Chapter 52

10K 239 11
                                    

Seperti permintaan Ferra beberapa hari yang lalu, kini mereka semua berkumpul di rumah kediaman Aldrich. Berniat untuk menghabiskan satu hari ini bersama di pantai.

Besok pagi, Aland akan pergi ke Australia untuk melanjutkan pendidikannya di sana, mewujudkan impiannya menjadi dokter, masuk ke universitas yang diimpikan di sana, Australia.

"Rel. Lo panggilin Ferra gih," suruh Akmal yang langsung dilakukan Farrel.

Ceklek

"Fer. Cepetan tu-

Ucapan Farrel terhenti saat melihat tubuh adiknya yang bergetar sambil membelakangi dirinya, ia yakin Ferra pasti menangis. Dengan perlahan, Farrel berjalan menghampiri adiknya yang berada di tepi kasur.

Diusapnya lembut bahu Ferra membuatnya menoleh. Farrel tersenyum pada adik semata wayangnya itu. Dapat ia lihat, penampilan Ferra yang sedikit berantakan. Mata sembab, hidung memerah, jejak air mata menguasai pipinya. Tangan Farrel terulur untuk menyelipkan anak rambut Ferra ke belakang telingannya.

"Kenapa hm?"

Bukannya menjawab pertanyaan yang dilontarkan Farrel, ia justru langsung menghambur ke pelukan Farrel. Tanpa ragu, tangan Farrel terulur untuk mengusap punggung milik adiknya, membiarkan Ferra menumpahkan segala kesedihannya di sana.

Berharap, setelah ini ia tidak lagi melihat adiknya menangis. Jujur saja, bagi Farrel setiap melihat air mata itu lolos di pipi adiknya, hatinya terasa remuk, seakan dirinya tidak bisa menghibur adiknya sendiri.

Setelah tangisan Ferra mulai mereda, ia melerai pelukannya. Jemarinya terulur untuk mengusap jejak air mata yang masih ada di pipi Ferra.

"Lebih baik sekarang lo bersihin muka lo. Yang lain udah nunggu di bawah," lembut Farrel.

"Lo tau nggak sih? Muka lo itu kayak monster yang lagi kelaparan," bisik Farrel tepat di telinga Ferra membuatnya melotot.

"Abang!?" teriak Ferra dengan nyaring. Farrel langsung ngacir keluar kamar Ferra sebelum adiknya itu menghujaninya dengan pukulan.

¤¤¤¤¤

Ferra melangkah keluar menuju teman-temannya berada. Kali ini mereka semua akan pergi ke pantai, memenuhi permintaan Ferra beberapa hari yang lalu. Karena Ferra benar benar ingin menghabiskan waktu seharian ini dengan teman-temannya sebelum mereka semua sibuk dengan kuliahnya masing-masing. Ferra memang sudah menganggap sahabat abangnya itu sebagai temannya sendiri.

"Udah siap semua?" tanya Akmal tanpa melihat raut wajah Ferra yang sedikit nampak lesu. Semuanya hanya mengangguk patuh menanggapi pertanyaan Akmal.

Mobil mereka melesat membelah padatnya jalan raya. Mereka semua pergi hanya menggunakan 2 mobil. Ferra menginginkan untuk bisa lebih banyak mengobrol.

Sesampainya di sana, Ferra langsung turun dan berlari menuju pantai, ia merentangkan kedua tangannya, merasakan semilir angin pantai yang menyejukkan. Terlihat teman-temannya mulai menghampiri Ferra, meninggalkan Aland yang tengah tersenyum menatap Ferra.

Diam diam, Aland mengeluarkan benda pipih dari sakunya, kemudian memotret Ferra dari kejauhan. Setelahnya ia menghampiri teman-temannya yang sedang bermain air. Mereka saling memercikan air ke satu sama lain.

"Kak Aland!" panggil Ferra dengan senyum jahil nya. Begitu Aland menoleh, Ferra langsung memercikan air ke muka kekasihnya itu. Melihat Aland yang akan membalasnya, Ferra langsung berlari dengan tertawa terbahak bahak.

Tidak mau terlepas, Aland berlari mengejar Ferra. Terjadilah aksi kejar-kejaran antara Ferra dengan Aland. Semua teman-temannya ikut tertawa, para cowo merangkul pinggang ramping pasangannya masing-masing.

"Woi udah sih kejar-kejarannya, kita foto bareng ayo!" teriak Akmal dari kejauhan.

Aland mengangguk mantap, sedangkan Ferra masih melongo menatap Aland yang tengah tersenyum jahil, tanpa babibu lagi, Aland mengangkat tubuh Ferra ke dalam gendongannya, Aland berlari menghampiri teman-temannya dengan menggendong Ferra ala bridalstyle, Ferra yang tak siap dengan itu langsung melingkarkan tangannya di leher kekasihnya, wajahnya ia tenggelamkan di dada bidang milik Aland.

Sesampainya berada di antara teman-temannya, Aland menurunkan Ferra dengan hati-hati. Mereka semua langsung mengambil posisi agar pas untuk berfoto bersama. Mereka ingin mengabadikan moment seperti ini.

Berbagai pose sudah mereka lakukan, sekarang saatnya mereka untuk beristirahat. Ini kesempatan bagus untuk Ferra berbincang dengan Aland. Dengan perlahan namun pasti, Ferra mendekati Aland yang sedang berbincang dengan ketiga teman laki-lakinya.

"Kak, aku mau bicara sebentar sama kakak," bisik Ferra tepat di telinga Aland.

Ferra menarik tangan Aland keluar dari teman-temannya itu, membawa Aland ke suatu tempat.

"Ada apa?" tanya Aland.

Ferra tidak langsung menjawab pertanyaan dari kekasihnya, ia mengambil sesuatu dalam tas yang sengaja ia bawa. Ferra mengeluarkan benda yang sempat ia beli beberapa hari yang lalu bersama Belva di mall, lalu menyerahkannya pada Aland sembari tersenyum manis.

Aland mengernyit bingung pada apa yang sedang Ferra lakukan di depannya.

"Buat kamu, Kak. Kakak harus pake ini setiap hari, supaya apa? Supaya kakak inget waktu, terutama inget pacarnya sendiri kalo udah di sana," ujar Ferra yang mengerti maksud dari tatapan Aland yang ditujukan untuknya.

"Makasih banyak. Tanpa kamu kasih ini juga aku bakal selalu inget terus sama kamu. Karena apa? ... "

Jantung Ferra berdebar menunggu kelanjutan Aland yang memotong omongannya sendiri. Tiba-tiba, Aland memajukan wajahnya, menepis jarak antara keduanya. Ferra diam tak berkutik, jarak antar wajah mereka semakin tipis, bahkan hembusan nafas Aland bisa ia rasakan. Ferra memejamkan matanya, tak ingin melihat apa yang aka terjadi di detik berikutnya.

"You are mine," lanjut Aland berbisik di telinga Ferra, ia langsung menjauhkan wajahnya pada wajah Ferra, bisa ia lihat, wajah merah merona Ferra yang tampak jelas dalam penglihatannya. Lucu sekali, batinnya.

"Kamu tadi pake blush on ya? Ketebelen lagi," tutur Aland tiba-tiba membuat Ferra langsung menutup pipinya menggunakan kedua tangannya.

"Kak?" rengek Ferra membuat Aland tertawa terbahak-bahak. Dengan segera, Aland merengkuh tubuh mungil Ferra. Mendekapnya dengan erat. Ferra yang merasakan kenyamanan dalam dekapan Aland pun memejamkan matanya, tangannya bergerak untuk membalas dekapan tersebut.

"Kita balik ke temen-temen ya?" Ferra mengangguk.

"Mau aku gendong?" tawar Aland dengan senyum jahilnya.

"Apaan sih kak," cicit Ferra malu-malu. Apa-apaan Aland ini? Sejak kapan dia jadi begini?

Mereka berdua kembali menghampiri teman-temannya dengan Aland yang menggenggam erat jemari Ferra dengan lembut, Ferra tersenyum melihatnya.

¤¤¤¤¤

Setelah di rasa cukup puas di pantai dan hari sudah cukup sore, mereka semua memutuskan untuk pulang ke rumah masing-masing.

Di dalam mobil Aland, hanya ada dirinya juga Ferra. Tidak ada yang membuka suara, hanya keheningan yang melanda di antara mereka berdua.

"Besok aku berangkat jam 7," Ferra menoleh, "Aku ikut ke bandara besok!" tegas Ferra.

Aland tersenyum, Ferra benar-benar ingin ikut mengantar Aland di bandara, karena setelah itu, mereka akan dipisahkan oleh jarak dan waktu dengan negara yang berbeda. Ferra harap, suatu saat nanti, akan ada hari yang begitu indah yang hadir dalam kehidupan mereka berdua dengan kebahagiaan yang menyelimuti.

Bagi mereka berdua, jarak bukan suatu masalah untuk saling mencintai. Karena, jarak lah yang membuat mereka mengerti, dan menghargai satu sama lain bahwa mereka saling memiliki. Dan mereka berharap, rasa itu akan terus bersama mereka hingga pertemuan mereka kembali.

TBC!!!
Start From You
By. Arindabm

Start From You [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang