Chapter 2

19.4K 2K 442
                                    

Jisung menoleh, dan tatapan tajam pun terpancar. "Lepasin tangan lo sekarang, Huang Renjun. Lo gak mau kehilangan tangan lo 'kan?" Ketusnya.

Renjun diam, kemudian tersenyum miring. Tanpa aba-aba apapun, ia melayangkan tinjunya. Berhasil mengenai wajah manis Jisung yang membuatnya tersungkur ke lantai.

"Jisung!!" Pekik Y/n.

Jisung hanya meringis kecil. Meskipun tidak sampai berdarah, tapi pukulan Renjun tidak main-main. 

Lelaki bermarga Huang itu memang memiliki postur tubuh yang dapat dibilang kurus dan kecil. Namun, jangan remehkan kemampuannya. Ia jago bertengkar. Tenaganya pun sebanding dengan Lee Jeno yang tubuhnya lebih berisi dan mempunyai otot di kedua lengannya.

Y/n menahan diri untuk tidak berteriak ketika merasakan tangan kiri Jeno melingkar di pinggangnya. Perlahan juga tangan itu mengusap-usap perutnya.

"Jisung.." Lirih Y/n dengan suara kecil sambil memejamkan matanya dengan erat.

Alasan kenapa ia tidak mau mengadu adalah karena ia tau Jisung akan hilang konsentrasi yang akan membuat musuh-musuhnya memiliki kesempatan untuk membuat Jisung babak belur.

Namun.... mata Jisung menangkap adegan tak menyenangkan seperti itu. Ia menggeram kesal, dan lantas berdiri. Mempersiapkan ancang-ancangnya untuk melawan mereka semua, terutama Huang Renjun.

Jisung menghabisi Renjun dengan taktik bela diri yang ia pelajari. Seperti cara meninju dan mengelak ketika sang lawan balik menyerang. Bahkan Jisung membuat Renjun luka di bagian sudut bibir dan membuat lengan kiri Renjun patah.

Selanjutnya adalah Lee Jeno. Rencananya, Jisung akan membuat keadaan Jeno lebih parah dibanding Renjun.

Ia menghampiri Jeno, lalu menarik kerahnya tanpa permisi.

Karena sudah kelewat kesal, Jisung akhirnya menyerang Jeno lebih dulu. Tentunya Jeno tidak diam saja. Ia balik menyerang yang sayangnya meleset sebab Jisung langsung mengelak.

Dengan ganas dan sadis, Jisung meninju wajah Jeno sangat keras hingga Jeno merasakan tulang rahangnya remuk. Ia juga membuat tangan kanan dan kaki kanan Jeno patah.

Kemudian, Jisung menghabisi pula Haechan, Chenle, Mark, dan Jaemin yang merupakan kawanan Jeno. Meski tidak separah Jeno dan Renjun, tapi serangan Jisung mampu membuat seluruh badan mereka terasa remuk hancur. Belum lagi lebam di wajah.

Y/n yang sedari tadi memperhatikan, hanya menganga tak percaya, sesekali bergidik ngeri. Anak semanis Jisung bisa sesadis ini?

"Gue peringatin sama kalian ya bangsat! Jangan ganggu-ganggu lagi orang yang berada di bawah perlindungan gue! Terlebih lagi Y/n!" Ketus Jisung dengan suara keras.

"Dan buat lo, Lee Jeno! Kalau lo berani-berani sentuh apapun yang jadi milik gue lagi, gue bakal bikin lo lebih parah dari ini!" Sambungnya dengan menekan kata 'lagi', yang kemudian menendang wajah Jeno.

"Aw!" Pekik Jeno.

Jisung tersenyum miring, lalu menghampiri Y/n.

"Kamu gakpapa 'kan sayang?" Tanya Jisung sambil merangkul pundak Y/n.

Y/n hanya mengangguk sebagai jawaban. Otaknya terlalu pusing memikirkan apa-apa saja yang telah ia lihat barusan.

"Ayo sini aku anter pulang ya." Katanya lagi.






-----






"Sakit enggak?"

Jisung menggeleng sebagai jawaban.

"Kalau kekencengan bilang ya?"

Lalu Jisung mengangguk.

Tadi Jisung berniat untuk mengantarkan Y/n pulang saja. Tetapi Y/n menawarkan kepada Jisung untuk di obati lebamnya. Bukan menawarkan sih, em... lebih ke memaksa. Jadi Jisung menurut saja apa yang Y/n bilang.

Dan itulah yang Y/n lakukan sekarang, —engompres lebam Jisung sambil duduk di sofa depan tv.

Disini tidak ada siapa-siapa. Hanya mereka berdua. Karena orang tua Y/n masih di kantor.

Y/n bukan anak tunggal. Ia memiliki saudara kembar, namanya Choi Beomgyu. Hanya saja kembarannya itu ada di luar negeri untuk sekolah.

"Kok bisa sih kamu ada di tangan mereka?" Tanya Jisung sesaat setelah Y/n selesai mengompres lebamnya.

"Tadi waktu pulang sekolah, gue...—"

"Aku." Koreksi Jisung.

Ia memang tak suka mendengar Y/n memakai kata lo-gue ketika sedang bicara dengannya begini.

Y/n mendelik, "Yaudah iya. Aku niatnya mau langsung pulang. Tapi tiba-tiba malah ada yang nyekap aku dari belakang pas aku lagi nyari ojek. Tau-tau aku udah ada di bangunan itu aja."

Jisung mengangguk paham, tangannya kemudian mengusap surai milik Y/n dengan lembut.

"Makanya, lain kali kalau aku ngomong tuh dengerin. Pulangnya aku jemput. Nunggu bentar apa susahnya sih?" Kata Jisung.

"Maaf."

"Iya gakpapa. Lain kali jangan di ulangi. Aku cuma gak mau kamu kenapa-napa. Kamu 'kan tau sendiri kalau aku itu banyak musuhnya. Mereka bisa jadiin kamu senjata buat lawan aku."

Kepala Y/n mengangguk pelan, lalu menunduk.  Melihat itu, Jisung jadi gemas. Lantas ia menarik-narik hidung Y/n. Membuat sang empunya hidung memekik dengan tangan yang berusaha melepaskan tangan Jisung dari hidungnya.

Jisung dan Y/n itu tidak pacaran. Mereka hanya teman. Namun, Jisung selalu berkata Y/n is mine. Dan ia tidak suka jika ada yang menyentuh Y/n selain dirinya. Sekalipun itu hanya memegang lengan.

Y/n sendiri juga selalu merasa nyaman ketika berada di dekat Jisung. Raganya seakan terlindungi. Jisung pun tak pernah sekalipun menyakiti Y/n. Jangankan menyakiti, membentak saja belum pernah.

Ah iya, ini bukan pertama kalinya Y/n melihat Jisung bertengkar. Tetapi Y/n tak pernah melihat Jisung se-bringas ini, apalagi sampai mematahkan tulang seseorang. Ini hal baru yang Y/n tau.

Park Jisung, lelaki yang memiliki wajah manis dan imut seperti kucing, namun bisa pula berubah jadi ganas seperti singa ketika ada yang membuatnya marah.

Bukankah itu unik?














TBC

Sweet But Dangerous : Park Jisung X You [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang