(34) Kelepasan

6.8K 356 161
                                    

Hai ders...
Ternyata part kemarin kalian semangat banget ya sama kelicikan deven.

Kali ini target kalian cukup dengan melampaui pencapaian part kemarin. Rulesnya masih sama. Lets go...!!!
__________________

Pagi ini Anneth memeluk Airish yang berdiri lemah di sampingnya. Pagi yang akan menjadi sejarah kelam bagi Airish melihat orang-orang berpakaian serba hitam menghadiri pemakaman kedua orang tuanya. Secara biologis Airish sebatang kara, namun secara psikis Airish dikelilingi orang-orang baik yang tulus mau merawatnya.

Anneth, Deven dan Clinton yang turut mendampingi pemakaman orang tua Airish. Keduanya dimakamkan di halaman belakang rumah Airish. Rumah yang pernah menjadi surga dunia bagi Airish. Tampak sekali raut sendu sorot mata Airish. Namun dengan penuh kasih pula Anneth menguatkan Airish yang menjadi putri kecilnya.

"Anak cantik gak boleh sedih, Airish doa sama Allah supaya Allah jagain ayah sama ibu di surga. Airish kan punya kakak sama dua om dokter yang jagain Airish" bisik Anneth mencium pipi kanan Airish. Sekilas senyum Airish mulai terbit di wajahnya.

Acara pemakaman tang berlangsung hikmat telah selesai, para pelawat yang semua hanyalah tetangga Airish sudah mulai berpamitan. Airish memeluki nisan bertuliskan nama ibu marta dengan sendu.

"Ibu... Ayah..." gumamnya lirih. Baik Anneth, Deven maupun Clinton sangat memahami sekuat apapun mereka menguatkan Airish. Airish masih terlalu kecil untuk bisa bangkit dalam waktu singkat.

"Sayang, kita pulang ya, besok-besok kita boleh kesini lagi. Om dokter mau ajak Airish ke rumah eyang" bujuk Deven berjongkok membelai Airish.

"Eyang?" tanya Airish menatap Deven yang mengangguk dan tersenyum.

"Iya eyang, mama om dokter yang sekarang jadi eyang Airish juga. Airish kan sekarang anak om dokter" jawab Deven membuat Airish kembali tersenyum menatap Deven dengan ketulusan.

"Anak kesayangan om juga dong pastinya. Yuk kali ini Om Clinton yang gendong princess Airish" sahut Clinton meraih tubuh Airish ke dalam gendongannya.

Anneth dan Deven tersenyum melihat Airish tertawa karena Clinton mengangkatnya tinggi-tinggi. "Ayo sayang" ajak Deven menggamit tangan Anneth.

"Sayang di rumah udah siap kan ?" tanya Deven. Anneth mengangguk mantap.

"Bentar sayang aku kabarin bunda dulu kalau kita udah mau jalan pulang" ucap Anneth merogoh gawainya.

Di rumah orang tua Deven keluarga Anneth dan teman-teman dekat Anneth dan Deven sudah berkumpul ramai. Mereka menyiapkan acara penyambutan Airish. Bukan hanya papi dan mami Anneth. Ada Nashwa, Friden, Joa, Zara, Charissa, dan William. Bahkan kesempatan kali ini Fatih manusia super sibuk pun ikut hadir. Mungkin Nashwa yang memintanya dengan sangat.

"Eh ini Anneth bilang mereka sudah perjalanan kesini. Ayo semua siap-siap" kata Mama Deven begitu antusias.

Ruang keluarga rumah orang tua Deven sudah berhasil disulap menjadi tempat party yang meriah. Kue, makanan, minuman dan banyak sekali balon warna-warni menghiasi ruangan. Mereka semua benar-benar membuka tangan lebar-lebar untuk kehadiran Airish sebagai keluarga baru mereka.

"Waaah rumah om dokter besar sekali. Airish belum pernah masuk ke rumah yang besar" ujar Airish takjub melihat rumah orang tua Deven yang bukan hanya besar tapi juga mewah. Clinton membantu Airish turun dari mobil dengan hati-hati. Kemudian Airish berjalan di tengah antara Deven dan Clinton menggamit kuat tangan keduanya. Sedangkan Anneth bergelayut memeluk lengan Deven yang tidak digenggam Airish.

"Ma, Deven pulang" selorohnya memberi kode saat masuk ke ruang tamu.

"Panggil eyangnya sayang" pinta Deven. Airiah menatap Deven sebentar kemudian ia tersenyum dan mengikuti arahan Deven.

Damn you, doctor !!!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang