Kedatanganku mungkin tidak pernah diharapkan. Keberadaanku bahkan tampak salah di mata orang-orang. Hanya saja kalau sudah perkara hati, apa kau masih bisa melawan?
***
"Pagi semua..."
Di tengah keheningan di kamar itu, suara lembut seseorang menyapa.
Bersamaan dengan pintu yang terbuka, bola mata Late seketika berbinar begitu melihat sosok gadis yang masuk ke kamar Brilian.
"EH, HELEN!" Late menyambut dengan heboh. "Sumpah lo dateng di saat yang tepat."
Helen membeku di ambang pintu. Bingung melihat reaksi Late yang berlebihan menyambutnya.
"Di sini udah rame aja, ya?" tanyanya canggung.
Meski sudah sering bertemu, Helen memang bukan tipikal gadis yang mudah akrab dengan orang lain. Ia tampak semakin kikuk saat mendapati Key serta Vanila yang juga ada di kamar itu.
"Heh cewek ninja! Nunggu apalagi? Buruan sana mandi," sentak Late, tatapannya gusar.
Karena Vanila tak juga bergerak, dilesatkan handuk yang ada di tangannya sampai akhirnya mendarat mulus ke wajah gadis itu.
"Laaaaalaaaat!"
Melihat Vanila yang hendak menyerangnya, Late buru-buru bersembunyi di balik tubuh kekar Key.
"Bang, Bang. Adek lo kumat. Obatnya abis ya?" Bukannya segera berdamai, Late malah kian memancing amarah Vanila.
Disambar tanaman hias dari vas di atas meja, lantas diacung-acungkan ke arah Vanila. "Hush, husssh pergi sana."
"Van, sana buruan mandi. Udah hampir setengah tujuh ini, nanti lo telat." Key akhirnya bersuara.
Sekalinya buka mulut, semua langsung diam. Vanila melenggang ke kamar mandi tanpa banyak protes lagi.
Late kembali duduk di sofanya semula. Sementara Helen menghampiri kekasihnya yang berbaring di ranjang.
"Ini sarapan lo..." Helen memperhatikan mangkok-mangkok berisi makanan di atas nampan, "gue suapin, ya?"
Brilian tersenyum kecil kemudian mengangguk lemah.
"HELEEEEEN! ITU TADI GUE SEMPET LIAT DI SOP AYAMNYA ADA KACANG MERAH. TOLONG LO SINGKIRIN YA, SOALNYA BRILIAN ALERGI KACANG MERAH. " teriak Vanila tiba-tiba dari dalam kamar mandi.
Key dan Late yang duduk di sofa sampai terjingkat dari duduknya. Teriakan Vanila melengking nyaring, membuat keduanya sontak mengusap-usap telinga.
"Wah, gimana sih susternya. Harusnya tahu dong kalo pasien ada alergi makanan," ucap Key samb berdecak. "Untung aja ada Vanila ya," lanjutnya tanpa sadar.
Key seakan-akan sengaja menyindir Helen yang tidak tahu apa-apa tentang Brilian. Namun sedetik kemudian, ia bingung sendiri.
Gue ada di kubu mana sih sebenernya?
KAMU SEDANG MEMBACA
VaniLate (SELESAI)
Teen FictionKisah lain di SMA Rising Dream Apa pun yang keluar dari mulut Vanila ketika marah, bukan hanya sekedar sumpah serapah, tapi secara ajaib akan menjelma menjadi sebuah musibah. Bukan cuma membuat apes korbannya, bahkan beberapa orang terdekatnya pun c...