Vanila duduk di tepi lapangan Pancasila sembari melonjorkan kakinya. Karena sejak siang sampai sore hujan, Malam minggu ini ia habiskan untuk berlatih lari. Yang paling menyebalkan, tentu saja pemandangan di sekelilingnya.
Kalo nggak gara-gara terpaksa, ogah banget latihan pas malem minggu gini. Menyiksa batin, anying.
Saat hendak beranjak untuk berlari lagi, ponsel di dalam sakunya bergetar. Begitu membaca chat yang ia terima dari Brilian, tatapannya mendadak sendu.
From : Brilianku
Sorry nggak bisa nemenin lo latihan, Van. Besok Helen ada lomba modelling, jadi sekarang gue nemenin dia buat ngasih semangat.
Vanila mendengus kasar. Di saku celana trainingnya, ia merogoh selembar brosur berisi info lomba lari yang diadakan esok pagi.
Kertas itu diremas-remas gemas lalu dilempar begitu saja ke belakang. Gulungan kertasnya terus menggelinding sampai akhirnya berhenti di depan kaki seseorang.
"Nih," ucap sebuah suara bersamaan dengan lemparan minuman kaleng ke pangkuan Vanila.
Karena kaget, Vanila sampai nyaris menendangnya. Setelah melihat si pemilik suara, ia menghela napas panjang.
"Apaan, ni?" tanya Vanila sembari mengangkat minuman kaleng di tangannya.
Late berdecak kesal. "Adukan semen," jawabnya asal lalu meralat dengan wajah penuh emosi. "Ya elo udah tau itu minuman kaleng, kenapa masih nanya?"
"Maksud gue, lo ngapain ngasih gue ginian? Ha? Nggak butuh." Baru saja disodorkan minuman kalengnya ke Late, sedetik kemudian Vanila menariknya kembali.
"Vanilla Latte." Vanila mengeja dengan suara lirih. Baru sadar itu jika minuman kesukaannya.
Late melirik Vanila yang tengah mengulum senyum. "Mana, katanya mau dibalikin?" tanyanya sambil merampas minuman kaleng dari tangan Vanila. "Katanya nggak butuh?"
"Hih, ikhlas nggak sih ngasihnya?" Vanila pura-pura hendak berderap meninggalkan Late.
"Iya, iya. Noh, di mobil gue masih banyak. Kalo kurang ntar ke Betamart aja, beli lagi. Gampang, kan?" Late nyerocos lantas menarik penutup minuman kalengnya sendiri.
Bukannya diteguk sendiri, dengan wajah manisnya Late menyerahkan minuman yang sudah dibuka untuk Vanila. "Mumpung gue lagi baik."
"Lo tiba-tiba baik kayak gini, gue jadi mengendus-ngendus aroma busuk," ucap Vanila sambil memicing. "Apalagi, emang lalat habitatnya di tempat-tempat berbau dan kotor, kan?"
Late menoleh dengan santai lalu menatap Vanila. "Iya, elo sampahnya."
Mendengar jawaban Late yang menohok, Vanila meremas minuman kalengnya.
"Eits, eits.. Ampun, gue cuma becanda. Lagian lo duluan sih yang mancing." Late kemudian teringat dengan kertas di genggamannya. "Ini kenapa lo buang?"
KAMU SEDANG MEMBACA
VaniLate (SELESAI)
Teen FictionKisah lain di SMA Rising Dream Apa pun yang keluar dari mulut Vanila ketika marah, bukan hanya sekedar sumpah serapah, tapi secara ajaib akan menjelma menjadi sebuah musibah. Bukan cuma membuat apes korbannya, bahkan beberapa orang terdekatnya pun c...