Now Playing: DREAMDIVE - Can't Trust
14th February Thursday, 10.40 P.M. Hotel's Club, London, UK.
Arthur memasuki sebuah klub malam dimana Robert memintanya untuk bertemu semalam. Dengan langkah percaya dirinya, Arthur menyusuri kerumunan orang-orang yang berlalu lalang sampai membelah kerumunan para wanita yang sempat menggoda Arthur.
Begitu menemukan Robert di sebuah meja bar, Arthur mengambil tempat duduk di samping Robert dengan jarak satu kursi.
"Ah, kau datang." Seru Robert, menyadari kedatangan Arthur di sebelahnya. Robert memberi sinyal pada seorang bartender untuk membuatkan minuman lagi untuknya.
"Jangan membuatku heran dengan sikapmu yang melunak, Robert. Aku tahu kau akan bermaksud sesuatu dengan ini." Tukas Arthur dingin. Robert tertawa mendengarnya.
Arthur terdiam dengan ekspresi wajahnya yang tidak terbaca. Ia masih menatap Robert yang bertingkah seolah mereka adalah teman dekat. Bahkan, ketika Robert tidak sengaja meletakkan tanganya pada bahu Arthur, Arthur hanya melirik tangan Robert dengan sinis.
"Aku tidak menyangka," robert kembali bersuara. "Aku tidak menyangka kau akan mengetahui semua rencanaku pada jennifer." Dengus Robert.
Arthur mendengus, melipat kedua tangannya di depan dadanya. "Lelaki sepertimu terlalu banyak mengharapkan satu kesuksesan pada satu tujuan tanpa peduli sekitar. Seperti yang kukatakan, kau hanya terobsesi padanya."
"Tidak. Kau salah, Arthur." Robert menatap Arthur serius.
"Kau tidak pernah tau bagaimana rasanya ketika wanita yang kau cintai selama ini terus menolakmu tapi kau juga tahu kau tidak akan pernah bisa pergi darinya karena suatu harapan yang kau pegang."
Arthur kembali terdiam. Melihat tatapan serius, sejenak membuat Arthur memikirkan ketulusan Robert. Namun, ia tidak boleh lengah. Ia tahu pria macam apa Robert.
"Baiklah, aku tahu kau tidak akan memercayaiku semudah ini." Terdengar helaan napas Robert.
Robert melirik ke arah sudut bar, dimana dua orang wanita tengah menunggu sinyal dari Robert. Begitu Robert memberi sinyal, dua wanita itu segera beranjak dari tempatnya memasuki area bar dan melakukan rencana mereka.
"Apa kau mencintainya?" tanya Robert, membuat kedua alis Arthur terangkat.
"Aku berbicara tentang jennifer. Apa kau mencintainya?"
"Jawaban apa yang kau inginkan dariku?"
"Kejujuran. Aku tidak ingin membuat jennifer kecewa karena terlalu sering mencurigainya dan membuat spekulasi tak mendasar. Jika kau bisa jujur, mungkin aku mempunyai alasan tepat saat aku cemburu padamu."
Rasanya Arthur ingin menertawai Robert sekarang juga. Hanya demi jennifer, dia memberi pertanyaan konyol ini padanya. Arthur sendiri bahkan tidak bisa memahami gejolak di hatinya. Bagaimana ia bisa memberikan jawaban jujur pada pria di depannya saat ini.
Tiba-tiba, seorang bartender menyodorkan minuman Arthur, walau ia sama sekali belum memesan minuman apapun.
Robert terkekeh. "Kau terlalu bepikir keras, Art. Minumlah dulu." Ucapnya.
Arthur melirik pada gelas whiski yang diulurkan oleh Robert dan menerimanya. Meminumnya dengan one shot, setelah itu meletakkannya pada meja bar. Robert mengangkat kedua alisnya, menampakkan senyum miringnya.
"Kau hanya membuang waktu dengan menanyakan hal konyol seperti itu." Kata Arthur.
Arthur mencoba untuk berdiri hendak pergi meninggalkan tempat ini, Namun, tiba-tiba saja Arthur merasakan kepalanya pening secara perlahan. Berkali-kali Arthur mengerjapkan matanya, mencoba meraih kesadarannya yang hampir hilang. Satu tangannya meraih kursi bar di sampignya dan berpegangan dengan erat, sementara tangan lainnya ia gunakan untuk memegangi kepalanya yang pusing.
KAMU SEDANG MEMBACA
The King's Owner (COMPLETED)
Romance#the Heirs Series (2nd) Raja Arthur. Bukan, ini bukan kisah dimana kita akan membahas sejarah kerajaan inggris pada masa kekuasaan raja Arthur. Arthur, bukanlah sekedar nama bagi wanita cantik kelahiran Inggris ini. Tak ada yang menyangka jika Arthu...