Minggu ini sudah lunas 3 part dalam satu minggu. See you minggu depan readers...
______________Semenjak melihat penghianatan genta, sedikit banyak ada yang berubah dari diri anneth. Terutama ketika ia sedang di sekolah, anneth menjadi anti lapangan basket, anti melewati koridor IPS bahkan nyaris menghindari kantin di setiap jam istirahat. Bukannya ia berat hati melepas genta, anneth hanya tidak mau terus teringat sakitnya penghianatan hari itu tiap melihat wajah genta. Jika dulu ia sangat menggilai genta dan segala tingkahnya, sekarang ia lebih memilih seharian bersama deven, musuh awalnya.
Kedekatan dan keakraban yang terjalin diantara keduanya memang terbilang unik. Saling menyadari adanya romansa disetiap bersama, namun keduanya juga sama-sama merasa aneh setelahnya. Seperti hari-hari belakangan ini, anneth sudah kembali menjadi riang tiap berada di rumah bundanya. Selain tidak perlu repot menghindari genta, ia juga sedang tak sabar hati menanti kembalinya keluarga utuhnya dalam hitungan hati lagi.
Kecerahan suasana hati anneth nyatanya berbanding terbalik dengan deven. Ntahlah , ia merasa ada kejanggalan dalam hatinya seperti campuran sedih berpadu dengan cemas. Ada hawa ingin marah, kesal tapi tidak jelas subjek yang menjadi sasarannya.
"Hoi, ngelamun aja" ujar anneth mengagetkan deven dengan tepukan tangannya di bahu deven.
"Apa ?" timpal deven dengan nada sudah tidak santai.
"Diih ngegass amat, kalem dikit bisa kali" jawab anneth. Deven hanya memutar bola matanya dengan malas.
"Kenapa sih surem amat kek kuburan baru?"ceplosnya meraih cemilan yang ada di depan deven.
Deven hanya diam menatap tajam, dia juga tidak tahu harus menjawab apa. Karena ia sendiri juga tidak tahu."Ah elah marah mulu yaudah deh" cibir anneth sudah beranjak dari duduknya. Namun langkah anneth gagal, tangan deven sudah melarangnya untuk beranjak dari sofa empuk yang mereka duduki.
"Kenapa ? Gue mau ambil minum ih. Mau ikut?" tawar anneth membuat deven mendengus kecil dan melepas cekatannya. Kelakuan aneh deven membuat anneth menggeleng dan terkekeh geli.
"Neth..."
"Anneth..."
"Neeeeth..."
"Gak pake tereak nombok berapa sih. Gue lagi minum" seru anneth dari arah pantry.
"Buruan makanya lama amat sih" suruh deven. Anneth sudah kembali menuju sofa di ruang TV dengan membawa segelas orange juice.
"Kenapa sih ? Kenapa ? Minum nih biar ademan dikit palak lo ngebul" anneth menyodorkan orange juice kepada deven.
"Kalo masih uring-uringan gue rukiyah juga lo tempat ustadz ajis" cibirnya kembali duduk di dekat deven."Lo kapan sih baliknya?" tanya deven tiba-tiba membuat anneth mengernyit keheranan.
"Ya kalo orang rumah udah balik lah, kenapa sih segerah itu apa ada gue disini?" tukas anneth merasa terganggu.
"Ck... Malesin..!!" sungut deven.
Anneth mencium gelagat aneh dari sikap deven yang tantrum tanpa sebab. Bibirnya sudah susah payah mengulum senyum secara diam-diam. Tanpa aba-aba, anneth menyenderkan kepalanya di bahu deven. Meskipun hal seperti ini sudah beberapa kali terjadi, namun tetap akan menimbulkan reaksi tegang bagi keduanya.
"Takut aku tinggalin ya ?" bisik anneth menatap deven penuh goda.
Terkejut, tentu itu yang deven rasakan, sebisa mungkin ia merasa harus mampu menutupi gugupnya saat ini. "Ini bibir tingkat PD nya keren banget ya" balas deven dengan wajah sinis. Bagaimanapun caranya ia tidak boleh terlihat kalah di depan anneth.
KAMU SEDANG MEMBACA
Damn you, doctor !!!
Teen Fictiondr. Deven Putra Tanuwijaya Seorang dokter muda idaman semua pasang mata kaum hawa. Muda, tampan, cerdas merupakan daya tarik utamanya. Tidak hanya perempuan muda yang selalu berdecak tiap melihat kharisma dirinya yang menguar. Bahkan anak kecil pun...