Mirip gak foto diatas ???
__________Tapi apakah perlu pertunangan untuk hubungan antar sepupu (?)
Kalimat itu terus memenuhi perasaan anneth hingga terasa sesak dadanya. Kedua mata indahnya sudah tidak sanggup menahan lebih lama lagi untuk tidak menangis. Pengharapan dan kepercayaan yang berusaha ia bangun melalui satu demi satu momen bersama deven rasanya akan runtuh begitu saja. Patah berserakan.
Deven sudah menepikan mobilnya di depan pagar rumah anneth. Rasa penasaran diiringi sedih mendengar tangis anneth yang lirih begitu mengusik hatinya. "Sayang... Liat dulu ke arah sini" deven menuntun wajah anneth dengan tangkupan tangannya.
"Ada apa, cerita jangan nangis terus" ucapnya begitu lembut seakan takut anneth akan pecah berkeping kalau ia mengeraskan suaranya sedikit saja. Jemari dari kedua tangannya sudah menyeka permukaan kulit yang basah dalam tangkupannya.
"Anneth mau masuk kak" ucapnya sarat sekali sedang menahan sakit.
"Kakak ikut masuk ya, kita cerita di dalem?" kalimat membujuknya bersamaan dengan gerakan telunjuknya menyelipkan rambut anneth ke belakang.
Anneth berusaha mengatur asupan oksigen yang masuk ke dalam parunya. Matanya memejam rapat sebisa mungkin harus kuat. Kemudian kepalanya menggeleng lemah mengisyaratkan sebuah tolakan. "Anneth capek kak, anneth mau istirahat." ia sudah berhasil lepas dari telapak lembut milik deven.
"Neth..." panggil deven kembali.
Anneth masih menoleh sedikit ke arah deven. "Makasih kak" ucapnya kemudian berlalu dari dari mobil deven.
Rasanya saat itu ingin sekali deven memaksa untuk ikut ke dalam rumah besar itu. Atau jika perlu ia harus menginap untuk mendengar apa yang sedang anneth rasakan hingga tersarat sesakit itu. Tapi deven cukup dewasa untuk bertindak menjadi pemaksa saat anneth sedang membutuhkan ruang untuk dirinya sendiri semalaman. Mau tak mau, ia harus rela menginjakkan gas meninggalkan aspal depan rumah anneth.
* * *
Terhitung sampai hari ini pada pukul sebelas siang, sudah tiga hari lamanya keduanya berjarak. Selama tiga hari pula sebenarnya deven selalu datang ke rumah untuk menemui anneth. Tapi hati gadis itu belum terlalu kuat mengalami guncangan kembali.
"Neth, kamu kenapa sih neth udah dua hari lebih kamu beda banget. Sakit ?" charissa, sepupu deven sudah mengelus rambut panjang anneth yang dibiarkan tergerai.
Anneth menangkap pandangan khawatir dari mata charissa dengan berusaha tersenyum simpul. "Ternyata gini ya cha rasanya jadi lo" ucap anneth pelan, namun sangat yakin charissa mendengarnya.
Dahi charissa sudah membentuk gelombang kerut penuh tanya. "Rasanya jadi gue gimana ?".
Anneth kembali tersenyum menutupi kerapuhannya dengan semu. "Iya rasanya jadi lo. Jadi sepupu deven" ucapnya gamang. "Tapi kok lo gak kesakitan ya cha ?" timpalnya lagi.
Bukan karena kebodohannya charissa tidak mengerti maksud anneth. Tapi charissa benar-benar tidak tahu apa yang terjadi diantara keduanya. "Maksudnya gimana sih neth? Ya aku sama kak deven kan sodaraan. emang ada sodaraan bikin sakit? Kamu kenapa sih?" charissa terus menjejal pertanyaan demi kejelasan duduk perkaranya. Namun anneth hanya tersenyum tanpa menjawab rengekan tanya darinya.
"Neth, ya jelas beda lah antara kak deven ke gue sama ke lo. Lo sama dia kan sama-sama ada sesuatu cuma lo berdua aja yang kadang saling gengsi" jelas ucha.
"Cha, lo pernah pelukan sama cowok?" tanya anneth semakin ngawur. Charissa mengangguk semangat mengiyakan.
"Pernah ciuman?" tanyanya ragu namun terlihat dengan polos menunjuk bibirnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Damn you, doctor !!!
Teen Fictiondr. Deven Putra Tanuwijaya Seorang dokter muda idaman semua pasang mata kaum hawa. Muda, tampan, cerdas merupakan daya tarik utamanya. Tidak hanya perempuan muda yang selalu berdecak tiap melihat kharisma dirinya yang menguar. Bahkan anak kecil pun...