Move itu nggak susah, kok. Kuncinya cuma satu, NIAT.
~Tertanda, Vanila yang akhirnya berhasil move on setelah belasan tahun cintanya bertepuk sebelah tangan.
***Aman.
Mobil Mama Vanila baru saja bergerak meninggalkan garasi. Itu berarti, Vanila bisa lebih bebas menyelinap ke luar rumah untuk bertemu dengan Late.
Oh, namun rupanya, tidak semudah itu Marimar.
Entah sebab apa, Brilian yang biasanya lebih suka streamingan di YouTube daripada nonton televisi, kini tampak duduk tenang di ruang keluarga Vanila.
Cowok berkulit putih dan sorot mata sayu itu duduk di sofa. Dengan tangan menggenggam remot tv, tatapannya awas menatap sekeliling. Sesekali ia juga melirik ke pintu kamar Vanila. Seolah waspada jika sewaktu-waktu gadis itu kabur meninggalkannya.
Anjir, ini sebenernya rumah gue atau rumah siapa, sih? Kayak maling aja diawasin kayak gitu.
Tak kehabisan akal, gadis itu menghubungi Key yang terlihat sedang grusa-grusu di kamarnya sendiri.
"Apa, Van? Gue lagi ribet, nih!" sembur Key, bahkan sebelum suara Vanila menyapa.
"Gue nebeng sampe BetaMart, ya." Vanila meletakkan tangannya ke depan bibir, berusaha berbicara selirihh mungkin.
"Ha? Ogah, ah. Ntar gue telat ngampus." Key menjepit ponselnya dengan telinga. Sebelah tangannya sibuk memasukan buku-buku tebalnya ke dalam tas. "Lo naik ojek online ajalah."
Vanila mengibas-ngibaskan kepalanya. "Ayolah. Yayaya.. kan cuma belok dikit dari gang sebelum kampus lo."
Begitu terdengar helaan napas dari Key, senyum Vanila seketika terulas. Ia tahu, kakak laki-lakinya itu pasti luluh.
"Yaudah buruan," tukas Key sewot. Baru saja hendak menutup teleponnya, Key tiba-tiba teringat sesuatu. "Lo mau belanja beneran atau -"
"Ketemu pacar gue. Emangnya elo jomblo! Kemana mana sendirian. Hahhaahahaa." Vanila terbahak lantas memutus sambungan teleponnya secara sepihak.
Secepat kilat ia berganti pakaian, menggulung rambutnya asal kemudian mengenakan masker Sebelum berlalu dari cermin, dikedipkan sebelah matanya. Centil. Baru pertama kali ini Vanila merasa mual melihat tingkahnya sendiri yang sok kecantikan.
Pelan-pelan gadis itu membuka pintu kamarnya, mengintip Brilian yang masih terlihat fokus menyaksikan acara di televisi.
Good, Brilian lagi nonton Spongebob, kartun kesukaannya.
Kaki Vanila melangkah perlahan. Bak mata-mata yang berusaha melarikan diri dari markas musuh, Vanila berjalan mengendap-endap. Napasnya ditahan.
"Hei!"
KAMU SEDANG MEMBACA
VaniLate (SELESAI)
Teen FictionKisah lain di SMA Rising Dream Apa pun yang keluar dari mulut Vanila ketika marah, bukan hanya sekedar sumpah serapah, tapi secara ajaib akan menjelma menjadi sebuah musibah. Bukan cuma membuat apes korbannya, bahkan beberapa orang terdekatnya pun c...