Haaaiiii....
Udah pulang weekend-annya ders ?
Gak nyangka kan tiba-tiba update part. Seneng gak ? Senyum dulu.Eh, anyway aku ada lapak baru tapi baru up 1 part perdana tadi sore. Bagi yang berminat cek aja langsung judulnya "Unexpectable".
* * * * *
Sore ini, Anneth sudah membereskan peralatan masak yang baru ia pakai memasak bersama Deven. Sejak tadi Deven menjemputnya untuk menginap di rumahnya, calon rumah mereka enam bulan lagi.
"Kak ini tolong makanannya susun di meja" pinta Anneth yang masih repot membereskan teflon-teflon kotor.
"Sayang udah kamu mandi aja biar nanti aku yang cuci itu bekas masaknya" cegah Deven setelah beres menyusun makanan di meja.
Anneth tak menghiraukan Deven yang sejak tadi melarangnya beberes dengan dalih Anneth tidak boleh kelelahan. "Memang besok treatmennya seberat apa sih kak , sampe Anneth gak boleh ngapa-ngapain" tanya Anneth mulai jengah dengan keprotektifan Deven.
"Bukan gitu sayang, aku gak mau kamu kecapekan. Kamu mandi aja ya " bujuknya memeluk lekuk tubuh Anneth dari belakang.
"Kak, Anneth tu belajar jadi istri yang baik buat kakak" ujarnya.
Cup...
"Gak ada yang perlu dipelajari, kamu yang terbaik" bisiknya tepat di telinga Anneth membuatnya menggedik kegelian.
"Yaudah iya-iya Anneth mandi sekarang, kakak bilas ya ini semua" kalahnya mencuci tangannya dari busa-busa sabun cuci piring.
"Beres nyonya. Sana kamu mandi biar makin cantik" suruhnya.
Daripada berdebat lama dengan Deven yang akan berujung kekalahannya juga, lebih baik seperti ini, mengalah menuruti. Deven memang sengaja meminta Anneth menginap karena besok pagi Anneth akan menjalani terapi perdananya. Anneth bahkan terheran-heran melihat Deven justru lebih bersemangat tinggi dibanding dirinya. Seantusias itu Deven ingin segera menikah dan memiliki anak?.
Tiga puluh menit lebih akhirnya Anneth keluar dari kamar tamu tempatnya mandi dan bersiap.
"Kak... Anneth turun duluan ya" teriaknya supaya suaranya sampai di kamar Deven. Anneth melanjutkan menyiapkan kerapian di meja makan, lalu tak berselang lama Deven turun dengan kaos abu-abu dan celana cream selutut. Berpakaian sederhanapun calon suaminya memang sangat tampan.
"Ayo sayang keburu dingin steaknya" ucap Anneth dengan senyum manis.
Sepertinya hari-hari Deven akan sangat manis ketika nanti Anneth sudah menjadi istrinya."Cantik banget sih sayang" ucapnya justru mengecup pipi Anneth dari belakang.
Anneth sudah begitu terbiasa dengan tingkah laku Deven, yang mungkin bagi sebagian besar perempuan akan melambungkan hatinya. Tapi begitulah Deven memang selalu berlaku manis kepadanya.
"Kalo Anneth gak cantik, kakak gak mungkin mau sama Anneth" balasnya memilih segera duduk.
Deven hanya tersenyum dan mulai menyuap steak hasil kerjasamanya dalam memasak tadi sore.
"Heeuum... Enyak ange han yang hteak huatan aku (enak banget kan yang steak buatan aku)" jumawanya.Anneth segera menelan daging yang sudah dikunyahnya " Makan dulu jangan banyak bicara kak" tegur Anneth. Deven tidak menjawab, hanya tersenyum dan kembali mengunyah. Harus diakui hasil masakan mereka bermodal tutorial video dari youtube sangat enak. Keduanya larut menikmati cita rasa makanannya.
"Sayang biar aku aja yang cuci, kamu tunggu di sofa aja" perintah Anneth.
Tapi, bukan Deven namanya jika ia membiarkan Anneth kerepotan sendirian. Deven justru membantu Anneth membawa piring kotor ke dapur. Deven kembali mengeluarkan jurus andalannya saat Anneth sudah tidak mempan ia suruh dengan kata-kata. Tangannya sudah terselip melewati pinggang Anneth.
KAMU SEDANG MEMBACA
Damn you, doctor !!!
Teen Fictiondr. Deven Putra Tanuwijaya Seorang dokter muda idaman semua pasang mata kaum hawa. Muda, tampan, cerdas merupakan daya tarik utamanya. Tidak hanya perempuan muda yang selalu berdecak tiap melihat kharisma dirinya yang menguar. Bahkan anak kecil pun...