Haaaaah...
Helaan napas panjang antaraenunjukkan kelegaan atau menandakan pemiliknya tengah mengalami titik jengah. Mata anneth sudah mendelik menatap deven yang justru memejamkan mata.
"Ternyata enak ya neth" ucapnya tepat mengunci pandangan mereka sejenak. Anneth dapat menilai ada satu kelelahan dari mata deven yang saat ini merebahkan diri bersandar pada kakinya. Tidak ada sahutan kalimat lagi dari keduanya, mereka sibuk menata pikiran masing-masing.
"Lo kenapa sih?" akhirnya anneth memilih bersuara diantara suara dialog film yang diputar.
Deven kembali mendongak intuk dapat menatap wajah anneth dari posisinya. "Apanya yang kenapa?" sahutnya.
"Ya lo, habis aneh gitu" timpal anneth masih dengan pemikirannya deven tidak sedang dalam performa deven yang biasanya.
"Perasaan lo aja kali" kekeh deven santai.
"Sorry gue gak pernah pake perasaan ke lo" tukas anneth mencebik dengan satu kemenangan.
Malam ini energi deven sedang tidak mencukupi untuk mendebat anneth seperti biasa. Terang saja separuh hatinya baru saja patah bersamaan dengan hubungannya dengan misellia yang baru usai. Alih-alih menjahili atau membalas anneth deven justru kembali memejamkan mata , beberapa kali bernafas panjang seperti begitu menikmati oksigen di kamar anneth.
Sekeras apapun sikap anneth pada deven selama ini, sisi perempuan pada dirinya tetap tumbuh dengan baik. Seperti sekarang ini, ia sudah tidak lagi mengusir deven dari kamarnya. Anneth masih terus menyelesaikan film di laptopnya dan membiarkan deven terus terpejam di kakinya. Sesekali anneth melirik raut deven yang tertidur tenang, raut wajahnya saat tidur berbanding terbalik dengan sikapnya saat sadar.
"Mending lo jadi sleeping handsome aja dev" cibirnya sangat pelan.
Apa tadi , anneth mengatakan deven handsome (?).
Lemah neth...
* * *
Satu minggu bukan waktu yang lama bagi deven jika yang ada dipikarannya selama ini adalah kepergian misell ke amerika yang masih membesit perih. Siang ini ditengah waktu istirahatnya deven pergi ke bandara ditemani dengan clinton untuk mengantar keberangkatan misell ke amerika. Clinton sejak tadi sudah mengaku akan memasang badan untuk menemani sahabat setianya.
Setia ikut menemaninya menjadi jomblo.
"Samperin nyet jangan cuma lo tontonin, itu mantan lo setau gue belum berubah jadi layar bioskop" suruhnya mendorong pelan tubuh deven ke depan.
Deven sendiri merasa kikuk kepada misell sejak keputusannya memilih selesai dibanding menanti ketidakpastian arah hubungan mereka. "Sell..." panggilan ragu-ragu dari deven ternyata membut misell menoleh ke arahnya. Sekilas senyum, hanya itu yang tersaji dari keduanya.
"Pesawat lo udah mau take off?" basa-basinya diangguki misell.
Setelah pertanyaan itu keduanya kembali senyap kaku seakan takut atau kikuk. Ntahlah keduanya merasa tidak sanggu dengan posisi seperti ini.
"Take care sell, good luck" ucap deven mencoba memberanikan diri mengulur tangan dan menatap misell.
one...
Two...
Detik ketiga akhirnya misell meluruhkan diri memeluk deven erat-erat. Pelukan penyesalan mungkin ? Atau hanya pelukan selamat tinggal saja? Entahlah yang pasti keduanya memeluk lebih dalam satu sama lain.
"Jaga diri baik-baik di sana. Gue tunggu kabar ada perubahan pada nama depan lo , profesor" ucap deven kemudian sedikit terkekeh berusaha memcairkan keadaan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Damn you, doctor !!!
Teen Fictiondr. Deven Putra Tanuwijaya Seorang dokter muda idaman semua pasang mata kaum hawa. Muda, tampan, cerdas merupakan daya tarik utamanya. Tidak hanya perempuan muda yang selalu berdecak tiap melihat kharisma dirinya yang menguar. Bahkan anak kecil pun...