Chapter 55

12.5K 258 3
                                    

"Lo jangan nangis terus dong Fer," bujuk Belva yang kini menemani Ferra di kamarnya bersama dengan Aleta juga Alura.

"Nanti make up nya luntur loh," ucap Alura. Memang benar, pasalnya sedari tadi Ferra terus menangis, seakan air matanya tak bisa berhenti mengalirkan buliran bening.

"Gue nggak mau tunangan sama orang lain. Gue nggak mau nikah sama orang lain," lirih Ferra.

"Sttt. Mau gimana pun juga, lo musti nurutin bonyok lo," bujuk Aleta.

"TAPI GUE CUMA CINTA SAMA KAK ALAND!" teriak Ferra dengan nafas yang menggebu-gebu.

Apa-apaan mereka ini? Mereka sahabatnya, bukan? Lantas mengapa mereka mendukung kemauan kedua orang tuanya? Apa yang harus ia lakukan? Hari ini adalah hari pertunangannya dengan orang yang tidak ia cinta. Ingin rasanya ia menenggelamkan diri ke dalam jurang yang terdalam. Tapi apakah ia mampu? Tentu saja tidak.

Kemana perginya Aland? Mengapa ia tidak kunjung pulang ke Indonesia? Tidakkah ia merindukan dirinya? Masihkah dia mencintainya? Bolehkah Ferra berharap bahwa dirinya masih bisa bersama dengan Aland? Sosok yang ia cinta selama ini? Bisakah ia bertemu dengannya lagi walau hanya sebentar?

Setidaknya Aland pulang hanya untuk sekedar bertemu dengannya walau sekali.

Tuhan, beri aku kesempatan bertemu dengannya lagi. Beri aku waktu untuk memperbaiki semuanya. Tolong -batin Ferra menangis.

Ferra memejamkan matanya, air matanya terus mengalir, tidak peduli dengan make up yang sudah dioles ke wajahnya. Ia ingin kebebasan, ia ingin petunjuk, ia ingin bertemu dengan Aland walau hanya sekali.

Mata Belva melirik ke arah pintu yang menampakkan seseorang sedang berdiri di ambang pintu, seseorang itu mengangguk sebagai kode. Belva yang mengerti pun segera menyeret kedua temannya untuk keluar.

Setelah semuanya keluar, seseorang itu masuk dan segera membawa tubuh mungil Ferra ke dalam dekapannya, Ferra memberontak namun Aland tetap bersikukuh untuk merengkuh nya, mencoba memberikan ketenangan pada Ferra.

"Gue nggak mau tunangan sama orang lain," isak Ferra.

"Stt, kamu nggak bakal hidup bersama orang lain, kamu bakal hidup bareng sama aku," bisik Aland tepat di telinga Ferra. Ferra mendongak, memperlihatkan Aland dengan senyuman manisnya. Ferra memukul dada bidang milik Aland.

"Kakak kemana aja?! Kenapa selama ini nggak pernah ngabarin aku? Apa karena kakak udah dijodohin sama orang tua kakak?" Ferra kembali terisak.

"Sttt. Nggak ada yang boleh nikah sama aku kecuali kamu. Dan juga nggak ada yang boleh nikah sama kamu kecuali aku," bisik Aland.

"Aku, Aland, ada di sini, kembali dari Australia ke Indonesia, untuk menebus janjinya untuk melamar Ferra dan menjadikannya sebagai istri seorang Aland Freddy Wijaya," ujar Aland.

"Dan satu hal yang harus kamu inget, bahwa aku, mencintaimu, tetap mencintaimu dan akan terus mencintaimu." Ferra kembali terisak, memeluk erat tubuh Aland, sosok yang ia rindukan kini hadir di hadapannya.

"Tapi kata-

"Stt, semua itu hanya sandiwara saja. Itu sudah kita rencanain jauh jauh hari," bisik Aland sambil menyipitkan matanya.

"Love you too."

¤¤¤¤¤

Setelah sesi acara pertunangan Aland dengan Ferra selesai, kini seluruh keluarga, baik dari keluarga Aldrich maupun Wijaya tengah berkumpul di ruang makan. Para sahabat Aland juga Ferra pun ikut berkumpul. Mereka semua dengan hikmatnya memasukkan makanannya ke dalam mulut mereka.

Lain hal nya dengan Ferra yang kini tengah merunduk, tersenyum malu dalam diam. Lihat saja, dari tadi Aland terus menggenggan erat tangan Ferra tanpa berniat melepaskannya.

"Ekhem, iya tau yang udah tunangan ya gitu, pegangan tangan terus," sindir Alura.

"Takut dia ilang, Land? Tenang aja, dia nggak bakal kemana-mana. Orang kamu hilang kabar aja dia udah kayak orang gila," ejek Farrel. Para orang tua hanya terkekeh pelan melihat perdebatan antar remaja ini.

"TAPI GUE CUMA CINTA SAMA KAK ALAND!" teriak Belva mencoba mempraktekan omongan Ferra di kamar hingga semua orang tertawa terpingkal pingkal.

Ferra menunduk malu, sedangkan Aland tengah menatap Ferra dengan senyum manis yang menghiasi wajahnya.

Ngomong-ngomong tentang Belva, dia sudah bertunangan dengan Farrel 1 tahun yang lalu, dan mereka akan menikah dua bulan ke depan. Aleta dengan Vano sudah bertunangan, bahkan sudah dilangsungkan sebelum Aland berangkat ke Australia, namun sampai sekarang belum ada kabar kapan mereka akan menikah. Sedangkan Akmal dengan Alura? Entahlah, bertunangan saja mereka tidak pernah apalagi menikah. Doakan saja supaya mereka benar-benar dipersatukan.

"Oh iya, Ferra. Mamah mau minta maaf soal omongan mamah di telfon kemaren, mamah nggak bermaksud buat nyakitin kamu. Kalau kamu marah, salahin aja Aland. Dia yang ngatur ini semua," tutur Marizta.

Ferra tersenyum penuh arti. 'Mamah'. Berarti dia sudah dianggap seperti anaknya sendiri bukan? Sungguh benar-benar bahagia.

Tanpa semua orang tahu, Ferra menginjak kaki Aland dengan keras membuat Aland sempat meringis namun ia berusaha untuk menormalkannya kembali.

"Mamah juga minta maaf sama kamu Ferra. Maafin ya, mamah ngomong gitu aja kamu pake nangis-nangis segala. Dasar cengeng," goda Lavina membuat Ferra mengerucutkan bibirnya.

"Mamah," rajuk Ferra hingga semua orang tertawa.

Malam pun tiba, kini Ferra berada di kamar abangnya, merebahkan tubuhnya di kasur milik Farrel, bau maskulin mulai menyeruak ke dalam indera penciumannya. Dengan kedua kaki yang menjuntai ke lantai, senyumnya tak pernah luntur, rasanya ia sangat sangat bahagia hari ini.

"Iya tau yang habis tunangan senyum-senyum aja terus sampai mampus," sindir Farrel membuat Ferra terkekeh pelan.

"BTW Fer. Gue kayaknya nanti bakal kangen deh sama lo. Secara lo minggu depan bakal nikah sama Aland. Dan secara otomatis lo bakal ikut Aland," rajuk Farrel bak anak kecil.

"Lucu lo bang. Nanti gue kapan-kapan main ke sini deh. Lo kan juga dua bulan lagi bakal nikah sama Belva," goda Ferra mengutik pinggang Farrel.

"Gemes deh gue lama-lama sama lo," geram Farrel mencubit kedua pipi Ferra.

"Sakittt," rintih Ferra.

"Bang, malem ini gue tidur di kamar lo ya? Boleh ya? Yayaya? Please," mohon Ferra menunjukkan puppy eyes nya dan tentu saja itu membuat Farrel luluh seketika.

"Boleh boleh boleh," balas Farrel.

"Apaan sih, nggak jelas." Tawa Ferra meledak seketika. Menurutnya, ucapan Farrel barusan itu begitu lucu hingga membuat dirinya tertawa terpingkal-pingkal.

Ferra memejamkan matanya di samping Farrel, meresapi kejadian-kejadian yang begitu mengejutkan hari ini. Tapi sungguh, ia benar-benar bahagia hari ini. Setelah bergelut dengan pemikiran-pemikiran aneh mengenai hubungannya dengan Aland, akhirnya hari ini juga ia bisa melepas semua pemikiran itu. Sosok Aland kini sudah hadir kembali di hadapannya.

Nyatanya, sesuatu yang buruk tak akan berakhir buruk. Begitu juga sebaliknya. Karena kehidupan itu begitu unik, terkadang kita akan dikejutkan dengan sesuatu yaang tak terduga. Intinya, tidak selamanya kita akan berada di titik itu.

TBC!!
Start From You
By. Arindabm

Start From You [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang