(40) kelangkahan

5.1K 311 87
                                    

Hai....
Masih mau nungguin updatean ? Baik banget sih kalian...

Kalian mengikuti idol senior gak guys ? Pada jagoin siapa coba absen...

Me : Nuca ( Dunno why cuma ini one and only yg bikin aku bisa merasakan kalau ia berusaha dengan tulus dan very down to earth, bukan karena ganteng enggaknya)

----------

Malam ini selesai makan malam Nashwa berniat menjalankan tugasnya untuk membujuk Anneth mengikuti terapi penyembuhan penyakitnya dengan dalih lain. Minggu lalu Deven sudah membawa keluarganya untuk menentukan tanggal pernikahan Deven dan Anneth yang akan diusung enam bulan lagi. Saat ini Nashwa, Deven, Clinton dan Mishell hanya bisa berdoa dan mengusahakan semua berjalan sesuai rencana.

Tok... Tok...

"Dek.." panggil Nashwa dari luar kamar Anneth.

"Masuk kak uwa" sahut adiknya.

Nashwa melongokkan kepalanya menilik keberadaan Anneth kemudian masuk ke kamar adik tengahnya.

"Lagi ngapain sih?" tanya Nashwa.

"Iseng-iseng bikin design kak, sini kak" Anneth menepuk sofa di sebelahnya.

Nashwa akui ia dan Anneth benar-benar memiliki bakat bertolak belakang. Jangankan membuat design baju, ia hanya ahli menggambar syaraf tubuh yang mirip benang kusut. "Bikin design terus, design buat nikahan kamu udah bikin belum?" tanya Nashwa menggurau. Anneth hanya menggeleng matanya masih fokus pada buku gambarnya.

"Kak, Kak uwa yakin Anneth mau nikah dalam waktu sebentar lagi?" tanya Anneth. Nashwa mengernyit bingung dengan maksud pertanyaan adiknya.

"Kok gitu ? Kenapa ? Kamu sama Deven kan udah lama hubungnnya ? Masih ragu sama Deven?" tanta Nashwa bertubi.

Lagi, Anneth menggeleng. "Bukan ragu sama Kak Deven. Tapi Kak uwa kan juga udah lama sama Kak Fatih" ucapnya memandang manik mata Nashwa sepenuhnya. Keduanya saling diam meresapi arti tatapan mata yang begitu syarat.

"Anneth sayang sama Kak uwa" ujar Anneth lirih.

Satu pesan yang harus ditangkap oleh Nashwa. Anneth bukan meragu untuk menikah karena Deven. Tapi karena Anneth begitu menyayangi Nashwa. Anneth ragu melangkahi kakaknya untuk menikah lebih dulu.

"Neth, kakak juga sayang sama kamu makanya kakak mau kamu bahagia. Dan... Kakak tau salah satu bahagia kamu ada di Deven" ucap Nashwa menggenggam kedua tangan adiknya dengan yakin.

"Kak uwa masih ragu sama Kak Fatih?" tanya Anneth menciba memahami apa yang dirasakan kakaknya. Selama ini Nashwa tidak pernah mengeluhkan perasaannya atau terlihat sepertu memiliki masalah. Tapi Anneth tau kakaknya memang pandai menyimpan beban tanpa mau berbagi.

Senyum samar dari sudut bibir Nashwa menandakan ada keraguan dalam benaknya. "Kakak sama Kak Fatih belum bisa" jawab Nashwa.

"Kak..." panggilan Anneth membuat pandangan Nashwa beralih dari lantai.

"Anneth boleh minta sesuatu dari Kak uwa ?" tanya Anneth dengan lembut. Tak lama senyum hangat terbut dari bibir kakaknya mengangguk mengiyakan.

"Anneth mau, malam ini Kak uwa ceritain apa yang menjadi beban kakak. Anneth mau Kak uwa berbagi" pintanya.

Hati Nashwa menghangat mencair mendengar permintaan adiknya. Nashwa menyadari, adik tengahnya sekarang bukan lagi gadis manja yang selalu menuntut. Deven berhasil membentuk pribadi tangguh berbalut kelembutan dalam diri Anneth.

"Kakak sama Kak Fatih gak ada masalah apa-apa kok, kami baik-baik aja" ujar Nashwa jujur. Memang tidak ada masalah berarti dalam hubungannya dengan Fatih yang sudah berjalan hampir enam tahun.

Damn you, doctor !!!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang