49. The King's Owner: Great Kisser

594 41 0
                                    

Now Playing: Rita Ora - Let You Love Me


9th February Saturday, 8.25 P.M. Robert's house, London, UK.

Jennifer masih terbaring mirirng di ranjangnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jennifer masih terbaring mirirng di ranjangnya. Karena keributan semalam, pihak manajemennya meliburkan semua jadwal Jennifer untuk seminggu ke depan. Membuat jennifer bermalas-malasan di ranjangnya. Ditambah, saat ini hatinya sedang dilanda rasa resah yang luar bisa. Ia menerawang jauh ke depan, memikirkan kembali kejadian mengerikan semalam. Terulang kembali. Bagaimana lucy dan Emily mencelanya di depan semua orang. Jujur saja, di dalam hatinya, ia sedikit menyesal karena ia tidak bisa mengendalikan dirinya.

Bergeser pada kejadian lainnya, detak jantungnya semakin berdetak kencang saat ia memikirkan bagaimana Arthur menciumnya kembali. Tanpa sadar, satu tangan Jennifer terangkat, lalu membelai lembut bibirnya. Ia bisa merasakan bagaimana rasa bibir Arthur saat menempel dengan lembut pada bibirnya. Membuatnya tersenyum kecil.

Hubungan percintaannya dengan Robert penuh dengan ujian. Di saat ia mulai mencoba untuk membuka hati untuk Robert, selalu ada cobaan yang membuatnya kembali dilanda kebingungan seperti saat ini. Tapi, entah kenapa kali ini ia tidak merasa bersalah pada Robert. Robert marah padanya. Ia tahu, karena semalam ia dapat melihat sisi lain dari Robert, dimana pria itu benar-benar mendiamkannya sejak semalam sampai saat ini. Bahkan, Robert sudah meninggalkan rumah pagi buta tanpa menunggu jennifer bangun.

Dering ponsel yang berbunyi membuyarkan lamunan Jennifer. Dengan malas, jennifer mengambil ponselnya yang berada di atas nakas meja dan menekan tombol hijau tanpa melihat siapa penelponnya.

"Good morning, Sleepyhead." Sapa penelpon dengan nada riangnya.

Begitu mendengar suara yang tidak asing baginya, jennifer bangun dari ranjangnya.

"KAK!" pekik Jennifer.

"Damn. Pelankan suaramu. Kutebak kau masih berada di ranjangmu, bermalas-malasan, meratapi diri sendiri setelah kejadian semalam. Ah, dan kau pasti menangis semalaman. Atau, Robert sudah menenangkanmu di sana?"

Jennifer bisa saja melempar sepatu atau tas tangannya saat ini juga jika saja mereka berdua bertemu tatap muka. Tapi, tetap saja kerinduannya pada kakak satu-satunya tidak pernah lenyap.

"Diamlah. Aku tidak ingin membahasnya. Dimana kau?"

Terdengar suara tawa. "Rumah?"

Jennifer memutar kedua matanya dengan jengah. Kakaknya memang suka menjahilinya seperti ini. Jika suasana hatinya sedang bagus, mungkin jennifer akan mengajaknya berkelahi saat ini juga.

"Itu bukan jawaban, Kak. Cepatlah, jangan berbasa-basi."

Lagi-lagi, jennifer mendengar suara tawa kakaknya.

"Kemari dan cek saja sendiri. Kau tidak merindukanku, hm?"

Tanpa menjawab lagi, jennifer memutus panggilannya, dan bersiap-siap menuju rumah orang tuanya. Ia akan berangkat sendiri tanpa menunggu Robert untuk mengantarnya.

The King's Owner (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang