Hai...
Kalian kemarin merasa terpaksa guys ?
So sorry ya, tapi aku rasa itu jalan tengah kita buat saling menghargai satu sama lain. Meskipun awalnya terpaksa.Percaya atau gak tapi nulis part juga butuh ide, butuh tenaga lebih buat ngetik. Masih banyakan ngetik part kan dibanding nulis komentar dan klik vote (?)
Ayolah teman kurang-kurangin jadi penikmat gelap. Apa susahnya meninggalkan jejak?
Tapi jangan sengaja menuliskan perkata juga cuma supaya jumlah komentar terpenuhi. Bisakan kalian ?
Target kali ini yang oenting jumlahnya melebihi yang kemarin & Rules nya masih sama
_____________
Hari yang panjang bagi Anneth, Deven dan Clinton di rumah sakit. Perih duka berpulangnya ayah Airish masih pekat di hati mereka. Tapi ketiganya berusaha sekuat mungkin menepikan raut luka di depan Airish. Mereka harus kuat untuk menguatkan Airish. Mereka harus bahagia juga untuk membahagiakan hati Airish.
Menjelang magrib, saat langit orange mulai membuai mata manusia yang ada di bumi, Anneth dan Deven bersiap untuk pulang. Anneth sudah mengatur jadwal makan malam keluarga guna membahas niatnya mengasuh Airish bersama deven. Clinton yang sebenarnya telah menunaikan tugasnya di rumah sakit, memilih menginap untuk menunggui Airish. Tapi Anneth dan Deven bukanlah teman yang tidak pengertian. Anneth sudah meminta Zara untuk datang menemani Clinton menjaga Airish. Sebesar apapun jiwa humoris Clinton, kali ini ia butuh penyokong untuk mengembalikan senyumnya.
"Sayang jadi kita langsung ke restonya atau gimana?" tanya deven yang sudah kembali memakai panghilan sayang untuk Anneth. Bukan lagi sapaan kaku seperti sebelumnya.
"Langsung aja kak, mami udah jalan kok. Nanti aku chat bunda but langsung ke resto juga" jawab Anneth sibuk menatapi ponselnya memberi kabar kepada mami dan bundanya.
Deven melajukan mobilnya tanpa protes, melaju santai dengan suasana hati yang membaik. "Kamu udah yakin buat asuh Airish ? Maksudku, aku juga mau asuh Airish tapi mungkin tinggalnya di rumah mama. Kamu kan masih sibuk kuliah, magang juga" kata deven cukup panjang.
Anneth memalingkan fokusnya dari layar berpindah kepada deven. "Ya makanya kita obrolin sama keluarga kak nanti rawatnya gimana. Itung-itung latian buat jadi orang tua" jawab anneth sontak membuat deven terkejut.
"Emang beneran udah siap ?" tanya deven spontan.
"Ya siap belum siap harus siap siap kan. Pernikahan kita kan semakin dekat juga kak, aku gak mau kamu kelamaan nunggu takutnya jenuh" jawab Anneth.
"Aku gak maksain kamu neth kalau habis nikah harus langsung hamil. Aku gak nuntut itu, aku cuma nuntut prosesnya" tegas deven.
Anneth menoleh melihat deven dengan serius, bahkan dahinya berlipat-lipat. "Menuntut proses ?" tanyanya.
Deven mengangguk mantap sebelum senyumnya terkembang. "Untuk bikin kamu hamil kan ada prosesnya sayang, bukan habis ijab qabul langsung menggembung" ucap deven. Anneth baru menangkap arah bicara deven sontak memukul lengan deven dengan wajah bersemu-semu.
"Apaan sih kamu arahnya malah kesana" gerutunya malu-malu. Deven tertawa renyah melihat anneth sudah salah tingkah.
"Cium dulu sih gemes banget liatnya" ujar Deven meraih dagu Anneth.
Cup...
Dengan mudahnya Anneth menuruti perintah deven, mengecup bibir pria penuh muslihat itu sekilas.
"Yaaah utang aku nambah satu ya ini" Ujarnya pura-pura memikirkan hutang. Padahal memang jurus tipunya memerdayai kepolosan Anneth. Mendengar niat terselubung deven membuat Anneth mencubit pinggang deven sampai mengaduh. Namun sesaat kemudian menjatuhkan diri memeluk deven yang sedang fokus mengemudi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Damn you, doctor !!!
Roman pour Adolescentsdr. Deven Putra Tanuwijaya Seorang dokter muda idaman semua pasang mata kaum hawa. Muda, tampan, cerdas merupakan daya tarik utamanya. Tidak hanya perempuan muda yang selalu berdecak tiap melihat kharisma dirinya yang menguar. Bahkan anak kecil pun...