Heyyoo...
Ini jatah untuk menghalu di sabtu malam nanti. Tapi terserah juga sih kalo mau dipake mengisi kegabutan weekend.Play "Location Unknown" versi Nuca , atau versi Honne juga gapapa. Biar makin perfect halunya...
* * * * *
Pagi buta Anneth sudah disibukkan dengan menu sarapan pagi untuknya dan Deven. Karena semalam ia menginap di rumah Deven yang sedang on proses menjadi rumahnya juga, maka sepagi ini ia harus membuatkan Deven sarapan.
Tatanan menu lezat yang menggiurkan di piring disajikan sepenuh hati dari sosok Anneth yang tengah belajar menjadi seorang istri. Selesai dengan kerepotannya di dapur Anneth mendongak ke lantai dua yang belum ada tanda-tanda kehidupan dari kamar Deven. Selalu saja setiap off tugas pagi maka Deven akan selalu bangun terlalu siang.
Anneth sudah berdiri di depan pintu kamar Deven. Tangannya yang sudah terayun untuk mengetuk pintu tidak jadi lanjut. Percuma Deven tidak akan menyahutinya.
Ceklek...
"Astaga Deven" gumamnya tanpa panggilan embel-embel Kak. Bibirnya berdecak melihat Deven yang masih terlentang tenang di kasurnya yang berantakan.
"Bangun udah siang" ucap Anneth selepas membuka gordyn kamar Deven. Bukannya bangun Deven justru menutupi sebagian wajahnya yang kesilauan dengan bantalnya.
"Bangun kak" Anneth duduk di tepi kasur dan membuka bantal yang ada di muka Deven.
"Hmmm hari ini libur kok" bantahnya tanpa membuka mata.
"Ya tapi ini kan udah siang, kita gak jadi ke rumah bunda?" tanya Anneth membelai rahang Deven sebentar.
"Jadi nanti, sini dulu", belum sampai Anneth bergerak, Deven sudah lebih dulu menariknya, mengunci dalam pelukan. Hanya beberapa saat, Anneth melonggarkan dekapan Deven , bersandar pada lengan Deven menatap langit-langit kamar.
"Aku udah bikin sarapan lho di bawah" ujar Anneth. Tidak ada sahutan, sepertinya Deven terlelap kembali.
"Aku laper , ini udah lewat setengah jam dari jadwal minum obat kan ?" katanya lagi kali ini menoleh ke Deven.
Berhasil...
Mendengar kata jadwal minum obat, mata Deven segera terbuka lebar.
"Kamu tunggu di bawah ya, aku mandi sebentar, kita sarapan" gegasnya tanpa luput mengecup pipi Anneth.
Brraaakk...
Anneth tersenyum heran melihat Deven begitu terburu-buru. Sebelum menunggu Deven di meja makan , ia lebih dulu merapikan kamar Deven bahkan mengganti sprei dan selimutnya.
"Waaah enak nih sarapannya" ujar Deven yang baru turun dengan wajah segarnya.
"Kamu bangun jam berapa yang ?" tanya Deven bersiap memotong sandwich di piringnya.
"Jam 5 tadi. Aku kira kamu mau ngajak aku olahraga pagi ini makanya aku bangun lebih awal" jawab Anneth mengunyah kentang rebusnya. Semenjak mengikuti terapi dengan dr. Leona Anneth sudah terbiasa dengan menu healthy food.
"Capek sayang, lagi pula kita kan udah olah raga semalem" jawabnya sambil tersenyum-senyum.
"Kenapa senyum-senyum mesum gitu?" tukas Anneth.
"Loh bener kan semalem kita olah raga. Dimana lagi coba kamu bisa treadmil sambil dicium² gitu kalo bukan sama aku. Makasih dulu coba" sumbar Deven.
"Makasih lho ya" sahut Anneth pasrah.
Suasana kembali hening sampai keduanya selesai dengan piring masing-masing. Anneth yang sudah selesai meminum obatnya segera membawa piring-piring dan gelas kotor ke dapur.
KAMU SEDANG MEMBACA
Damn you, doctor !!!
Teen Fictiondr. Deven Putra Tanuwijaya Seorang dokter muda idaman semua pasang mata kaum hawa. Muda, tampan, cerdas merupakan daya tarik utamanya. Tidak hanya perempuan muda yang selalu berdecak tiap melihat kharisma dirinya yang menguar. Bahkan anak kecil pun...