Chapter 28

12.5K 288 2
                                    

"Eh, kemaren gimana?" kepo Alura.

Yang lain hanya mengernyit bingung, tidak tahu kemana arah tujuan Alura bicara.

"Yang lo sama kak Aland."

"Oh ya gitu, berakhir dengan lutut gue yang luka. Nih," ujar Ferra menunjukkan lututnya yang terluka.

Ketiga sahabatnya meringis melihat lutut Ferra yang bisa dibilang terluka cukup parah.

"Sakit nggak?" tanya Alura.

"Lo ngapain nanya gitu ke Ferra? Ferra mah udah biasa sama hal yang kayak gituan," kekeh Belva.

"Sa ae lu Bel," kekeh Ferra.

"Eh kalian tau nggak kalau gue-

Ucapan Aleta terpotong karena bel masuk sudah berbunyi, kelas yang tadinya sunyi sekarang menjadi ramai.

Saat pelajaran berlangsung, Ferra lebih memilih untuk tidur dengan menelungkupkan wajahnya di atas lekukan lenganya yang berada di atas meja hingga ketiga sahabatnya menggelengkan kepala menyaksikan hal tersebut.

Bu Wina yang merasa terganggu dengan tidur seseorang pun berjalan menghampiri seseorang tersebut untuk membangunkannya.

"Ferra," panggil Bu Wina setelah berada di samping meja Ferra. Ferra yang kebetulan duduk di sebelah kanan Alura yang berarti berada di tepi dan Alura yang di pojok pun memudahkan Bu Wina dalam membangunkannya. Karena Bu Wina tak perlu repot repot meminta Alura untuk berdiri sejenak.

Masih tidak ada pergerakan dari Ferra.

"Ferra, bangun kamu!" tegas Bu Wina sekali lagi dengan wajah yang sudah memerah menahan amarah.

Ketiga sahabat Ferra yang melihat tampang Bu Wina pun berusaha menahan tawanya agar tak lolos begitu saja dari mulut mereka. Kalau sampai tertawa, bisa bisa di hukum juga. Itulah yang ada di pikiran mereka bertiga sekarang.

"Ferra bangun!" teriak Bu wina tepat di telinga Ferra.

"Kyaaaa!" teriak Ferra membuat seisi kelas cekikikan menahan tawa mereka.

"hoaammm." Ferra menguap dengan tampang watadosnya.

"Enak kamu ya? udah sampai mana mimpi kamu hm?!" tegas Bu Wina pada Ferra. Jangan mentang mentang semua guru takut pada Ferra karena ia adalah anak pemilik sekolah, semua guru tidak takut sama sekali. Kalaupun di tegur, toh mereka hanya mengajarkan kedisiplinan. Lagi pula, Ferra tidak akan mempermasalahkan hukuman itu, justru itu akan membuat Ferra senang karena bisa terbebas dari pelajaran yang menurutnya membosankan. Bad memang, tapi itulah kenyataannya.

"Sejak kapan ibu disini? Wah ibu nungguin saya bangun ya? Ibu the best deh," ujar Ferra mengacungkan kedua ibu jarinya pada Bu Wina. Tidak kah ia melihat raut wajah Bu Wina yang sudah merah padam?

"Ibu kepanasan? Ko mukanya merah gitu? AC nya nyala ko bu. Nih. Brrrrrr. Malah dingin Bu, kayak si doi yang dinginnya minta ampun," celetuk Ferra membuat seisi kelas tertawa terbahak bahak.

"DIAM!" teriak Bu Wina, seketika seisi kelas langsung terdiam.

"Ferra, sekarang kamu keluar, lari lapangan sampai istirahat!" tegas Bu Wina membuat Ferra tersenyum dan langsung bangkit keluar kelas.

"Bu, ko saya kebelet ya bu, saya keluar dulu."

"Bu saya mau nganter si Aleta, takutnya dia nyasar."

"Saya juga mau nemenin mereka, Bu. Takutnya mereka bego di tengah jalan."

Aleta, Belva dan Alura berucap bergantian dengan alasan mereka masing-masing dan langsung berlari keluar kelas.

Start From You [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang