Now Playing: The Vamps - Can We Dance
January, Tuesday Night. Jennifer's house.
Jennifer dan Brittany baru saja menyelesaikan makan malam mereka. Ya, Brittany sedang bersama Jennifer di rumah jennifer. Ia diminta Ruby untuk menemani gadis pembangkang itu agar ia tidak pergi ke club sendirian lagi. Karena itu, Jennifer terus mengoceh pada Brittany.
"Argh, Ruby berlebihan." Jennifer masih cemberut.
"Hei, ini 'kan demi kebaikanmu juga, Jen. Ia hanya mengkhawatirkanmu."
"Yayayayayaya. Demi kebaikanku. Tapi, ayolah. Mereka sudah tidak pergi ke sana lagi." Erang Jennifer. Di sofa, kedua kakinya terus mendendang ke atas –ia kesal.
Jennifer mendudukkan dirinya seketika. Brittany yang melihatnya terheran dengan sikap sahabatnya ini. Untung saja ia menyayanginya.
"Aku ingin menceritakan sesuatu." Ucap Jennifer.
"Kalau begitu ceritakan saja." Brittany memposisikan dirinya –siap mendengarkan cerita Jennifer.
"Kau tahu, beberapa hari yang lalu aku bertemu dengan seseorang. Hm, well, dia seorang pria dan ia tampan."
Brittany mulai mencondongkan tubuhnya merapat pada Jennifer –merasa tertarik dengan cerita yang akan diceritakan oleh jennifer ini. "Lalu?"
"Kami sudah bertemu beberapa kali.ia mengatakan kalau ia sudah melihatku sejak aku dan mereka –para wanita jalang –bertengkar. Tapi, waktu itu aku tidak melihatnya. Kami bertemu lagi di club yang sama di hari keesokannya, dan saat itu aku bersama denganmu, ah, kau pasti mengingatnya." Jennifer menoleh pada Brittany.
"Oh? Jangan katakan, pria itu?" Brittany mengacungkan satu jarinya saat ia mengingat seorang pria yang sempat berdebat dengan Jennifer beberapa waktu yang lalu.
"It's him. Dan kami bertemu lagi tadi siang. Apa ini semua kebetulan atau dia memang seorang penguntit? Entah apa yang dikatakan benar atau tidak, dia tidak tahu namaku." Cetus Jennifer.
"Tunggu, tunggu." Brittany berusaha memahami cerita Jennifer. "Kau bilang, kau bertemu lagi dengannya? Hm, jadi kalau dihitung ia sudah bertemu denganmu sebanyak 3 kali. And what? He doesn't know your name?" mendadak Brittany menjadi kesal karena pria itu.
Jennifer mengangguk cepat. "Ya. katanya ia baru saja pindah kemari. Dan yang tidak aku mengerti adalah, ia mengatakan ingin berteman denganku."
"WHAT!?"
Katakan Brittany berlebihan menanggapinya, tapi dia memang terkejut. Ayolah, seluruh negara ini tahu jika Jennifer adalah gadis yang tak tersentuh oleh pria manapun –bahkan banyak wanita lainnya yang menjauhinya, mencacinya, memakinya, merendahkannya. Ah, membayangkannya saja membuat Brittany semakin muak. Dan baru saja Jennifer mengatakan padanya ada seorang pria yang ingin berteman dengannya? Apa dunia sudah terbalik?
KAMU SEDANG MEMBACA
The King's Owner (COMPLETED)
Romance#the Heirs Series (2nd) Raja Arthur. Bukan, ini bukan kisah dimana kita akan membahas sejarah kerajaan inggris pada masa kekuasaan raja Arthur. Arthur, bukanlah sekedar nama bagi wanita cantik kelahiran Inggris ini. Tak ada yang menyangka jika Arthu...