Now Playing : Far East Movement ft. The Cataracs, Dev - Like A G6
Saturday 5th , January. 23.30 PM. A night at one of club in London.
Di sebuah ruangan di suatu club, dimana ketiga pria tampan ini tengah menikmati waktu senggang mereka, karena salah satu dari mereka yang baru saja pindah kemari. London. Salah satu kota terindah di Benua Eropa yang penuh dengan sejarah.
Arthur harus mengurus perusahaannya yang berada di London sehingga mengharuskannya untuk pindah kemari entah sampai kapan. Ia sedang menikmati rasa khas daari vodka yang diminumnya. Di depannya, ada kedua temannya yang ikut kemari. Hanya untuk menemani Arthur sebentar. Atau mungkin hanya sekedar berlibur walau ini tidak bisa dikatakan liburan dengan arti yang sebenarnya.
"Hmm, lumayan juga." Gumam Edric seraya mengitarkan pandangannya pada club yang kini ia datangi bersama Arthur dan Dennis. Di sampingnya, ada seorang wanita dengan pakaian yang ketat dan seksi bergelayut manja.
"Kalau begitu, kita pindah saja kesini. Bagaimana?" Dennis bertanya dengan semangatnya seperti biasa. Ia terlihat sangat antusias semenjak mereka turun dari pesawat jet milik Arthur.
Arthur langsung menoleh pada Dennis. "Apa kau sudah gila? Untuk apa?"
"Aku juga tidak tahu, sih. Aku hanya tertarik dengan kota ini. Sangat indah. Ya, walaupun Paris juga indah."
"Tapi, Dennis, kau tidak ada urusan di sini, kan. Jangan konyol. Alasanmu itu tidak masuk akal."
"Iya, Arthur. Iya. Aku 'kan Cuma bertanya tadi. Kau terlalu serius menanggapinya." Dengus Dennis. Arthur hanya menggelengkan kepalanya karena Dennis yang masih kekanak-kanakan. Padahal, Dennis pernah mengatakan jika pria itu juga harus mengurus perusahaannya di New York.
Untung saja perdebatan kecil mereka sudah berhenti. Karena tiba-tiba, telinga Edric menangkap suara keributan di bawah. Karena penasaran, ia melepas tangan manja wanita yang menempel padanya tadi dan berjalan ke pinggir tangga untuk melihat apa yang sedang terjadi. Benar saja dugaannya. Ia melihat beberapa wanita –yang menurut Edric adalah sebuah geng –sedang berdiri melingkari seorang wanita yang berada di tengah lingkaran mereka.
Tentu saja Edric tahu maksud para wanita yang membentuk lingkaran itu. Edric sendiri merasa heran karena sampai sekarang, masih ada kasus pembulian teman seperti ini. Apa wanita selalu begitu? Edric tidak habis pikir.
"Hei, Art, Dennis, kemarilah. Ada pertunjukan." Ujar Edric tanpa menoleh.
Arthur dan Dennis sempat bertukar pandang saling bertanya kenapa Edric memanggilnya untuk kesana sebelum akhirnya mereka mengikuti ajakan Edric.
"Ada apa?" tanya Dennis.
"Ini akan jadi pertunjukan hebat." Kekeh Edric seraya memukul lengan Dennis untuk melihat apa yang terjadi di bawah sana. Arthur sendiri hanya diam dan melihat apa yang terjadi di bawah sana.
"Hah! Oh, ya ampun. Aku merasa kasihan pada wanita itu. Kenapa mereka berbuat jahat begitu padanya? Jahannam sekali. Apa mereka tidak punya perasaan sama sekali? Dan apa itu? Mereka menggunakan sepatu hak mereka untuk memukuli wanita malang itu? Ini tidak bisa dibiarkan."
Dennis baru saja hendak turun tangga sesaat setelah ia mengkritik tanpa jeda pada sekelompok wanita yang sedang melakukan kekerasan pada wanita malang itu.
"Hei, lihat dulu si wanita malangmu itu." Cegah Edric.
Dennis yang merasa kesal karena usaha heroiknya dicegah oleh Edric hanya mengikuti arah pandang Edric dan terkejut dengan apa yang dilihatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The King's Owner (COMPLETED)
Romance#the Heirs Series (2nd) Raja Arthur. Bukan, ini bukan kisah dimana kita akan membahas sejarah kerajaan inggris pada masa kekuasaan raja Arthur. Arthur, bukanlah sekedar nama bagi wanita cantik kelahiran Inggris ini. Tak ada yang menyangka jika Arthu...