masih mengaduh teh madunya.

"Kita mampir ke apartemen Orchid ya sebelum ke rumah mama" pintanya lembut.

"Apartemen Orchid ? Ke tempat siapa ?" raut bingung Anneth sangat jelas.

Deven menggaruk pelipisnya berusaha menyusun kalimat yang tepat untuk menjelaskan. Ia menggiring Anneth dalam rangkulannya menuju sofa ruang tengah.

"Emmm ak ceritain tapi jangan keburu marah dulu, oke?" intronya membujuk Anneth. Dahi Anneth bergelombang menandakan kebingungan.

"Kemarin ada awak media yang meliput selepas acara kegiatan amal itu. Nah , salah satu crew dari media itu minjem charger aku karena HP nya bener-bener mati. Terus aku lupa minta pas udah selesai . Makanya nanti kita ambil ya?" jelasnya hati-hati.

Damn you, doctor !!!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang