Sebelumnya udah aku revisi dari chapter 1-11, soalnya banyak yang typo dan.... kesalahan lainnya. Jadi aku langsung revisi mumpung masih dikit chapter nya, hehe...
-----
Di apartemen Jisung...
Setelah selesai mengobati luka Jisung dan memberikan perban, mereka mengambil posisi untuk bersandar di sofa dengan posisi Y/n yang menyandarkan kepalanya di dada Jisung.
Y/n hanya menyembunyikan wajahnya di antara tangan yang memeluk tubuh Jisung. Perasaannya jadi campur aduk. Ingin marah, tak bisa. Ingin kesal, juga tak bisa. Ingin cemas, 'kan kejadiannya sudah terjadi. Alhasil, Y/n hanya bisa menangis saja.
"Loh? Kamu nangis ya?" Tanya Jisung.
Jangan tanya kenapa Jisung tau. Y/n itu tengah memeluknya dan Y/n juga terisak meski tidak kencang, pasti Jisung akan menyadari kalau Y/n menangis.
Jisung hendak melepaskan pelukan Y/n, tapi tak Y/n biarkan. Ia mengeratkan pelukannya pada tubuh Jisung, tidak mau Jisung melihatnya menangis.
"Liat bentar, sayang." Kata Jisung yang masih berusaha melepaskan tangan Y/n dari tubuhnya.
Akhirnya, Y/n mau melepaskan pelukan. Jisung menghela napas. Tangannya terangkat untuk menghapus air mata Y/n yang jatuh membasahi pipi.
"Kenapa nangis, hm?" Tanya Jisung, suaranya begitu lembut mengisi gendang telinga Y/n.
Y/n menggelengkan kepalanya. Membuat Jisung kembali bertanya, "Kenapa sayaaaaaang?"
"Aku gak tau. Aku mau marah, tapi gak bisa. Aku mau kesel juga gak bisa." Jawab Y/n, nada bicaranya terdengar manja.
"Marah kenapaaa?"
"Ya gara-gara luka ini!" Y/n agak kesal saat menunjuk luka di pipi Jisung. Meledak juga amarahnya.
"Aku selalu bilang buat gak berantem-berantem! Yang aku takutin tuh kamu kenapa-napa! Kamu itu manusia! Bisa luka! Dan aku gak suka kalau kamu sampai lecet! Liat sekarang! Pipi kamu luka! Berdarah! Tangan kamu juga kena!" Kali ini, Y/n berujar kesal.
"Aku mau marahin kamu! Tapi gak bisa! Ini udah kejadian! Dan hal ini terjadi juga bukan sepenuhnya salah kamu! Aku gak paham sama perasaan aku sekarang, Jisung!"
Jisung diam, masih setia mendengarkan ocehannya Y/n. Ia ingin tau seberapa cemas Y/n terhadap dirinya, tangannya pun tak lagi ada di pipi Y/n.
Tentu saja Jisung suka saat Y/n mencemaskan dirinya. Jisung juga tak pernah sekalipun berpikir bahwa cemasnya Y/n itu berlebihan. Tidak sama sekali.
"Kalau kamu lukanya lebih dari ini gimana?! Kamu mau punya muka lecet?! Kamu mau badan kamu kenapa-napa?! Kamu suka liat aku khawatir gini?! Kamu suka liat aku nangis gara-gara kamu?!" Y/n mendorong bahu Jisung cukup keras, lalu lanjut mengoceh.
"Aku bukan mau sok ngatur-ngatur kamu! Aku bukan lebay! Tapi aku cerewet gini karena aku sayang sama kamu! Seperti halnya kamu yang gak mau aku kenapa-napa, aku juga gak mau kamu kenapa-napa! Kamu ngerti gak sih?!"
Jisung mengulas senyum, lalu menarik kepala Y/n agar mendekat, setelah itu mengusakkan hidungnya dengan hidung Y/n.
"Lucu banget siii~ Iyaa sayaaaaaang, maaf yaa... Aku janji bakal lebih hati-hati lagi." Kemudian, Jisung menarik Y/n ke dalam pelukannya.
Y/n balas memeluk leher Jisung. Ia menghela napas dan mengusap lembut kepala Jisung, "Jangan luka-luka lagi ya?"
Jisung mengangguk, tangannya mengerat di pinggang Y/n.
Amarah Y/n bisa langsung reda hanya dengan sebuah pelukan dari Jisung. Sebuah kenyataan yang tidak perlu di pertanyakan. Sebab pelukan Jisung terlalu hangat dan terlalu memanjakan Y/n.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet But Dangerous : Park Jisung X You [ON GOING]
FanfictionJudul awal : Polos Tapi Sadis [JANGAN BACA SAMBIL MASKERAN] Bosen sama ff yang nyeritain Jisung kek bayi? Makanya sini mampir. Dijamin ketagihan. Kenapa? Kan author nya saiaaa hehe... Ke Y/n : "Hai sayang~ Kita cari makan yuk? Laper nih." - Jisung ...