(37) summer coffe

5.8K 369 142
                                    

Ciyee malam minggunya cuma mantengin wattpad sambil halu...

Oke , first JANGAN LUPA DENGERIN TERUS LAGU DENNETH DI LANGIT MUSIK...

Second, take a deep breath, hembuskan perlahan. Temukan dulu kedamaian batin sebelum baca.

Jangan lupa dengan rules 150 + 150 ya teman...
Jangan hoby jadi penikmat ilegal, belajar mengapresiasi...
________________

Hari ini Deven harus bekerja ekstra dari biasanya. Sudah berkali-kali ia menengok ruangan Anneth tiap selesai memeriksa pasien. Padahal ia sudah menugaskan satu suster untuk menjaga Anneth sepenuhnya. Tapi Deven tetap saja tidak tenang,. Pasalnya hampir dua jam Anneth belum juga sadar.

Selesai dengan tugas memeriksa pasien, Deven langsung menuju ruang rawat Anneth. Tidak tanggung-tanggung Deven memesankan ruang VIP untuk Anneth. "Sayang, bangun ya, jangan bikin aku makin takut." ucapnya membelai pipi Anneth dengan hati-hati. Padahal kata Mishell, Anneth hanya butuh istirahat. Maksudnya masalah pada rahimnya tidak sampai membuat Anneth akan kesakitan jika disentuh.

"Hmmmm..." gumam Anneth lirih membuka matanya yang berat untuk dibuka.

"Sayang..." panggil Deven merasa lega melihat Anneth membuka mata.

"Kak.." sahut Anneth. Deven tersenyum mengusap rambut Anneth.

"Masih nyeri ?" tanya Deven tapi Anneth menggeleng.

"Aku lebay banget ya, menstruasi aja sampai masuk rumah sakit" ujar Anneth memegangi tangan Deven yang membelai wajahnya.

Deven menggeleng, ada rasa perih dalam hatinya mendengar Anneth mengucap hal tadi. "Lain kali kalau dibilangin nurut ya, kamu gak boleh remehin lisensiku sebagai dokter." jawab Deven.

Anneth tersenyum mendengar Deven kembali ceramah tentang kondisinya. Padahal bagi Anneth ia hanya terlalu banyak mengeluarkan darah maka ia merasa pusing. Hal yang wajar bagi perempuan. "Maaf ya, tapi aku serius gak apa-apa" balas Anneth.

"No. Kamu tau sepucat apa kamu waktu baru tiba di sini. Aku maunya kamu itu jadi istri aku aja, gak usah iri sama yang lain buat jadi pasien aku. Oke?" ujar Deven. Anneth mengangguk mengerti Deven pasti sangat mengkhawatirkannya sejak tadi.

Cup...

"Jangan bangun-bangun dulu ya, takutnya kamu pusing. Kalau pengen apapun bilang aja. Kali ini jabatanku khusus bukan tunangan, asisten pribadi kamu" kata Deven setelah mengecup kening Anneth.

Zara, Navis dan Nadya juga belum pulang dari runah sakit. Ketiganya hanya pamit untuk melaksanakan ibadah ashar saat Deven tiba di ruangan Anneth. "Neth, udah siuman akhirnya. Ih lain kali kalo sakit jangan maksa berangkat deh. Bikin takut aja" omel Zara saat masuk ke ruangan mendapati Anneth sedang disuapi apel oleh Deven.

"Sorry ya besty..." jawab Anneth memelaskan wajahnya lalu mengulur tangan untuk dipeluk.

"Atau kalau kamu kangen Deven pas lagi kerja gak usah deh segala pake pingsan kaya tadi" timpal Nadya.

"Iiih Nad jangan gitu. Kamu belum tau kan Deven orangnya gak bisa dipuji dikit aja" canda Anneth.

"Thanks ya zar, nad, kak" ucapnya menatap ke arah navis juga.

"Sama-sama neth yang penting sembuh dulu" kali ini Navis yang menjawab saat Zara dan Nadya hanya mengangguk.

"Ehmm Neth, gue sama Nadya pamit dulu ya, kita mau balik ke kantor" pamit Navis.

"Iya kak thanks ya, sorry juga fittingnya jadi ketunda tapi besok..." saat Anneth belum selesai bicara Deven sudah memotong kalimatnya.

"Besok dan lusa kamu masih disini, belum boleh kerja" sergap Deven.

Damn you, doctor !!!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang