Chapter 4

15.3K 1.8K 640
                                    

Y/n pikir, Jisung akan membawanya pulang. Atau paling tidak, pulang ke rumahnya Jisung. Tapi ternyata Jisung malah membawanya ke apartemen.

Btw, Jisung memang memiliki apartemen. Ada di lantai 9 tepatnya. Katanya sih apartemen itu untuk menghilangkan stres ketika pulang sekolah atau bosan di rumah.

Biasa, horrraaangg kaya mah beda 🌚

Ini interior apartemen punya Jisung.

Jisung mengunci pintu apartemennya, lalu duduk di sofa dan melemparkan tasnya ke atas meja

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jisung mengunci pintu apartemennya, lalu duduk di sofa dan melemparkan tasnya ke atas meja. Ia juga merebahkan kepalanya di kepala sofa. Matanya tertutup.

Y/n hanya berdiri diam menunduk. Ia tau Jisung sedang menahan amarahnya. Ia juga takut sekarang, makanya tak berani mendekati Jisung.

Jisung memang tidak pernah main fisik atau berlaku kasar ke Y/n. Membentak pun tak pernah. Tapi jika flashback dengan apa yang telah terjadi, tepatnya ketika Jisung bertarung melawan musuhnya, Jisung sangatlah sadis. Tak punya ampun jika sudah turun tangan. Hal itu tidak menutup kemungkinan Jisung akan kelepasan memukulnya 'kan?

Detik berikutnya, Jisung membuka mata dan mengangkat kepala untuk melihat Y/n. Membuang napas dan berdiri dari duduknya, lalu menghampiri Y/n.

Tanpa mengatakan apa-apa, Jisung melepaskan tas Y/n dari pundak. Setelah itu membuka kancing baju seragam Y/n. Di lepaskan seragam itu dari tubuh Y/n, dan melemparnya ke lantai.

Sekarang Y/n hanya memakai tank top hitam dan rok sekolah saja.

Lantas Jisung langsung mendekap erat tubuh Y/n dan mengendus aroma tubuh Y/n.

Entah apa maksud Jisung, Y/n tidak tau.

Ya Y/n memang sering pakai tank top dan celana pendek, bahkan saat ada Jisung sekalipun. Tapi tindakan Jisung yang ini, membuat Y/n bertanya-tanya.

"Aku suka wangi badan kamu." Kata Jisung.

Bosan. Y/n bosan dengan ucapan Jisung yang ini. Sudah sangat sering Jisung bilang begitu. Terlampau sering malah.

"Aku gak suka ada bau lain yang nutupin aroma kamu." Sambung Jisung yang membuat Y/n paham.

Jisung melakukan ini karena Jisung ingin menghirup aroma tubuh gadisnya. Seragam itu sudah tercampur dengan aroma lain. Jadi Jisung tak dapat menghirup aroma favoritnya. Itu sebabnya ia melepaskan seragam dari tubuh Y/n.

"Kamu.... masih marah sama aku?" Tanya Y/n takut-takut.

"Em-hem," Jisung mengangguk. "Aku marah."

Y/n diam.

"Tapi gimana bisa aku marah lama-lama sama kamu? Ngediemin kamu kayak tadi. Ngacuhin kamu kayak orang asing. Ngasarin kamu kayak ke musuh. Itu bukan cara Park Jisung nyayangin ceweknya." Sambung Jisung.

"Maaf." Gumam Y/n.

"Em-hem," Jisung mengangguk lagi, "Gakpapa."

Kemudian, Jisung melepas pelukan. Menangkup pipi Y/n dan mengulas senyum manis.

"Sekarang mandi ya? Ganti pake baju aku."

Y/n mengangguk. Dan Jisung langsung mengusak hidung mancungnya dengan hidung Y/n. Setelahnya mencium kedua pipi Y/n, kening, mata kanan dan kiri, hidung, dagu, dan terakhir bibir.

"Sana mandi."








-----








Y/n sudah selesai mandi dari tadi. Tidak keramas, karena sudah keramas tadi pagi. Ia pakai baju Jisung yang berwarna merah lengan pendek. Sedangkan celananya pakai celana sendiri yang sengaja ia simpan di lemari Jisung. Celana jeans pendek.

Sebenarnya Y/n juga menyimpan baju. Tapi ia memilih untuk pakai baju Jisung. Lagipula.... Jisung sendiri yang menyuruhnya untuk pakai baju miliknya (Jisung).

Jisung juga sudah selesai mandi. Pakai baju hitam lengan pendek, dan celana jeans di atas lutut. Rambutnya masih basah karena habis keramas.

"Ayang, bantu keringin rambut dong." Pinta Jisung yang sekarang sedang bawa-bawa hairdryer.

Jisung memang suka seenak jidat kalau manggil Y/n. Kadang sayang, kadang ayang, kadang beb, kadang honey, kadang cantik, pokoknya semua panggilan 'manis' ia pakai.

"Boleh. Mana sini hairdryer nya." Kata Y/n.

Jisung menghampiri Y/n yang sedang duduk di sofa. Memberikan hairdryer nya ke Y/n, lalu duduk di karpet.

Y/n mencolokkan hairdryer itu ke stop kontak, sedangkan Jisung mengambil remote untuk menyalakan TV.

"Beb, tau gak?"

Lihat, sekarang Jisung sudah mengganti panggilan lagi jadi beb.

"Tau apa?" Tanya Y/n sambil mulai mengeringkan rambut Jisung.

"Tadi di sekolah ada yang ngajak aku ribut."

"Hah? Siapa?"

"Changbin dari kelas sebelah."

"Kok bisa?"

Jisung mengangkat bahu, "Dia tiba-tiba nyari gara-gara gitu. Mau nyoba mati kali ya? Gak tau siapa Park Jisung apa begimana dah. Heran."

"Mm... Pasti langsung kamu ajak berantem. Iya 'kan?"

"Oh ya pasti."

"Heleh~ Dasar." Y/n mencengkeram gemas kedua pipi Jisung yang buat Jisung tertawa.

"Terus gimana? Dia gakpapa?" Tanya Y/n kemudian.

"Kok kamu malah nanyain cowok lain sih?"

Y/n mendecak, "Ya ngapain nanyain kamu. Kan kamu ada di depan aku sekarang."

"Iya sih. Tapi aku tetep gak suka kalau kamu nanyain cowok lain."

"Dih? Udah ya, nanti aja cemburunya. Sekarang aku nanya serius, kamu ngapain itu cowok? Gakpapa 'kan dia? Anak orang loh itu."

"Kamu baru kenal aku berapa lama sih? Kok bisa sampe gak tau keadaan orang yang fight sama aku?"

Y/n menahan napas, "Tunggu, dia...."

Jisung mengangguk. "Dilarikan ke rumah sakit tuh. Katanya sampe patah tulang. Mungkin besok aku kena skors dari sekolah."

















TBC

Aku ganti judulnya yaa jadi "Sweet But Dangerous" :)

Sweet But Dangerous : Park Jisung X You [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang