Chapter 35

11.7K 297 2
                                    

Aland cepat-cepat membawa Ferra menuju rumah sakit bersama Belva, Alura, Aleta juga orang tua Ferra. Sedangkan yang lain masih mengurus Aurel.

Yah, Ferra yang kena tusukan pisau tersebut. Dan itu membuat Aurel tersenyum kemenangan, ia berharap bahwa Ferra mati.

"Dokter tolong!" teriak Aland saat sampai di rumah sakit. Bahkan bajunya terkena bercak darah Ferra. Tapi ia tidak peduli dengan bajunya itu, baju bisa ia beli lagi. Tapi nyawa Ferra? Tidak bisa dibeli.

Para suster berlarian menghampiri mereka sambil membawa brankar dorong.

"Siapkan ruang operasi sekarang!" tegas sang dokter.

¤¤¤¤¤

Farrel, Akmal juga Vano berlarian di koridor rumah sakit menuju ruang operasi dengan perasaan khawatir.

"Mah, Pah. Gimana Ferra?" tanya Farrel dengan nafas yang memburu.

"Masih di dalem," ujar Aldrich berusaha tegar.

Farrel terduduk lemas dengan bersandar ke tembok. Pikirannya tak tenang.

"Dimana Aurel?" dingin Aland. Semuanya bergidik ngeri mendengar nada bicara Aland yang menakutkan.

"Dia udah di urus sama polisi," balas Vano.

"Hiks hiks."

Isakan itu keluar dari bibir mungil Belva. Memang diantara ketiga teman Ferra, Belva lah yang paling dekat dengan Ferra.

Semua orang menoleh ke arah Belva. Farrel duduk di samping Belva lalu menariknya ke dalam dekapannya. Nyaman, itu lah yang dirasakan Belva saat ini.

"Stt. Jangan sedih," ujar Farrel berusaha menenangkan Belva.

Ceklek

Dokter keluar dari ruang operasi dengan keringat membasahi dahinya.

"Dok. Gimana keadaan putri saya?" tanya Aldrich antusias.

"Kami telah berhasil menangani luka tusuk nya. Untung saja lukanya tidak terlalu dalam, jadi anak ibu masih bisa kami selamatkan."

Semuanya menghela nafas lega mendengarnya.

"Tapi-

"Tapi apa dok?" panik Farrel

"Saat ini, Ferra koma."

Seperti ada sebuah jarum yang tertancap di jantung mereka. Nafasnya tercekat menerima sebuah kenyataan pahit ini.

Aland mengacak rambutnya frustasi, Farrel meluruhkan tubuhnya di dinding.

"Pasien akan segera di pindahkan ke ruang ICU untuk mendapat penanganan yang lebih intens," ujar Dokter.

"Saya permisi," sambung Dokter.

Setelah dokter berlalu pergi, para suster mendorong brankar yang digunakan Ferra keluar dari ruang operasi, Ferra yang terbaring lemah di atas brankar, wajahnya pucat, bibirnya juga pucat, kini wajah yang selalu ceria, tak lagi ditampakkannya.

***

Ceklek

Setelah Lavina, Aldrich juga Farrel keluar dari ruang ICU, Aland bergantian masuk dengan pakaian khusus rumah sakit. Kalian tau sendiri gimana kalo di ruang ICU. Pasti tidak semuanya bisa masuk kecuali bergantian masuknya. Kan?

Disana, Aland menatap kekasihnya sendu. Rasa khawatir, sedih, takut, marah bercambur menjadi satu dalam waktu yang bersamaan.

Khawatir karena ia tak mau Ferra kenapa-kenapa. Sedih karena Ferra nya terbaring lemah di rumah sakit. Takut karena tidak mau Ferra nya meninggalkannya. Marah karena ia merasa tidak becus menjaga Ferra nya dengan baik.

Start From You [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang