Halooo...
Pada sehat semua ?Tumben banget kan update siang, biasanya malem. Yap, karena kegabutan ditengah dropnya badan. Jadilah bed rest sambil ngetik part ini.
Have a nice day to you...
* * * * *
Kali ini runtuh rasanya batin Deven tergugu di bangku panjang dekat ruangan Anneth. Belum lagi suara tangis Anneth yang terisak begitu jelas meremas-remas hatinya.
"Gue brengsek" kalimat itu terus saja ia rapalkan. Kalimat yang persis diucapkan oleh Anneth. Rasanya Deven sangat layak menyandang predikat itu sejak ia tak bisa meredam emosinya dan mengatakan kebenaran bahwa Anneth sedang sakit. Ia menyesalkan apa yang iya ucapkan tadi, tidak seharusny Deven mengiyakan pertanyaan tadi.
"Dev", Deven sedikit menoleh saat merasakan ada tepukan di pundaknya.
Alih-alih menjawab Deven justru memeluk kuat-kuat mencari penguatan batinnya. Semakin terasa beberapa tepukan di punggungnya, semakin tergugu pula tangisnya, tangis penyesalan.
"Lo kenapa ?", Ia baru mengendurkan kedua tangannya saat sebuah telapak tangan memegang kepalanya.
"Gue brengsek berbalik marah ke Anneth dan lebih bangsat lagi gue bilang ke Anneth kalau dia sakit. Setelah susah payah kita cari cara supaya dia mau ikut terapi dan gue dengan bodohnya lakuin hal tadi. Brengsek" gumamnya.
"Gue masuk dulu ya, lo tungguin Deven den" pesan Clinton melangkah masuk.
Friden mengambil duduk di sebelah Deven, merangkulkan tangan di pundak sahabatnya yang rapuh. Ia baru mengetahui beban yang ditanggung Deven saat Clinton menceritakan kepada Friden beberapa menit yang lalu. Awal kedatangannya ke rumah sakit hanya untuk mengajak Clinton dan Deven menikmati kopi siang bersama. Tapi saat ia menanyakan keberadaan Deven kepad Clinton, dokter kocak itu menceritakan bahwa hari ini jadwal Deven memantau terapi Anneth. Dari situlah Friden menjadi tau sahabatnya sedang dirudung masalah pelik.
"Anneth pasti bisa balik baik-baik lagi Dev, percaya gue Anneth itu kuat" pesannya diangguki oleh Deven.
"Ke ruangan lo yuk gue haus" ajaknya hanya mencari alasan supaya Deven tidak melulu larut dengan pikirannya.
Beranjaknya langkah Deven dan Friden menuju ruangan, langkah Clinton mantap maju menuju Anneth yang tertunduk masih terisak.
"Cantik cantik kok galau" Clinton membuka suara dengan gerakqn tangan lembut di kepala Anneth.
"Kak.." ucapnya lirih setelah sedikit mendongak melihat Clinton tersenyum penuh makna.
"Kenapa neth?" tanyanya.
Tanpa basa-basi Anneth langsung menabrak tubuh Clinton yang duduk di pinggir bednya, memeluk dan kembali menumpahkan tangis. "Anneth salah kak, Anneth ngomong kasar ke Deven sampe dia marah ke Anneth. Anneth takut" ucapnya diiringi isakan pilu.
Clinton amat sangat memahami kedua manusia ini sama-sama sangat saling menyayangi. Maka dari itu keduanya sama-sama merasa takut saling melukai, sama-sama merasa bersalah.
"Deven gak marah sama kamu" ujar Clinton membuat Anneth sedikit mundur dari pelukannya.
"Tadi kakak ketemu Deven di depan sebelum masuk kesini. Justru Deven sedih karena kamu sering ngomong yang enggak-enggak tentang kesehatan kamu" tuturnya membenarkan letak rambut Anneth yang berantakan.Anneth mengangguk tersenyum samar "Katanya Anneth sakit kak, apa sakit Annetg ad hubungannya sama terapi yang Anneth jalani?" tanyanya sembari menghapus air yang membasahi pipinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Damn you, doctor !!!
Teen Fictiondr. Deven Putra Tanuwijaya Seorang dokter muda idaman semua pasang mata kaum hawa. Muda, tampan, cerdas merupakan daya tarik utamanya. Tidak hanya perempuan muda yang selalu berdecak tiap melihat kharisma dirinya yang menguar. Bahkan anak kecil pun...