Now Playing: Shawn Mendes - Something big
25th January Friday, 8.11 A.M. Jennifer's House, London, UK.
Di sebuah ruang kerja, tampak seorang pria yang sedang mengamuk, membanting semua barang yang ada di depannya. Membiarkan semuanya berserakan. Berkali-kali sang kepala pelayan dan kaki tangannya sudah berusaha menenangkannya, tapi tidak berhasil. Pria itu geram.
"Harusnya dia menghubungiku!" kesalnya.
"Tuan, Tuan mendengarnya sendiri jika Nona Jennifer tidak membuka ponselnya sejak sore hari. Dan Tuan Arthur sendiri yang –"ucapan sang kaki tangannya terhenti ketika pria itu, robert, menatapnya bengis.
Sang kaki tangan, Jimmy, menundukkan kepalanya. Ia tidak akan berani menatap kedua mata Robert jika pria itu sedang geram seperti ini.
"Pria itu sudah mengabaikan apa yang sudah kukatakan padanya." Robert tersenyum miring. "Sejak awal, aku tidak pernah menganggap Jennifer teman. Dia –dia lebih dari itu. Dia wanitaku. Akan kubuktikan sendiri."
*****
Robert masih terdiam di depan kemudinya memandangi rumah jennifer. Tersenyum miring, ia sudah datang dengan rencananya. Robert turun dari mobilnya, melepas kacamata hitamnya, dan menekan bel di depan rumah jennifer.
Tak lama, jennifer sudah membuka pintu rumahnya dan melihat Robert yang sudah berdiri di depannya.
Sebelum jennifer mengajak robert masuk, tiba-tiba saja robert sudah memeluknya erat. Jennifer yang terkejut hanya mengerjapkan kedua matanya membiarkan robert memeluknya.
"Aku sudah tahu. Aku sudah melihat berita itu. Oh, maafkan aku, Jennifer. Seharusnya aku tidak membiarkanmu sendirian semalam. Seharusnya aku menemanimu. Aku tahu kau akan memendam semuanya semalam. Ponselmu bahkan tidak aktif. Kau baik-baik saja?"
Jennifer tersenyum. "Aku baik-baik saja, Robert. Terima kasih. Lagipula aku sudah terbiasa. Bukankah harusnya kau juga tersinggung dengan berita itu?" kekehnya.
"Kenapa aku harus tersinggung?" tanya Robert, mengikuti langkah jennifer menuju ruang tengah, kemudian duduk bersebelahan.
"Kau tidak membaca beberapa komentar yang sedang membandingkanmu dengan Arthur?" jennifer berusaha memastikan.
Tentu saja Robert tahu. Tapi, robert tidak akan memusingkannya sementara karena hanya jennifer yang ia pedulikan.
Robert tertawa. "Ah, itu. aku tidak masalah. Mereka tidak tahu tentangku." Ujarnya sombong.
Jennifer berdecih. "Jika kau terus berdekatan denganku mereka akan tahu jika kau tidak setampan yang mereka katakan." Goda Jennifer.
Robert tertawa. "Jika aku terus terlihat berdekatan denganmu, mereka akan tahu jika aku yang benar-benar mencintaimu." Sahut Robert dengan sombong.
Jennifer kembali tertawa. "Kau berlebihan."
Melihat Jennifer yang tertawa saat ini, membuat benaknya menghangat. Jennifer memang wanita yang kuat. Robert semakin ingin melindungi dan menyayanginya.
"Ah, iya. Bagaimana dengan pestamu?" tanya Robert kemudian.
"Aku sudah mengundang beberapa temanku yang kukenal." Jawab Jennifer.
"Hanya yang kau kenal?"
Jennifer menganggukkan kepalanya.
"bagaimana jika kau mengundang beberapa artis yang terkenal, atau yang pernah bekerja denganmu?" robert berusaha membujuk Jennifer untuk mengundang banyak orang.
KAMU SEDANG MEMBACA
The King's Owner (COMPLETED)
Romance#the Heirs Series (2nd) Raja Arthur. Bukan, ini bukan kisah dimana kita akan membahas sejarah kerajaan inggris pada masa kekuasaan raja Arthur. Arthur, bukanlah sekedar nama bagi wanita cantik kelahiran Inggris ini. Tak ada yang menyangka jika Arthu...