Chapter 44

10.1K 258 25
                                    

Setelah hari-hari mereka lewati, besok adalah hari dimana kelas 12 melaksanakan UN. Itu berarti, hari dimana Aland akan meninggalkan Ferra semakin dekat.

Mereka semua sedang berada di sudut kantin, mengobrol tentang hal-hal yang unfaedah. Terutama Akmal yang super receh.

"Gue heran, pas gue ngaca di rumah, ko ada ya manusia yang mirip sama gue?"

"BODO AMAT!" teriak semuanya.

"Lura, lo ko mau sih jadi pacarnya Akmal?" ujar Farrel mengejek Akmal.

"Gue juga nggak tau sih, Kak. Mungkin, gue dulu khilaf kali ya," canda Alura.

"Jadi kamu-

"Becanda elah," kekeh Alura membuat Akmal bernafas lega.

"Kak, boleh minta tolong nggak?" bisik Ferra tepat di telinga Aland. Aland menoleh dengan satu alis yang terangkat.

"Beliin air putih boleh nggak?" cicit Ferra malu-malu.

"Apa sih yang nggak buat kamu," kekeh Aland langsung bangkit.

"Eh buset, kenapa kalian bisik-bisik?" heboh Aleta.

"Berisik," jawab Ferra singkat padat dan jelas.

Tak lama kemudian, Aland kembali dengan menenteng sebuah botol air mineral di genggamannya lalu diberikan pada kekasihnya.

"Lo kenapa nyuruh Aland sih Fer. Kan ada tuh punya abang masih utuh," ujar Farrel.

"Peduli apa lo sama gue," sinis Ferra.

"Lo perasaan dari kemarin berantem terus sama abang lo sendiri. Ada apa sih?" kepo Belva.

"Tanya aja sendiri sama calon gebetan lo noh," kesal Ferra sambil menunjuk Farrel dengam dagunya.

"Sembarangan aja kalo ngomong," semprot Belva.

"Yaudah diem."

Setelah lama hening, Akmal kembali membuka suara.

"Eh BTW, lo kemaren kesurupan atau gila sih Fer?"

"Maksud lo apaan kak?" bingung Ferra.

"Itu loh, yang Farrel kirim video lo pas nyanyi sambil joget di atas kasur."

"Bhaks hahaha!" tawa Vano pecah mengingat video yang Farrel share ke grup chat.

Aland mati-matian menahan tawa, jujur saja, ia juga tertawa saat melihat video Ferra yang sedang bernyanyi sambil berjoget ria di atas tempat tidur, apalagi Ferra menggunakan gulungan buku yang ia jadikan sebagai microphone.

"Nggak seru lo pada," ketus Ferra menatap mereka semua yang sedang berusaha menahan tawanya, apalagi Farrel.

"Ketawa ya ketawa aja. Nggak usah di tahan," dingin Ferra

Tawa pun menggema di seluruh penjuru kantin, semua pasang mata tertuju padanya. Merasa iri melihat keakraban antara most wanted boys dengan bad girls.

Brakkk

Ferra menggebrak meja lalu pergi melenggang keluar kantin. Ia sedikit berlari menuju kelasnya dan langsung menyambar tasnya. Sesekali banyak yang bertanya 'kenapa' melihat sikap Ferra yang seperti terlihat kesal.

Ferra berjalan cepat menuju ruangan Aldo. Kepala sekolah di SMA yang sekarang ini sedang Ferra tempati.

Ceklekk

"Om, Ferra izin pulang," kesal Ferra lalu menutup pintu kembali sebelum Aldo menjawabnya. Bukannya ijin ke ruang BK atau ke guru piket justru Ferra malah pergi ke ruang kepsek.

Start From You [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang