(44) Penutup (?)

5.6K 341 99
                                    

Hai....
Di tempat kalian nuansanya lagi sendu-sendu mendung-mendung baper gak ders ?

Nah, lumayan lah ada update-an part buat teman halu malem-malem..

Eh iya sekalian mau nanya , biasanya readers pd maha tau.
Itu yg di story saha ieu :
Temen kak amel ?
Temen Deven?
Temen Deven dan kak amel? Sodara keduanya?
Sodara kita semua ?

Atau semua jawaban benar?

Jangan tubir tapi ya , kalem aja ga perlu baku mulut, baku hantam aja boleh malah.

* * * * *

Hari-hari yang sebenarnya padat di dalam jadwal Anneth harus bisa ia atasi serapi mungkin. Setelah mengetahui sakit yang ada dalam dirinya Anneth benar-benar bertekat serius untuk sembuh. Sekarang ia tidak pernah lagi membantah apapun yang dr. Leona , Mishell dan Deven sarankan untuknya. Tidak ada kat tapi , tidak ada lagi kalimat merajuknya, ia harus sembuh. Kesembuhan bukan hanya untuk kebaikannya tapi lebih dari itu untuk sesosok yang bahkan belum.pernah ia bayangkan dan juga Deven.

Siang ini Anneth dibuat kerepotan menangani Genta, ya Genta model yang tengah naik daun sekaligus mantannya. Banyak sekali detail yang harus Anneth revisi untuk sesui kemauan model itu. Kerepotannya atas kerewelan Genta membuatnya lupa belum mengisi perutnya di jam makan siang.

"Neth, lo gak mau makan dulu?" tawar Zara melihat raut panik dari Anneth.

"Ntar deh Zar, pusing gue" sahutnya tak lepas dari sebuah jas mewah yang ada di depannya.

"Yaudah gue keluar dulu sama Kak Clinton ya, nanti gue bawain salad" pamitnya hanya diangguki oleh Anneth.

Jika saja Genta bukanlah model yang sedang digadang-gadang namanya menyejajari posisi Navis, pasti Anneth tidak akan memedulikannya. Tapi kali ini reputasinya sebagai designer perintis sedang dipertarukan.

Punya mantan yang brengsek dan rese sekaligus memang aib sekalian kesialan yang menyebalkan.

"Jangan berkerut gini dong dahinya", seloroh licik Genta mengelus dahi Anneth yang bergelombang.

"Ck.. Jangan kurang ajar ya Ta, gue tau kita emang saling kenal, tapi itu dulu" sahut Anneth dengan tatapan tajam setelah menepis tangan Genta.

Genta tersenyum membuat sebuah seringai licik "Ayolah Neth lupakan dendam lo. Lo terlalu cantik buat jadi haters gue" ujarnya.

Anneth tampak mengangguk membuat Genta semakin tersenyum lebar. "Dan gue terlalu cantik buat jadi mainan lo. Sorry ta level gue bukan lagi pria badboy ala-ala kayak lo" tukasnya tajam menusuk harga diri Genta.

"Memang sehebat apa dokter tua itu haha. Lo lupa gue sekarang juga udah jadi model berkelas ?" sombongnya menatap Anneth penuh taktik.

"Sehebat bisa bikin gue yakin kalau dia gak brengsek kaya lo" balas Anneth.

"Haha... Ya ya ya gak brengsek cuma makan malem bareng cewek lain aja. Apa itu standar baik di mata lo ? Asal lo gak liat ?" sindir Genta.

Anneth sudah tidak menjawab, kerepotannya sejak dua jam lalu hampir selesai, membenarkan detail pada setelan jasnya.

Brrruuuk...!!!

"Pesanan anda sudah selesai Tn. Genta yang berkelas. Silahkan langsung selesaikan pembayaran di depan." ujar Anneth setengah melempar paper bag berisi baju milik Genta.

Anneth sudah tidak gentar mendapat tatapan licik dan lamat dari Genta. Ia tidak lagi bodoh seperti beberapa bulan lalu.

"Oiyaa satu lagi Tn. Genta yang berkelas" panggilnya membuat langkah Genta terhenti dan membalikkan badan.

Damn you, doctor !!!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang