ENDING

18.9K 367 23
                                    

Dalam kehidupan, tak jarang dari kita yang tak jauh dari lingkaran masalah, semua masalah pasti ada jalan keluarnya, tapi itu tergantung dari diri kita sendiri. Apakah kita mampu menyelesaikannya ataukah kita menyerah di tengah jalan? Semudah itu kah kita menyerah?

Lihat saja, Ferra yang dulu diserang dengan berbagai masalah, namun ia tidak menyerah begitu saja. Ia tetap kuat untuk menghadapinya. Hingga akhirnya, ia bisa dipertemukan kembali dengan Aland. Ia akan segera menikah dengannya. Ia akan terikat dengan Aland dalam sebuah hubungan yang sah.

Detik demi detik, hari demi hari telah mereka lewati, hingga kini tiba saat nya, dimana hari ini adalah hari dimana mereka akan melangsungkan acara pernikahan. Acara pernikahan mereka dilaksanakan di hotel yang sempat Wijaya dan Aldrich bangun.

Aland kini sudah menjadi dokter. Hebat bukan? Itulah Aland yang tetap teguh dengan pendirian, sebesar apapun goncangan dari orang-orang, itu tidak akan mampu menggoyahkan niatnya untuk menjadi seorang dokter. Sekarang, impiannya, cita-citanya sudah tercapai, yaitu menjadi seorang dokter.

Untuk melunasi janjinya yang Aland buat sendiri yaitu berjanji akan segera melamar Ferra jika ia pulang ke Indonesia. Dan yah, janji itu telah ia tepati, bahkan satu minggu setelahnya, ia akan melangsungkan pernikahan.

Aland tengah menunggu sang pujaan hati di lantai bawah, berkumpul bersama teman-temannya.

"Cie elah, udah mau jadi suami aja lo. Gue ikut seneng dengernya bro," bangga Akmal menepuk bahu Aland. Aland mengangguk, pikirannya tertuju pada sesuatu yang sejak dulu ingin ia tanyakan pada Akmal.

"Gue mau nanya, lo kapan nyusul sama adek gue?"

"Tenang aja, gue udah siap ko buat lamar dia, atau kalo bisa langsung gue nikahin, ya gue sih tergantung dia nya siap atau nggak, gue nggak mau maksa dia," jawab Akmal. Dapat Aland lihat, tidak ada sirat kebohongan dalam manik matanya, justru yang ada malah sirat ketulusan dari hati seorang Akmal Kendrick.

"Gue percaya sama lo."

"Tapi gue mohon satu hal to-

Ucapan Aland terhenti saat matanya menatap sosok perempuan yang selama ini menjadi dambaan hatinya. Ferra Alaina Aldrich, berjalan menuruni setiap anak tangga dengan Lavina yang berada di sampingnya. Ketiga sahabat Ferra juga berjalan di belakangnya, pasalnya sedari tadi mereka semua berada di kamar Ferra untuk sekedar mengobrol agar Ferra tidak bosan saat di rias. Satu kata yang bisa ia ucapkan, perfect.

"Gila, adek lo cantik banget, Rel?" tanya Akmal.q

"Iya lah, secara abangnya kan ganteng," bangga Farrel membuat Akmal mendengus.

"Gimana, Land? Ferra cantik nggak?" goda Vano menyenggol lengan Aland. Aland menggeleng membuat semua temannya membelalakkan matanya.

"Ferra itu nggak cantik, tapi menurut gue, Ferra itu cantik banget," ujar Aland tanpa mengalihkan perhatiannya sedikit pun dari Ferra. Yang kemudian langsung berlari kecil menuju Ferra.

¤¤¤¤¤

Saat menginjak tangga terakhir, Ferra melihat ada tangan yang terulur di depannya, lantas ia mendongak melihat siapa yang mengulurkan tangannya. Dan, waw. Tatapan mereka berdua bertemu, Lavina dan ketiga sahabat Ferra yang memang peka dengan keadaan pun langsung menyingkir, membiarkan calon pasutri itu berdua.

"Kamu cantik," bisik Aland membuat pipi Ferra mengeluarkan semburat merah.

Mereka berdua duduk di tempat yang sudah disediakan untuk melangsungkan ijab qabul. Dengan keberanian yang cukup, Aland menjabat tangan sang penghulu.

Janji suci telah selesai dikumandangkan. Para hadirin mengucapkan syukur alhamdulillah atas suksesnya acara ijab qabul.

Ferra mencium punggung tangan Aland dengan tulus. Air mata Ferra merembes keluar saat Aland mencium keningnya. Bukan karena ia sedih bukan, ini adalah air mata kebahagiaan, ia benar-benar bahagia sekarang, statusnya kini sudah berubah menjadi seorang istri.

Begitu juga dengan Aland yang kini statusnya sudah berganti menjadi seorang suami dari Ferra Alaina Aldrich. Sungguh sebuah kebahagiaan yang tak bisa diucapkan dengan kata-kata. Seperti mimpi, tapi ini nyata.

Lavina, Aldrich, Farrel dan juga sahabat perempuan Ferra menitikkan air matanya karena kebahagiaan yang kini hadir dalam hatinya. Putrinya, adiknya, sahabatnya sudah menikah.

Usai ijab qabul, mereka semua mengambil foto bersama di atas panggung pelaminan, baik keluarga maupun sahabatnya.

1
2
Cekrek

Mereka semua tersenyum penuh arti pada pengantin baru ini. Hingga akhirnya penuturan Aldrich begitu membuat semuanya terkejut.

"Kami berdua akan menyerahkan hotel ini ke kalian sebagai hadiah pernikahan dari kami," tutur Aldrich sambil merangkul Wijaya.

"Serius pah?!" kaget Ferra. Aldrich dan Wijaya mengangguk mantap.

"Nanti kita bangun hotel ini sama sama," ujar Aland langsung mengecup punggung tangan Ferra.

"Kyaa, gue baper!" teriak Alura histeris.

"Sana gih lo nikah sama Akmal," ujar Belva enteng.

"Apaan sih," cicit Alura malu-malu.

¤¤¤¤¤

Ferra juga Aland tengah berada di dalam kamarnya, saling mengutarakan perasaannya satu sama lain.

"Kakak tau nggak, hari ini aku bahagiaaa banget," ujar Ferra.

"Bahagianya?" tanya Aland.

"Karena kita akhirnya nikah juga, kita akhirnya bisa bersama juga. Dan tau nggak, aku tuh nggak nyangka aja, dulu kakak yang dinginnya minta ampun, irit ngomong dan nggak peduli sama sekitar, sosok yang aku benci, sekarang jadi suami aku," kekeh Ferra membuat Aland gemas. Tangan Aland memusut kepala istrinya itu.

"Oh benci? Yakin benci?"

"Hahaha cukup kak, geli!" teriak Ferra, pasalnya saat ini Aland tengah menggelitikinnya membuat ia tak bisa diam.

"Huahaha tolong berenti!"

Aland langsung membawa Ferra ke dalam dekapannya, dapat ia rasakan tangan Ferra yang melingkar di pinggangnya.

"Kamu tau nggak?" tanya Aland di sela-sela pelukannya.

"Apa?"

"Benci itu bisa mengantarkan seseorang terjebak dalam lingkaran cinta. Contohnya kamu."

"Apaan sih kak." Ferra mencubit pinggang Aland membuatnya meringis namun ia tidak melepaskan pelukannya.

"Kamu mau kita tinggal di rumah ini, atau rumah mamah?"

"Kita tinggal di apartement aja, supaya kita bisa hidup mandiri dan nggak nyusahin mamah papah. Setelah itu kita cari rumah buat ke depannya."

"Yakin? Aku takutnya nanti kalau aku tinggal kerja, kamu sendirian dan bosen di apart."

"Nggak kak, kalaupun aku bosen, aku tinggal pergi ke kantor papah aja."

"Aku siap jadi imam kamu. Love you."

"Dan aku siap menjadi istri kamu. Love you too."

Tidak ada yang bisa menggambarkan kebahagiaan yang sedang hadir diantara mereka. Memang, kebahagiaan kita yang buat, dan kita pula yang merasakannya.

Mereka sekarang sudah menjadi suami istri, sudah bersatu dalam ikatan yang sah.

Di dunia ini tidak ada yang mustahil untuk melahirkan sebuah kebahagiaan, dengan cara sederhana, kebahagiaan akan hadir dengan sendirinya. Jika sedang berada dalam posisi terpuruk, bangkitlah dan tersenyumlah, kebahagiaan sudah menyambutmu di depan sana.

_End_
Start From You
By. Arindabm

Akhirnya, Ending juga wkwkwk :v

Makasih buat kalian yang udah baca, makasih buat kalian yang selalu ninggalin jejak di setiap chapter nya :)

Tanpa kalian, cerita ini ga bakal berjalan :*

Start From You [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang