Chapter 42

10K 258 12
                                    

Ferra berjalan bersama Farrel menuju kelas mereka masing-masing dengan Farrel yang merangkul pinggang ramping Ferra.

"Ferra!"

Ferra maupun Farrel menole ke belakang. Di sana terdapat Alura juga Aland yang sedang berlari menghampiri mereka berdua.

"Ikut aku sebentar yuk. Aku mau bicara sesuatu sama kamu."

Ferra dibuatnya bingung dengan apa yang diucapkan Aland barusan. Ferra melirik ke arah Farrel yang di balas anggukan dengan senyum manis olehnya.

"Oke."

Sebelum pergi, Aland melirik sekilas ke arah adik perempuannya itu. Alura mengangguk lalu tersenyum memberi keyakinan bahwa keputusan yang ia ambil adalah yang terbaik untuk keduanya.

Aland menarik tangan Ferra menuju rooftop, salah satu tempat yang memang jarang orang mengetahuinya.

Setelah mereka berdua duduk, Aland menarik nafas panjang lalu menghembuskannya perlahan sebelum ia memulai pembicaraannya dengan Ferra.

"Fer?" Ferra menoleh polos membuat Aland seperti tidak tega membicarakan hal ini pada Ferra. Tapi ia harus mencobanya, dirinya siap menanggung resiko yang akan terjadi setelah ini.

"Menurut kamu gimana?"

"Apanya?"

"Soal kemaren, keputusan kamu gimana?"

Hah. Sepertinya ia kembali mengingat pembicaraannya dengan Aland. Ia pikir, Aland tidak akan membahas masalah ini lagi. Tapi, tidak membahas juga Aland akan pergi keluar negeri bukan? Ia harus menyiapkan mentalnya dari sekarang.

"Aku dukung apapun keputusan yang kakak ambil. Kalau itu yang terbaik buat kakak, Ferra ngijinin kakak pergi. Itu juga demi cita cita kakak kan? Kakak nggak harus selamanya mikirin soal cinta. Kakak juga harus mikirin soal cita-cita kakak. Masa depan kakak sendiri," jelas Ferra tanpa menoleh ke arah Aland.

"Makasih sebelumnya karena kamu udah ngertiin aku Fer. Tapi, apa hubungan kita akan tetap berlanjut setelah ini?" tanya Aland membuat Ferra menoleh ke arahnya.

"Maksudnya?"

"Apa kita break dulu?" cicit Aland hati hati.

Jdwar

Seperti ada sebuah bom yang meledak di dalam hatinya. Apa-apaan Aland ini? Kenapa ia bicara seperti itu? Apakah ia tidak percaya lagi dengan Ferra? Apakah Aland sudah bosan dengannya? Oh apakah Aland sudah tidak mencintainya lagi?

"Kenapa kakak bicara seperti itu? Apa kakak udah nggak cinta lagi sama aku?" parau Ferra dengan air mata yang mulai membasahi pipinya.

Aland benci melihat air mata yang jatuh di pipi gadisnya itu. Apalagi, Ferra menangis karenanya. Tak mengapa kalau air mata Ferra jatuh karena sebuah kebahagiaan. Tapi tidak untuk ini.

"Bukan itu maksud aku, Aku bahkan masih cinta sama kamu."

"Lalu kenapa kita harus break? Kita masih sama-sama mencintai. Kenapa harus break? Apa kakak nggak percaya lagi sama aku?"

"Bu-

"Aku bahkan percaya sama kakak. Kakak nggak akan macam-macam di sana. Kita masih saling mencintai. Tolong biarin aku berusaha mempertahankan hubungan ini kak. Kalau kita break, berarti rasa kepercayaan diantara kita udah hilang. Tolong jangan ngancurin rasa percaya aku ke kakak. Aku nggak apa-apa kakak kuliah di mana pun kakak mau. Aku bahkan sanggup menunggu bertahun-tahun demi kakak. Asal aku minta satu hal sama kakak. Kalau nanti kak Aland benar-benar udah nggak cinta lagi sama aku, bilang. Biar aku mundur, biar aku kubur perasaan aku dalam dalam," serak Ferra menghapus air matanya kasar lalu memberanikan diri untuk menatap manik mata Aland.

Dilihatnya Aland tengah menatap dirinya dengan sorot mata sendu.

Tanpa pikir panjang, Aland langsung menarik tubuh Ferra ke dalam dekapannya. Aland yang beruntung ataukah Tuhan yang berbaik hati padanya sehingga mempertemukan Ferra dengannya? Entah apapun itu, Aland tetap bersyukur. Setidaknya, Ferra benar-benar tipe cewek setia, tidak seperti Aurel.

Ferra kembali terisak dalam dada bidang Aland. Ia membalas dekapan Aland tak kalah erat. Aland pun membiarkan Ferra menumpahkan tangisnya dalam dekapannya. Membiarkannya sampai Ferra tenang.

Sungguh, Aland benar-benar lemah jika melihat orang yang dia sayang menangis seperti ini. Dia berharap, Tuhan memberikan umur panjang agar ia bisa menjaga orang-orang yang dia sayang lebih lama.

Aland melepas dekapannya, dengan perlahan, jemari Aland bergerak menyentuh lembut pipi Ferra, menghapus jejak air mata di sana.

"Dont cry, aku akan tetap mempertahankan semuanya. Nggak ada kata break di antara kita. I Love You,"ujar Aland menangkup kedua pipi Ferra.

"I Love You Too," balas Ferra dengan suara bergetar.

"Please, dont cry," ucap Aland langsung menarik Ferra kembali ke dalam dekapannya.

Cukup lama mereka berpelukan, akhirnya mereka turun menuju kelas masing-masing. Namun belum sampai Ferra ke kelasnya, ia membalikkan badannya menuju taman belakang. Ia merasa sangat bosan saat ini.

Sesampainya di sana, ia membaringkan tubuhnya di atas rumput, di bawah pohon rindang dengan beberapa tanaman indah yang menjadi pemandangan di depannya.

"Dikira nangis nggak butuh tenaga apa ya?" gumam Ferra lalu memejamkan matanya untuk tidur, tidak memperdulikan bunyi bel yang sudah berdentang.

¤¤¤¤¤

"Ferra kemana sih?" bisik Belva pada Aleta.

"Mana gue tau," balas Aleta sedikit teriak membuat guru yang sedang mengajar di depan menoleh tajam ke arah mereka berdua.

"Ada apa?!"

"Nggak ada bu," balas Belva.

"Lo sih!" kesal Belva.

Iya juga ya, ko Ferra belum balik? Padahal udah bel juga -batin Alura berfikir.

Alura merogoh sakunya sambil melirik ke arah guru yang mengajar di kelasnya. Kalau guru itu melihat, bisa berujung lapangan dia.

To : Kak Flat
Kak, Kalian berdua dimana? Ini udah bel masuk. Kenapa belum pada balik sih?! (send)

From : Kak Flat
Gue udah di kelas, tadi kita berdua balik bareng.

Cepat sekali Aland membalasnya, ah sepertinya sedang freeclass.

To : Kak Flat
Ferra belum balik kak!

From : Kak Flat
Gue cari dulu

Setelah mendapat pesan dari Adik perempuannya, Aland mulai mencari dimana keberadaan Ferra. Semuanya sudah Aland kunjungi namun hasilnya nihil. Tiba-tiba, ia teringat sebuah tempat. Ia harus ke sana.

Benar saja, Ferra ada di sana tengah tidur di atas rumput, Aland berjalan menghampiri kekasihnya, mengangkat kepala Ferra dengan hati-hati kemudian mengulurkan tangannya untuk dijadikan Ferra sebagai bantal, ia pun ikut berbaring di samping Ferra dengan berbantal tangan yang satunya.

"Lo itu bad girl, tapi gue cinta."

Aland mulai mengamati wajah Ferra yang begitu cantik, bulu mata lentik, pipi yang sedikit chubby, hidungnya yang mancung, tak lupa dengan bibir merah ranumnya. Perfect.

"Lo cantik."

"Gue janji, setelah gue kembali nanti, gue bakal lamar lo, kalau bisa kita langsung nikah."

"Makasih udah mau jadi pacar aku. I love you my princess," ujar Aland.

"Jangan pernah tinggalin aku. Aku sayang kamu."

TBC!
Start From You
By. Arindabm

Start From You [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang