41. The King's Owner: Two Choices

540 43 0
                                    

Now Playing: Charlie Puth - Suffer


5th February Tuesday, 12.00 P.M. Arthur's room –Campbell Enterprise, London, UK.

    "Britt?"

    Brittany dan arthur saling memandang sebelum akhirnya Brittany berdiri dari sofa dan terlihat gugup dengan memainkan jari-jarinya di depan jennifer.

    "Aku tidak tahu kau ada di sini. Kenapa kau di sini? Kalian -?" pertanyaan jennifer menggantung seketika. Hingga akhirnya Brittany bersuara untuk menghilangkan situasi canggung ini.

    "Oh, tidak tidak. Ini tidak seperti yang kau bayangkan. Kami hanya mengobrol. Ya." jelas Brittany. Jennifer mengernyit, mulai sedikit curiga dengan tingkah Brittany yang terlihat gugup di depannya.

    "Rasanya aku masih ingat sudah memberi tahu danzell untuk tidak membiarkan siapapun masuk saat ini. ada apa, jennifer?" tanya arthur datar.

    Jennifer melirik sinis. "Oh, maafkan aku karena aku tidak sempat berpikir tadi. tapi, ada hal penting yang harus kudiskusikan denganmu." Ucap jennifer serius denga kedua tangan yang ia lipat di depan dadanya.

    Arthur mengangkat kedua alisnya. kemudian, ia berbalik menoleh pada Brittany dan mengatakan, "Terima kasih kau sudah menyempatkan waktu untuk datang kemari. Kita lanjutkan lagi lain waktu. Hati-hati di jalan, Brittany." ucap arthur tenang seraya memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana kainnya.

    Brittany paham maksud arthur dengan sinyal pertamanya. Arthur akan memulai rencana awalnya. Brittanya menganggukkan kepalanya.

    "Tentu. Kalau begitu, aku akan pulang. Jennifer, aku pulang dulu." Pamit Brittany pada arthur dan jennifer. Jennifer tersenyum mengangguk dan memeluk Brittany sebelum Brittany keluar dari ruangan arthur.

    "Jadi, hal penting apa yang ingin kau diskusikan denganku?" tanya arthur kemudian. Jennifer menoleh pada arthur dan saling beradu tatapan.

    "Aku tahu kau mengutus orang-orangmu untuk mengintai rumahku. Kenapa kau melakukannya?" tanya jennifer. Arthur mengernyit. Dugaannya tepat mengenai jennifer yang salah paham padanya.

    "Aku tidak mengintaimu, jennifer. Lagipula untuk apa aku melakukannya?" dengus arthur. jennifer berdecih.

    "Aku bertanya padamu, kau hanya harus menjelaskannya padaku. Tidak perlu berbelit-belit seperti ini. kau malah terlihat seperti fans maniak yang terus mengekoriku." Rutuk jennifer, arthur ternganga sebelum tertawa.

    "Apa? aku?" arthur tersenyum miring. "Kau bahkan tidak menyadari apa yang terjadi di sekitarmu selama ini dan kau malah menuduhku?"

    "Ini fakta, Arthur. aku sudah melihatnya sendiri. Jadi, aku tidak menuduhmu." Tukas jennifer. Api kemarahannya semakin berkobar. Sementara arthur malah terlihat menikmati kekesalan jennifer saat ini. ia melangkah mendekati jennifer pelan-pelan dengan seringaiannya.

    Jennifer terlihat panik saat melihat arthur berjalan mendekat tanpa mengeluarkan sepatah kata lagi. secara automatis, jennifer berjalan mundur menjauhi arthur.

    "A –Apa yang kau lakukan?" gagap jennifer.

    Arthur mengangkat kedua alisnya. "Apa?" tanyanya dengan wajah tidak berdosanya.

    Jennifer menemukan jalan buntu di belakangnya. Ia sudah mencapai dinding dan kakinya terasa tidak bisa digerakkan lagi melihat arthur yang terus mendekatinya. Dengan susah payah, jennifer menelan air liurnya.

    "Kau –kau –" jennifer kembali tergagap. Belum sempat ia melangkah menjauh, arthur sudah berada tepat di depannya dan mengurungnya dengan kedua tangannya yang berada di samping telinganya.

The King's Owner (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang