Chapter 39

11.9K 283 2
                                    

Sudah 3 hari Ferra bangun dari komanya. Itu artinya, Ferra berada di rumah sakit 17 hari lamanya. Dan bagi Ferra, ini sangat sangat membosankan.

"Pah. Ferra pengen pulang," rengek Ferra pada Aldrich.

"Nggak. Sebelum kamu sembuh total, kamu nggak boleh pulang," tolak Aldrich.

"Mah-

Baru saja ingin merengek pada mamahnya, mamahnya sudah memotong ucapan Ferra saja, Lavina sudah mengetahui Ferra akan berkata apa. Jadi dia main potong saja ucapan Ferra.

"Luka lu belum kering. Jangan bantah, anak siapa sih lu!" garang Lavina.

Lihat kan, sifat jeleknya muncul lagi, benar benar ini. Sudah menjadi emak emak masih aja pake gue-lu. Gimana anaknya ngga niru tuh si emak? Ck ck.

"Ih mamah sama papah sama aja," rajuk Ferra.

"Bang Farrel?" panggil Ferra dengan menunjukkan puppy eyes nya. Ferra yakin, abangnya akan luluh jika ia melakukan ini. Tapi ternyata dugaannya salah, Farrel sepertinya sudah mengerti maksud Ferra sehingga Farrel cepat cepat menolaknya, padahal kan Ferra belum bilang.

"Ish. Kalian nggak asik. Awas aja ya kalo Ferra yang cantik membahana kece badai ini tinggal sama tante Rena," ancam Ferra.

"Ya jangan gitu lah, gimana gue kalo nggak ada lo. Yang ribut setiap hari sama gue siapa? Tikus?" ujar Farrel.

Bukkkk

Tepat sasaran, botol minuman yang Ferra lempar tepat mengenai wajah Farrel. Farrel yang kesal pun meremas botol minuman tadi lalu di lempar ke arah tong sampah yang berada di sudut kamar tersebut.

Wushh

"Wih hebat juga lo bang. Botol masuk tuh," bangga Ferra pada abangnya.

"B aja tuh," judes Farrel.

"HUAAAAA MAMAH, PAPAH, OM JAYA, TANTE RIZTA, BELVA, LETA, LURA, KAKMAL, KAKNO, KAK-

"DIEM BOCAH!" teriak mereka bertiga.

"Ngapain teriak teriak? Kalo semua nya denger gimana? Oh atau nggak kalo semua mayat di sini pada bangun terus nyamperin kita di sini gimana? Mau kalian?" heboh Ferra dengan omongannya yang, hm ngawur?

"Ngawur," judes Lavina. Ferra membalasnya dengan menunjukkan deretan giginya.

Ceklek

Semua mata tertuju pada seseorang yang baru saja membuka pintu, di sana terdapat sosok remaja laki-laki mengenakan kaos hitam polos yang dilapisi kemeja kotak kotak warna biru dongker.

"Eh, Aland. Sini nak," panggil Lavina. Ferra memutar bola matanya kesal.

"Anak sendiri aja digarangin. Giliran anak orang dibaikin," gumam Ferra yang masih didengar oleh mereka semua dan langsung merubah posisi rebahannya menjadi membelakangi mereka.

"Eh Ferra, ngapa lo?!" tanya Farrel sedikit teriak. Ferra mengedikkan bahunya acuh.

"Ngapa tuh anak?" tanya Lavina.

"Ngambek pasti tuh bocah," tebak Farrel.

"Land?" goda Farrel menaik turunkan alisnya sambil melirik ke arah adiknya.

Aland yang mengerti kode sahabatnya itu pun mengangguk dan langsung berjalan menghampiri brankar Ferra. Sedangkan Lavina, Aldrich juga Farrel sudah cekikikan menahan tawa.

"Fer?" panggil Aland.

"Ferra nya udah tidur," balas Ferra.

Ada ada saja ini Ferra. Masa tidur bisa ngomong? Farrel sudah tidak bisa menahan tawanya. Tapi, saat ingin tertawa lepas, Aldrich membekap mulutnya membuat dirinya mengurungkan niatnya untuk tertawa itu.

Start From You [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang